3%

8.7K 1.1K 189
                                    

Taeyong mencuci piring perlahan. Dia tidak bisa berhenti tersenyum mengingat perlakuan manis dan sayang yang ia terima dari Nyonya Besar Jung. Sudah seperti itu sejak tadi.

Ini merupakan awal yang sangat baik. Semoga keberuntungan selalu bersamanya setelah ini. Itulah harapannya.

Taeyong membuka keran, membiarkan air membilas busa sabun. Dia baru saja hendak menempatkan piring yang telah dicuci ke tempat seharusnya ketika tiba-tiba ia menemukan Yoobin berdiri di belakangnya dengan wajah serius, sambil melipat tangan di dada.

"Eomma menyuruhmu ke ruang tamu sekarang." Yoobin berkata dengan kasar, menilainya jijik dari atas ke bawah.

"Tungggu sebentar. Beri aku..."

"Apa kau tidak mendengar apa yang aku katakan?! Eomma menyuruhmu bodoh! Pergi sekarang!" teriak Yoobin.

Taeyong kehilangan senyumnya.

Yoobin berbalik dan meninggalkannya.

Taeyong benar-benar takut. Apa lagi kesalahan yang telah aku lakukan, pikir Taeyong. Seingatnya dia mengikuti semua perintah dan melakukannya dengan baik.

Taeyong mengusap tangannya dengan lap kering dan kemudian bergegas ke ruang tamu. Seluruh anggota keluarga duduk di sofa menyambutnya dengan tangan terlipat di dada.

Dada Taeyong berdegup kencang. Dia bisa mendengar itu di telinganya. Tubuhnya bergetar ketakutan melihat ekspresi wajah semua orang. Dia tahu dia dalam masalah

"Apa kau tidak mendengar aku memanggilmu?!" Subin berteriak, bangun untuk berdiri di hadapannya. "Kau tuli?! Kau lupa aku tidak suka dibuat menunggu?!"

"Aku datang secepat mungkin setelah Yoobin menyuruhku, aku bersumpah." Taeyong bergumam, mempersiapkan diri mendapat tamparan.

"Trik apa yang sedang kau mainkan?" Seungchul bertanya, masih melipat tangannya. "Apa kau diam-diam berencana menghancurkan keluarga ini?"

Taeyong tidak tahu apa yang pamannya bicarakan. Sejauh yang dia tahu, dia tidak melakukan apa pun yang bisa merugikan keluarga pamannya ini. Dia mengikuti setiap instruksi yang diberikan dan bahkan membuat keluarga Jaehyun terkesan di kunjungan mereka!

Bukankah itu hal yang mereka minta darinya saat disuruh menyiapkan makan malam ini?

"Aku tidak mengerti." Taeyong mengatakan dengan suara pelan. Dia terlalu takut. "Aku melakukan apa yang kalian perintahkan-"

Subin tertawa sinis, marah.

Taeyong tahu persis apa yang akan terjadi selanjutnya. Dia tidak tahu apakah dia siap untuk setiap pemukulan yang akan didapatnya.

"Baiklah, mungkin ini akan mengingatkanmu." Bibinya berkata sambil menamparnya keras hingga jatuh.

Taeyong beruntung berhasil menghindari wajahnya terbentur lantai terlalu keras.

"Apa kau sudah ingat?!" Subin berteriak saat mendekatinya.

"Aku masih tidak tahu apa kesalahan yang telah aku lakukan..."

Taeyong menangis, merasa setiap rasa sakit yang pernah dia alami datang kembali. Rasa sakit, geram, marah, tidak berdaya.

"Hah, kau pasti bercanda!"

Subin menjambak rambutnya ke belakang tak main-main.

Itu sakit sekali dan Taeyong terisak. Bibinya itu menyakitinya tanpa alasan! Taeyong sungguh tidak paham kenapa seluruh anggota keluarga ini begitu suka melihatnya kesakitan dan menderita. Apa salahnya?

"Lepaskan..." Taeyong menangis lebih keras dari sebelumnya. "Kau menyakitiku. Kumohon..."

Subin menarik rambutnya lebih keras.

In The Name of Love [on hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang