Makan malam di kediaman keluarga Jung.
"Jadi Taeyong," Yoojin memulai ucapannya dengan tawa kecil. "Bagaimana rasanya bisa pergi ke luar negeri untuk pertama kalinya dalam hidupmu?"
"Aku yakin dia pasti sangat menikmatinya, Yoojinie," ejek Minah.
Yoojin menyuapkan makanannya lagi.
"Tentu saja, eomma. Siapa yang tidak senang jika diajak pergi keluar negeri? Maksudku, jika bagi kita yang sudah sering, rasanya akan biasa saja. Tapi berbeda dengan Taeyong. Itu pasti pengalaman yang benar-benar baru. Oh, apa kau bahkan bisa mengerti apa yang orang-orang katakan di sana, sepupuku? Aku rasa tidak."
Yoojin tertawa bersama Minah. Tapi tidak dengan semua orang lain di meja itu, terutama Jaehyun. Dia bahkan membanting keras sendoknya ke atas meja.
"Lee Yoojin! Beraninya kau⚊"
Taeyong meremas tangan Jaehyun di bawah meja dan membuatnya seketika berhenti bicara. Jaehyun menatap Taeyong, heran sendiri kenapa suami kecilnya itu malah menghentikannya.
Taeyong tersenyum pada Yoojin. Dan orang gila itu membalas senyumnya.
"Rasanya menyenangkan, Yoojin," katanya manis. "Oh, tidak, lebih dari itu. Semua terlalu luar biasa. Aku bahkan tak punya waktu untuk melihat-lihat tempat yang kami datangi karena terfokus pada hal yang lebih penting ⚊kebersamaanku dengan suamiku. Selain itu aku tidak perlu takut, meski tempat itu asing dan aku tidak bisa mengerti bahasa disana, Jaehyun hyung terus menjagaku, bahkan tak pernah melepaskan genggaman tangannya padaku."
Jaehyun mengeratkan genggaman tangan mereka di bawah meja, tersenyum bangga pada Taeyong. Karena telah begitu berani dan bisa mengatasi Yoojin tanpa harus banyak beragumen dan membuat suasana semakin tidak menyenangkan. Begitupun dengan semua orang di meja itu.
Oh berbicara tentang Yoojin, dia hanya bisa melihat Taeyong dendam sambil menggeratakkan rahangnya. Sudah jelas marah, dan semakin marah saat Taeyong tersenyum padanya.
Ya, Yoojin memang mendapat dukungan dari Minah tapi Taeyong, dia punya lebih dari itu.
Dia memiliki cinta dari suami dan anggota keluarga Jung lain sebagai kekuatannya. Sehingga tidak merasa perlu takut pada sepupunya itu lagi.
Halmi dari seberang meja, tersenyum pada Taeyong. Merasa bangga pada cucu menantunya itu. Tapi saat pandangannya jatuh pada Yoojin, senyumnya dengan cepat luntur.
Dia sebenarnya sudah sering berkata pada Minah untuk mengirim Yoojin pergi, tapi sampai sekarang dia masih di sini.
Seperti sudah saatnya Yoojin diingatkan kembali mengenai tempatnya. Karena semakin lama, dia semakin tidak tahu diri meski bukan siapa-siapa.
"Yoonoh-ya, banyak orang penasaran dengan kelanjutan pernikahanmu setelah kegagalan waktu itu diliput stasiun TV."
"Ya, halmi, sebagian orang kantorku juga terus bertanya."
"Kebanyakan dari mereka masih berpikir kau dan⚊" Halmi melirik Yoojin. "⚊Yoojin masih bersama. Halmi pikir sudah waktunya kita membenarkan kesalahpahaman dan memberitahu mereka yang sebenarnya."
"Untuk apa, eommoni?" Minah bertanya, melipat lengannya di depan dada. "Dia sudah menikah sekarang. Tidakkah itu cukup?"
Jaehyun menatap ibunya, dan dibuat kecewa sekali lagi.
"Apa eomma tidak mendengar apa yang halmi katakan?" Jaehyun bertanya, dengan emosi tertahan. "Masih banyak yang berpikiran jika aku telah menikah dengan Yoojin."
"Apa salahnya itu?" Minah bertanya, berseringai. "Tidak ada. Kalian berdua memang hendak menikah sebelum seseorang menggagalkannya. Jadi wajar saja mereka berpikir seperti itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
In The Name of Love [on hold]
FanfictionKau membawa kembali kehidupan, kebahagiaan, dan harapan dalam sebuah janji. In the name of love. ⚪Jaeyong - NCT ⚪Yaoi / BxB ⚪Original Character