Namaku, Bae Sungrin. Aku, adalah gadis berusia delapan belas tahun. Merupakan siswi angkatan akhir, disalah satu sekolah menengah akhir ternama dikota Seoul.
---
Aku kini tengah menatap bangunan besar nan mewah yang berdiri kokoh didepanku saat ini. Ya, biar ku jelaskan. Sebenarnya, jika dihitung. Ini adalah hari keduaku menginjakkan kaki disini, ya aku ini anak baru. Desisku terluncur begitu saja saat kini, irisku menangkap salah satu dari temanku. Tengah tersenyum lebar, melambai padaku saat kemudian ia kini terlihat menghampiriku dengan sedikit berlari.
Aku tidak suka padanya. Aku tersenyum begitu dirinya kini tepat berada didepanku, ah aku baru sadar atau apa? Dia cantik. Sangat. Manis iya. Tapi..
"Cepatlah, aku tidak sabar menceritakan.."
"Kai oppa mu itu, toppless lagi?" Potongku secepat mungkin, aku lihat ia terkekeh cukup riang. Aish, aku semakin tersenyum lebar. Bagaimana, ya? Dugaanku berhasil membuat diriku sendiri kesal, namun melihat wajahnya itu.. dia benar-benar menggemaskan.
"Ya, haruskah sekarang?" Kulihat dia terdiam, apa aku salah lihat? Perubahan ekspresi wajahnya membuatku sedikit terkejut, dan berhasil membuatku sedikit penasaran.
"Hei, kenapa?" Kini ekspresinya semakin buruk, seperti cuaca panas yang tiba-tiba mendung begitu saja.
"Hiks.." Mataku terbelalak begitu dirinya mendekap tubuhku, kemudian telingaku.. mendengar isakan darinya. Ya, bahkan aku merasa kini seragamku sedikit basah karna dirinya yang menangis dibahuku.
Aku menghela nafas, dia ini kenapa? Aku benar-benar khawatir, apa terjadi sesuatu? Apa ini... mengenai si Kim Jong In kesayangannya itu?
"Aniyo." Ujarnya yang kudengar suaranya sedikit serak, kemudian tak lama aku rasa tubuhku sedikit menegang. Ia melepas pelukannya, saat itu juga aku dapat melihat dengan jelas wajahnya yang basah kuyup. Ada apa sebenarnya?!
"Suamiku sedang bersedih."
"Y-ya?"
"Kau tahu? Bangtan boys?" Dia bertanya dengan lantangnya, persis seperti tengah mengintrogasi diriku yang tanpa sengaja melihat roti sobek Kim Jong In nya. Aku tak menjawab, justru menelan ludah. Karna bagiku, ia mengajukan pertanyaan dengan tiba-tiba. Dan itu.. cukup membuatku terkejut.
"Salah satu dari member itu, adalah sahabat suamiku." Ujarnya kemudian memelukku dan dengan isakan, lagi.
"Yoora-ya, aku tidak mengerti." Ujarku, dan saat itu juga dirinya semakin terisak. Aku pun semakin panik. Bukan, bukan karna tangisannya. Tetapi, karna mataku yang saat ini terus menangkap sepasang mata lain yang terus memperhatikan kami. Ya, hampir semua dari tatapan itu seakan ingin memakanku hidup-hidup.
"Kau memang tidak mengerti, jadi kumohon dengarkanlah saja." Aku menghela nafas, malas terus menerima tatapan-tatapan aneh dari siswa ataupun siswi lainnya. Difikir mereka pasti aku ini buruk, persetan dengan itu. Aku lebih frustasi dengan tangisan gadis yang kini tengah sibuk untuk terus membasahi baju seragamku.
"Arraseo." Ucapku setengah malas, tanpa berniat membalas pelukan gadis cengeng ini.
"Kau tahu? Aku begitu senang mendengar kabarmu yang berniat berpindah dari Daegu kemari." Ucapnya disela-sela isakan, hal itu. Entah mengapa? Membuatku sedikit tersentuh, gambaran kebersamaanku dengan Lee Yoora ketika masa sekolah menengah pertama.
Masa dimana, aku mulai mengenal dirinya yang begitu menyukai Kim Jong In. Ya, Lee Yoora adalah seorang penggemar berat idol personil boygrup terkenal itu. Sesuatu membuat kami harus terpisah, aku memilih untuk tetap tinggal di Daegu. Karna memang, sedari kecil aku disana. Kemudian, karna pekerjaan Ayah. Akhirnya kami sekeluarga, berpindah dan menetap dikota.
"Ya, aku tahu." Balasku yang secara sadar atau tidak, kini tanganku tengah mengusap lembut punggung Yoora.
"Kau tahu? Kim Jong In sedang bersedih, karna sahabatnya mengalami koma." Haruskah? Aku kembali menghela nafas? Tidak, kufikir seharusnya tidak perlu. Namun, aku tak dapat menjamin. Karna demi apapun, kufikir ini masalah diluar mengenai Kim Jong In. Ya, seandainya lelaki itu berada didepan mataku saat ini juga. Maka..
"Personil dari Bangtan Boys adalah sahabat suamiku. Park Jimin, baru saja dikabarkan koma dirumah sakit karna mengalami kecelakaan." Aku hanya diam, membiarkan dirinya betah dengan kegiatannya sedari tadi. Berfikir mengenai apa yang harus kulakukan? Karna memang, aku tidak tahu. Siapa dia? Park Jimin, katanya? Hah, yang benar saja. Bahkan selama bertahun-tahun, aku baru memahami sosok Kim Jong In. Ya, sekarang. Siapa lagi yang akan membenciku? Hanya karna kurang pengetahuan mengenai idol dinegara sendiri? Idol yang tengah digemari banyak orang, terutama para gadis seusiaku.
"Yoora-ya, kita hampir masuk." Aku melepas pelukan kami. Ya, pada akhirnya aku membalas pelukannya.
"Kau ini, munafik ya." Aku hampir saja tersedak ludahku sendiri, menatap Yoora yang tengah tersenyum dengan air yang membanjiri wajah.
"Kau memelukku, pada akhirnya." Ucapnya dengan mimik wajah yang membuatku memutar bola mata.
"Dan ini bukan untuk kedua kalinya." Bola mataku lantas menatapnya ketika beberapa detik yang lalu sibuk memperhatikan sekeliling kami yang mulai terlihat sepi.
"Kau bilang, kau tidak menyukai Kai. Tetapi, kau pernah memandangi wajahnya." Ujarnya begitu percaya diri, aku hanya diam menatap wajah penuh kemenangan didepanku ini. Hah, ingin aku menjawab. Tetapi, aku lupa kalau gadis didepanku ini begitu mudah menumpahkan air mata. Biar saja, kuanggap semua kalimat yang tengah diucapkan itu adalah omong kosong.
"Dan, kedua kau memelukku. Padahal aku tahu, kau tidak akan membalas pelukanku. Kau pasti telah menebak mengapa aku menangis saat ini." Lagi dan lagi aku hanya diam, kali ini.. aku setuju dengannya. Hatiku tidak marah, justru teriak dengan mengatakan kalimat 'benar' sekencang-kencangnya.
"Dan, kau.. menangis." Ya? Tadi.. apa katanya? Astaga, kali ini aku gagal dalam menetapkan ekspresiku padanya. Kufikir, aku akan tetap memberikan wajah datar pada setiap kalimatnya. Namun kini? Ketika salah satu jemariku menyentuh area mata, dan kurasakan sesuatu membasahi jari telunjukku ini. Ketika kulihat jariku, memang benar. Basah, tapi.. kenapa?
"Tidak mungkin." Gumamku tak percaya, bahkan tak menggubris tawa Yoora yang tiba-tiba saja meledak.
Hah anak itu! Inilah alasanku tidak menyukainya, ia selalu memiliki cara untuk membuatku penasaran. Ini bukan kali pertama, aku.. biasanya tidak akan mempedulikan apapun yang aneh terjadi dalam diriku ketika menerima tawa keras dari sahabat menyebalkanku itu! Akan tetapi, kini berbeda.
Hal yang terjadi hari ini, penuh ketidak mungkinan.
tbc.
Buat yg mengharapkan The Young Marriage kembali, maaf. Karna, kufikir dengan kehadiran cerita ini adalah sebagai penggantinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
i know his as ghost
Fanfiction[Sudah selesai✔] Yang Bae Sungrin tahu, Park Jimin hanyalah hantu yang selama ini menemani keseharian dirinya. Berbeda dengan temannya atau kebanyakan orang, yang memang mengenal Park Jimin sebagai bagian dari idol grup terkenal. Ya, ia hanya mengen...