Sudah sepuluh menit ruangan itu hanya diisi isak tangis. Jaehyun tahu dia harus membuat Taeyong berhenti menangis sekarang sebelum sekertarisnya datang -memergoki ini dan berpikiran macam-macam.
Dia tahu dia harus melakukannya untuk membuat Taeyong merasa lebih baik.
"Taeyongie aku minta maaf," gumam Jaehyun seraya menepuk-nepuk pelan pundaknya. "Aku benar-benar menyesal. Aku akan jujur padamu. Sungguh menyakitkan untukku melihatmu seperti ini karena..."
Jaehyun tersentak, sebelum akhirnya berhasil mengumpulkan keberanian.
"...karena kau... temanku."
Taeyong perlahan-lahan mengangkat kepala -mengusap air matanya.
"Ini bukan salahmu, hyung. Aku memang bersalah. Aku seharusnya tidak-"
"Shhh," Jaehyun berbisik, menghalangi bibir Taeyong dengan jari-jarinya.
Taeyong mengangkat wajahnya dan untuk sesaat menatap mata cokelat Jaehyun yang bersinar lembut dan hangat.
Saat mata mereka bertemu, Taeyong seakan bisa membaca emosi laki-laki di depannya.
Cara Jaehyun menatapnya sangat berbeda dengan cara pria manapun yang pernah menatapnya. Jaehyun hyungnya tidak diragukan lagi adalah sosok yang sempurna –baik, perhatian, manis, indah, menarik, seksi. Tidak ada kekurangan apapun dalam dirinya.
Sementara bagi Jaehyun, dia sangat mengagumi mata hitam Taeyong -yang mampu menghipnotisnya. Itu begitu menawan dan mampu membawanya hanyut ke tempat yang dia tidak pernah tahu -memberinya emosi kuat yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya, bahkan ketika ia jatuh cinta pada Yoojin. Khusus yang satu ini begitu... istimewa.
Sebelum keduanya menyadari itu, napas mereka berubah menderu begitu cepat.
Mereka memiliki sesuatu yang sama untuk satu sama lain tetapi tidak satupun dari mereka menyadari itu.
Jaehyun perlahan menyentuhkan tangannya pada wajah Taeyong -menangkup pipinya lembut.
Dia melihat mata yang dia kagumi itu sedikit tertutup kemudian terbuka lagi.
"Taeyong."
Jantung Taeyong berdetak tiga kalilebih cepat.
Keheningan di ruangan membuat kedua detak jantung mereka berpadu padan.
Taeyong membeku -dia tidak bisa bergerak atau mengatakan apapun.
Dia pernah memimpikan ini sebelumnya dan sekarang... saat itu akan menjadi kenyataan... ia tidak bisa menghentikannya. Emosi yang menyusul kemudian lebih kuat dari apa kewarasannya teriakan.
"Taeyongie..."
Jaehyun tidak bisa mengendalikannya lagi –apapun yang dia rasakan mengambil alih dirinya untuk menarik wajah Taeyong mendekat.
Bagai kutub utara dan kutub selatan dari magnet yang sengaja di dekatkan. Bahkan, lebih kuat dari itu.
Jaehyun bisa merasakan napas panas Taeyong di wajahnya -membuat hal-hal di antara mereka semakin memanas -begitu panas, begitu... seksi.
Lalu seperti kilat, Jaehyun mengunci bibir tipis Taeyong dengan bibirnya. Lembut, panas, manis.
Dia perlahan-lahan mengeluarkan lidahnya dan mengusap bibir Taeyong -semanis dan seromantis yang dia bisa demi menyalurkan apa yang menggebu di dadanya. Matanya benar-benar tertutup - menikmati bibir Taeyong dengan belah bibirnya sendiri.
Meskipun Taeyong hanya diam -tidak menanggapi ciuman itu, Jaehyun sangat menikmatinya.
"Ngnh!"

KAMU SEDANG MEMBACA
In The Name of Love [on hold]
Fiksi PenggemarKau membawa kembali kehidupan, kebahagiaan, dan harapan dalam sebuah janji. In the name of love. ⚪Jaeyong - NCT ⚪Yaoi / BxB ⚪Original Character