5%

8.5K 1.2K 132
                                        

Jaehyun menantikan Taeyong dengan beberapa berkas di tangan.

Tepat tengah hari, Taeyong tiba dengan tas bekalnya yang biasa. Dia terlihat sangat pucat hari ini. Apa ini dipicu oleh pertanyaan gigih Jaehyun sehari sebelumnya? Tapi itu bukan salahnya. Dia hanya ingin tahu.

"Siang, Taeyong?" Sapa Jaehyun ragu.

Taeyong hanya mengangguk tanpa mengatakan sepatah kata pun.

"Aku sudah menunggu," kata Jaehyun, bergerak santai dari kursinya.

"Untuk?"

"Kau tidak ingat apa yang kau janjikan kemarin?"

"Oh," gumamnya. "Heum... eum... silakan dinikmati makan siangnya dulu.  Aku akan menceritakan semuanya setelah Jaehyun-shi selesai makan siang."

Jaehyun tidak bisa mendebat itu.

Dia menikmati makan siangnya, sangat nikmat seperti biasa.

Jaehyun makan dengan tenang sementara Taeyong duduk di sofa sambil melamum kosong -tampak begitu menyedihkan seakan sedang menunggu eksekusi.

Begitu makanan di meja habis, Taeyong tahu waktunya sudah tiba.

"Aku mendengarkan."

Jaehyun melipat tangannya di dada sambil menikmati jus jeruknya.

Taeyong mengambil napas dalam.

"Sebelumnya berjanjilah kau tidak akan pernah memberitahu Yoojin apapun yang akan aku katakan hari ini, Jaehyun-shi, jika tidak dia akan membunuhku."

Jaehyun mengangguk.

Taeyong menghela napas lagi sebelum mengatakan pada Jaehyun semuanya. Dari awal. Dia bercerita selama hampir satu jam. Menangis dan baru berhenti saat ceritanya selesai.

Taeyong sengaja tidak menceritakan secara detail kejadian buruk yang menimpanya setelah kedatangan keluarga Jung untuk makan malam waktu itu, demi menjaga perasaan Jaehyun dari rasa bersalah. Tapi dia mengatakan bahwa setiap kesalahan kecil yang dibuatnya, maka akan selalu ada hukuman untuknya.

Jaehyun tidak percaya apa yang didengarnya. Dia tidak tahu kenapa Taeyong diam saja, tidak membalas atas segala perbuatan buruk Yoojin dan keluarganya padanya. Jika Jaehyun ada di posisinya, dia pasti sudah memilih kabur sejak lama.

Tapi kemudian Jaehyun sadar, jika Taeyong tidak punya siapa-siapa, tidak punya tujuan yang bisa dituju juga. Belum lagi dengan uang dan kekuasaan keluarga Lee, dia pasti akan mudah ditemukan dan diseret kembali ke sana -hanya untuk mendapat hukuman yang lebih buruk.

Dan Yoojin, Jaehyun sangat kecewa pada tunangannya itu. Dia seharusnya mencegah ayahnya, bukan turut bergabung untuk menyakiti sepupunya sendiri.

Yoojin yang dulu, Jaehyun yakin tidak akan bisa melakukannya. Tapi... Yoojin yang dikenalnya sekarang...

Jaehyun mendesah.

Cerita ini, membuka bagian dari hati Jaehyun untuk Taeyong. Si pria Jung merasakan keinginan kuat untuk membawa Taeyong keluar dari penderitaannya, untuk menyelamatkannya, tapi dia tidak tahu bagaimana caranya.

Jaehyun sibuk berpikir sambil menatap Taeyong yang sedang mengusap air matanya. Semuanya sangat jelas. Anak laki-laki di depannya itu pasti sangat menderita selama ini. 

"Ini."

Jaehyun mengulurkan sapu tangannya. Rasanya seperti dejavu.

"Terima kasih..."

Taeyong telah melakukan bagiaanya. Meskipun sangat menyakitkan saat menceritakan itu -karena dia terpaksa mengenang lagi kenangan buruknya, rasanya benar-benar melegakan bisa membagi bebannya selama ini dengan orang lain.

In The Name of Love [on hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang