12

40 7 2
                                    

Aku tahu ini terbilang nekat, diriku bahkan tidak mempedulikan perhatian semua orang yang terlihat menatapku dengan ekspresi dan fikiran masing-masing. Setelah mengecek keberadaan Park Jimin diruang rawatnya selama ini, lelaki itu tidak ada. Ya, itulah yang membuatku panik bak manusia yang kerasukan hantu. Eh, bukankah benar? Dengan sangat menyesal, aku mengakui kalau aku ini memang hantu. Ya! Persetan dengan itu, hal yang terpenting adalah tidak ada yang tahu selain diriku.

Aku tidak tahu harus melangkahkan kaki Yoora ini kemana? Selain ruang rawat Park Jimin, aku tidak tahu kemana lelaki itu sering menghilang? Aku haus, sangat. Banjiran peluh ditubuh Yoora sangat dapat kurasakan, maafkan aku Yoora-ya. Tapi, aku tidak akan membiarkan tubuhmu kehausan. Ini adalah kali pertama aku mengunjungi kantin rumah sakit, selain tempat-tempat yang sebelumnya pernah kudatangi. Ruang rawatku, ruang rawat Park Jimin dan.. ruang mayat. Astaga, membayangkan diriku diwaktu itu sukses membuat tubuh Yoora terasa gemetar.

Ya, aku memandangi sekitar. Hingga aku larut, seseorang berhasil menyadarkanku. Aku tersenyum kemudian memberikan uang untuk membayar minuman yang kubeli. Tidak kusangka, diriku dapat kembali berkomunikasi oleh manusia. Aku menatap beberapa orang yang berdatangan, mereka nampak berbeda dari yang lain. Saat ini, kantin rumah sakit didominasi orang-orang yang mengenakan pakaian serba gelap. Wajah mereka, dapat kulihat jelas melalui sepasang mata Yoora kalau mereka sangat kecewa? Sedih? Atau semacamnya.

"Ini kabar mengejutkan, kufikir tidak akan seperti ini jadinya. Aku benar-benar mengharapkan Park Jimin dapat kembali bersama anggota yang lain." Saat itu juga, aku mulai kehilangan kendali. Ya, aku tersedak minumanku sendiri. Seseorang yang sebelumnya terlihat serius saling berbicara, kini menatapku aneh. Aku, hanya diam dengan fikiranku yang merambat ke hal lain. Perlahan aku pun pergi karna merasa sedikit malu terhadap sikapku barusan yang berhasil mengundang atensi semua orang. Namun itu tak berlangsung lama, fikiranku semakin merambat mengenai Park Jimin.










---








Kufikir, menghindari tatapan aneh dikantin tadi tak seenak setelahnya. Ya, kini diriku dibuat sangat terkejut dengan begitu banyaknya orang berkumpul. Mereka nampak memakai pakaian dengan warna yang sama, ya gelap. Bahkan ekspresi wajah mereka pun sama, sama seperti gadis yang membuatku malu setengah mati dikantin tadi. Aku menghela nafas berat, ini terlalu berat bagiku. Bagaimana bisa? Aku menemukan Park Jimin dalam kepungan orang-orang itu?

Namun, sepertinya Tuhan menyayangiku. Mereka, orang-orang itu. Perlahan berpindah posisi, yang kini terlihat berada didua sisi. Sisi kanan dan kiri, itu.. mengingatkanku pada peristiwa dua minggu yang lalu. Dimana aku menemukan Park Jimin yang menghilang diruang rawatnya, dimana aku menjadi arwah nekat pada malam hari. Tetapi, jika saat itu aku masih dapat menemukan Park Jimin. Lalu bagaimana dengan hari ini? Ya, kuharap hari ini akan sedikit mirip dengan hari itu.

Aku melihat beberapa orang berdatangan dari dalam mobil, hal itulah penyebab banyaknya orang mengambil posisi untuk membuat dua bagian menyisakan beberapa jarak jalan diantara mereka. Orang-orang itu, yang baru saja berdatangan. Yang menjadi penyebab terciptanya dua bagian orang disana, aku tidak asing dengan mereka. Salah satu dari mereka, nampak menatap ke arahku. Menganggukan kepala, seolah memberi isyarat. Alis Yoora saling bertaut, karna diriku yang merasa sangat bingung terhadap sikap dia. Namun, tatkala kini tubuhku telah sepenuhnya menghadap ke arah sebaliknya. Aku pun mendapatkan sesuatu yang mengganjal, dan berhasil membuatku sangat penasaran.

"Ada apa disana?" Gumamku, kemudian mulai mengambil langkah seribu setelah pandanganku tanpa sengaja menangkap seseorang yang baru saja meninggalkan tempatnya.
















---














Aku jadi merasa bingung, apa sebenarnya yang dimaksud oleh dua orang tadi? Aku melangkah hingga kini berakhir pada tubuh Yoora yang sepenuhnya berada didalam rumah sakit, ada apa ini? Apa.. aku baru saja mengikuti jalan rahasia? Apa tujuan mereka melewati jalan tadi? Memang, sedikit menakutkan tadi sepanjang koridor itu terlihat berbeda suasananya dengan koridor yang lain. Mungkin karna, kebanyakan orang tidak tahu? Haruskah aku bangga karna tahu jalan rahasia ini?

Aku berhenti melangkah, ketika tak sengaja aku kembali melihat orang yang sebelumnya ku ikuti memasuki sebuah ruangan. Rasa penasaranku semakin menjadi, aku jadi tidak dapat mengontrol diri. Namun, ketika kedua kaki Yoora ini ingin kembali melanjutkan langkahan. Tiba-tiba saja muncul sosok yang sangat ku kenal, tidak asing. Bahkan, dengan melihat melalui sepasang mata Lee Yoora. Ia masih sama, terlihat sama. Tidak asing, dan ialah tujuanku berada disini. Kurasa, ini adalah kedua kalinya aku melakukan hal nekat deminya. Karna saat ini, aku meminjam tubuh Yoora tanpa izin.

Aku lantas memutuskan untuk tetap melanjutkan langkahan, karna ku tahu. Tujuanku ada didepan mata saat ini. Ya, semakin dekat jarak diantara kami. Namun, ia nampak tak merasakan kehadiranku. Entahlah, aku sendiri tidak tahu mengapa? Ia terlihat memandangi lantai, aku pun sempat melakukan hal yang sama. Namun, aku merasa bingung. Karna yang kulakukan itu, aku tak tahu? Mungkin hanya dia yang tahu, mengapa lantai itu seakan lebih menarik dibandingkan dengan kehadiranku saat ini yang benar-benar telah berada didekatnya.

"Kufikir, selama ini aku memang berjuang sendiri." Bagaikan sambaran petir, aku menatap sosok Park Jimin yang kini nampak sedikit terkejut menatap kehadiranku. Apa yang dikatakannya itu? Apa maksudnya? Aku beralih, berusaha keras seolah tak melihatnya. Lantas melangkah mendekat ke arah ruangan asing itu.

Mata Yoora membulat, ketika diriku rasa benar-benar tersambar petir saat ini. Apa yang kulihat saat ini? Apa yang tengah kusaksikan saat ini? Aku mulai panik, peluh kembali membanjiri permukaan wajah Yoora. Dan aku dapat merasakannya, namun tidak. Untuk saat ini, aku tidak akan diam menunggu hal buruk itu datang sama halnya waktu itu. Aku yang menyangka Park Jimin sebagai bagian dari mereka, muncul ditengah kegelapan malam. Aku mendesis kesal, menatap salah seorang perawat melepas beberapa alat yang membalut tubuh Park Jimin.

Aku harus bagaimana? Diriku melakukan hal nekat hari ini, adalah demi Park Jimin. Ya, demi dirinya. Lucu rasanya jika aku hanya diam, membeku menyaksikan kekonyolan yang tengah terjadi. Kufikir tangisan diantara mereka semua itu adalah kebohongan! Bagaimana bisa? Mereka membiarkan hal yang menyakitkan hati mereka terjadi dihadapan mereka sendiri, kurasa mereka semua sudah gila. Aku, merasa masih sangat waras. Sadar atau tidak, kini diriku telah menjadi pusat perhatian mereka semua. Kurasa deras air mata Yoora mengalir, namun tak kubiarkan membanjiri wajah Yoora.

Karna ini bukan keinginan gadis itu, aku menghapus jejak air mata dikedua pipi Yoora. Lantas menatap tajam masing-masing netra yang nampak terkejut dengan kehadiranku. Kemudian berucap, "Percaya atau tidak, temanmu, sahabatmu, keluarga kalian. Ia.. selama ini selalu ada didekat kalian, selalu mendengarkan semua kalimat kalian masing-masing."

Hal diwaktu itu, nyatanya sangat mirip. Dan terjadi hari ini, aku selalu menemukan Park Jimin kembali ketika diriku tengah berusaha melakukan hal nekat.

























tbc.

welkom desember~

i know his as ghostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang