9%

7.2K 1.1K 264
                                        

Jaehyun duduk di kantornya, di kursinya, bertanya-tanya mengapa ia dihadapkan dengan keputusan besar seperti ini mengenai masa depannya.

Selama dua hari terakhir dia sudah berpikiran tanpa henti, berpikir tentang Taeyong, tentang mereka.

Dia bahkan berlaku cukup kasar pada Yoojin yang akhir-akhir ini berubah menjadi lebih menjengkelkan karena selalu mengganggunya.

Tunangannya itu tak membiarkannya sendiri sampai Jaehyun beralasan dia hanya butuh waktu sebentar karena stress dengan beban pekerjaan di kantor.

Sesuai saran sang nenek, Jaehyun sudah benar-benar mempertimbangkan segala resiko yang akan dia hadapi atas pilihan-pilihan yang dia punya, tapi pernikahannya hanya lima hari lagi.
Semuanya tetap berjalan sesuai rencana –rencana ibunya.

Sudah tidak ada waktu. Pada akhirnya Jaehyun memutuskan hanya berpikir seperti ini saja tidaklah cukup. Dia perlu berbicara dengan Taeyong sekali lagi.

Jaehyun dengan cepat bangkit, mengambil jas dan menggunakan lift untuk pergi ke lantai bawah gedung perusahaannya. Dia mengemudi sendiri menuju ke rumah Yoojin.

~

Begitu sampai, Jaehyun membunyikan klakson di depan pintu gerbang dan seorang penjaga membukakannya. Membawa mobilnya  masuk, dada Jaehyun dipenuhi berbagai keinginan –sekaligus perasaan bahagia karena akan bertemu dengan Taeyong setelah dua hari penuh tak melihat laki-laki kecil itu. Ya, Taeyong memang menghindari Jaehyun dan berhenti melakukan tugasnya mengirim makan siang ke kantornya.

Setelah mematikan mesin mobil, Jaehyun dengan cepat keluar dan berlari ke pintu depan.

Jantungnya berdegup kencang. Jika ini adalah satu-satunya kesempatan yang dia punya, Jaehyun berharap bisa memeluk dan mencium Taeyong sekali lagi –untuk yang terakhir kali- sebelum ia menikah.

Jaehyun harus mengatakan kepada anak laki-laki yang dicintainya itu bahwa, meskipun setelah dia menikah nanti, nama Lee Taeyong akan selalu mengisi hatinya.

Jaehyun memegang kenop dan mencoba membuka pintu. Sayangnya terkunci. Dia juga mencoba menekan bel berulang kali tapi tidak ada yang merespon. Sepertinya rumah itu kosong.

Aneh, pikir Jaehyun. Setahunya Taeyong selalu rumah dan tidak pernah kemanapun karena harus menyelesaikan pekerjaannya yang banyak. Dia pasti akan segera membukakan pintu setelah mendengar bel jika dia ada di dalam, benar kan?

Apa dia sedang keluar?

Jaehyun berniat menanyakan itu pada penjaga pintu gerbang.

"Hei," Jaehyun mengisyaratkan pada si penjaga untuk menghampirinya.

"Ya, tuan?" Penjaga itu membungkuk. "Ada yang bisa saya bantu?"

"Apa Taeyong sedang keluar berbelanja bahan makanan?"

Hanya itu yang terpikir olehnya.

"Taeyong?" tanya Penjaga itu. "Saya belum melihat Taeyong hari ini. Bahkan... saya belum melihatnya selama dua hari terakhir, tuan."

"Apa?" Jaehyun berteriak, bertanya-tanya ke mana laki-laki kecil itu pergi.

Bisa saja sesuatu yang buruk terjadi padanya, iya kan? Jaehyun punya firasat tidak enak.

"Kalau begitu kemana dia?"

"Saya tidak tahu, tuan." Penjaga itu berkata lembut. "Tapi saya rasa dia tidak ada di sini. Biasanya di pagi hari dia akan menyiram tanaman. Terkadang juga mengirim makanan ke pos penjaga.”

Jaehyun merasa takut setelah mendengar  apa yang dikatakan si penjaga. Apa yang dia lakukan beberapa hari kemarin sudah keterlaluan hingga Taeyong memutuskan untuk melarikan diri dari rumah? Tapi Yoojin tidak mengatakan apapun padanya.

In The Name of Love [on hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang