18%

7.6K 1K 271
                                    

Taeyong gemetar. Jaehyun sudah memegang tangannya erat-erat, tapi dia masih seperti itu.

Semua pasang mata orang yang menatap mereka- membuatnya gugup. Tapi wanita di depannya... benar-benar menakutinya.

"Apa katamu?" geram Minah, kemarahannya memuncak -siap meledak.

"Aku sudah menikah sekarang," kata Jaehyun sambil tersenyum. "Aku menikah seperti yang eomma inginkan." 

Minah menghela napas keras. Dia menatap anaknya dan bertanya apa benar dia anak yang dulu dia lahirkan, anak yang selalu patuh padanya.

"Seperti yang aku inginkan?!" Minah berteriak. "Aku ingin kau menikahi Yoojin, Jaehyun! Hanya dia!" 

"Eomma," Jaehyun menghela napas, masih berusaha untuk membuatnya mengerti dengan tersenyum. "Ini bukan waktunya untuk membicarakan ini. Kumohon. Sambut menantu baru eomma agar dia bisa masuk ke dalam. Eomma sendiri tahu kita tidak mungkin mengabaikan tradisi di rumah ini."

"Apa kau bercanda?" Minah tertawa lalu menatap Taeyong. "Kau menginginkan aku... untuk menyambutnya?" 

Jaehyun tersenyum dan menatap Taeyong. Mata suami kecilnya itu bergerak-gerak gelisah -tubuhnya mengaku dan terlihat sekali gugup. Belum lagi bibir bawah yang digigit-gigit. Bagi Jaehyun, itu semua sangat menggemaskan.

"Ya, eomma," kata Jaehyun, memegang bahu Taeyong tegas. "Dia menantumu sekarang. Namanya Taeyong."

"AKU TIDAK SU-" 

"Minah," Jaehyun mendengar suara neneknya. Wanita lanjut usia itu mendekat dengan memasang senyum yang benar-benar indah di wajahnya. "Lakukan. Biarkan mereka masuk dan setelahnya baru kita akan bicara."

"Tapi eommonim..." 

"Jangan sampai aku yang harus melakukannya," Jihyun memperingatkan. "Kau tahu aku juga memiliki hak untuk menyambut pasangan hidup dari cucuku." 

"Eommonim." Minah berkata -berusaha untuk tidak menaikkan nada suaranya. "Dia baru saja membawa pemuda lain di hari di mana dia seharusnya menikah dengan Yoojin. Apa eommonim mendukung ini?"

Jihyun tertawa.

"Aku tahu cucuku melakukan ini dengan banyak pertimbangan," kata Jihyun. "Dia melakukan apa yang menurutnya harus dilakukan. Tidak ada yang bisa kau lakukan untuk menghentikannya karena semuanya sudah terjadi. Sebagai seorang ibu mertua, kau harus melakukan tugasmu, Minah."

Yoojin di tempatnya tiba-tiba kesulitan bernapas. Rasanya seperti pasokan udara di sekitarnya tiba-tiba menipis -begitupun orang tua dan saudara kembarnya.

TAEYONG?!

Dia tidak tahu bagaimana caranya Taeyong bisa sampai keluar dari ruangan itu dan bahkan -katanya- menikah dengan Jaehyun!

"Eommonim," gumam Minah. "Aku terpaksa menolak. Aku juga melakukan apa yang harus aku lakukan di sini.  Apa yang telah Jaehyun lakukan adalah salah dan eommonim tahu itu. Lihat Yoojin." Minah menunjuk Yoojin yang tampak seperti baru ditembak mati. "Dia begitu hancur." 

Jihyun tersenyum. Sejujurnya dia justru senang cucunya tidak jadi menikahi sang tunangan karena dia memang tidak menyukai Yoojin sejak awal. 

"Aku tahu itu," kata Jihyun, menatap lurus sang cucu. "Tapi dia telah membuat keputusan dan aku yakin ada alasan untuk itu. " 

"Aku tetap tidak mau menyambut dia!" Minah berteriak, menunjukan jarinya yang terawat ke arah Taeyong. "Dia hanya seorang penggoda, pelacur-"

"Eomma!" Jaehyun berteriak. "Kau memang ibuku tapi aku tidak akan membiarkan eomma menghina suamiku seperti itu," katanya dengan nada mengancam.

In The Name of Love [on hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang