13

40 6 0
                                    

Kufikir, kini diriku bukanlah pahlawan kemalaman. Karna, Park Jimin bilang. Aku adalah penyelamatnya dipagi ini.




---








Ya, aku tidak tahu apa yang harus kurasakan saat ini? Karna, setelah tahu Park Jimin yang berhasil terselematkan. Tiba-tiba saja arwahku keluar dari tubuh Yoora, gadis itu terlihat lemas hingga mengeluarkan isi perutnya berkali-kali kemudian berakhir dengan dirinya yang tidak sadarkan diri. Sukses membuatku sangat khawatir bukan main, masalahnya adalah itu terjadi karnaku. Lee Yoora harus menderita dan terpaksa menjadi pasien dirumah sakit ini karnaku. Entah sudah berapa lama waktu yang kuhabiskan saat ini? Namun, segaris senyum terbentuk diwajahku begitu saja. Menatap kedua mata Yoora yang perlahan terbuka.

"Yoora-ya.. aku-"

"Dia pasti baik-baik saja, hal yang biasa terjadi pada orang sepertinya yang tidak biasa dirasuki hantu." Potong Park Jimin begitu saja, ingin sekali aku menyumpali bibir lelaki itu. Kalau saja, berikutnya aku harus menutup kedua telingaku rapat-rapat.

"Oppa?! Sungguh?! Ini kau?! Kim Jong In oppa?!!" Ya, itu adalah pekikkan Lee Yoora, ketika baru sadarkan diri mendapatkan sosok lelaki yang dipujanya berada tepat didekatnya. Apalagi, saat ini kulihat Kim Jong In tersenyum membalas ucapan penuh antusias dari penggemarnya itu. Ya, Lee Yoora. Apa kau tidak berniat mengucapkan terima kasih padaku?

"Temanmu terlihat menyukai temanku." Ujar Park Jimin yang kulirik ia tersenyum, aku melepas kedua tanganku yang masih berada dikedua telingaku sebelumnya. Aku diam, namun dengan sudut bibir yang perlahan terangkat.

"Kau ingin kemana?" Tanya lelaki itu, yang mungkin begitu terkejut dengan diriku yang berniat pergi. Kemudian, aku hanya diam. Menunda langkahanku, tidak berniat menoleh sedikit pun. Namun, tidak lama. Karna pada akhirnya, aku melangkah keluar dari ruangan itu dan meninggalkan Park Jimin dengan dua manusia didalam.









---









Kini, aku kembali pada kegiatan rutinku. Menatap kondisi diluar melalui kaca jendela, hari ini terlihat begitu sepi. Ayah belum berkunjung, dan Ibu juga. Aku tidak tahu mengapa? Apa.. mereka mulai jenuh dengan kegiatannya setiap hari? Selalu disuguhi respon tubuhku yang membuat mereka kecewa, karna tak kunjung membalas setiap kalimat penuh kasih sayang dari mereka itu. Namun, ketahuilah. Aku begitu kesepian saat ini, aku ingin menangis.

Lamunanku buyar akan Ayah dan Ibu, sosok Lee Yoora terlihat memasuki ruangan. Ah, tidak. Ia bahkan terlihat tak sendiri, apa yang akan mereka lakukan diruang rawatku? Aku bangkit berdiri, menatap mereka dengan was-was. Kemudian, terlihat Ayah dan Ibu yang tiba-tiba saja datang. Mereka nampak mengamati pergerakan orang yang bersama Lee Yoora, ada apa dengan orang itu? Mengapa sikapnya terlihat aneh? Dan, apa yang membuat semua orang terdiam? Mengapa.. aku seakan tersudutkan oleh orang ini?!

"Ada." Kulihat orang tersebut berucap, dengan telapak tangannya yang terbuka tepat didepan wajahku. Ku lempar tatapanku pada yang lain, mereka semua memasang mimik wajah sama sepertiku. Terkejut. Namun, tak lama kemudian. Ayah nampak melangkah mendekat, dengan garis senyum yang perlahan terlihat.

"Benarkah? Putriku? Kau.. ada disini?" Aku menatap Ayah dengan bola mataku yang hampir saja keluar, aku tidak tahu harus lakukan apa? Karna, jujur saja. Ini lebih mengejutkan dibanding dengan peristiwa yang Park Jimin alami tadi.

"Jadi, selama ini.. aku tidak sendirian disini?" Kulihat Lee Yoora yang ikut melangkah mendekat, gadis itu tersenyum dengan tetesan air mata yang mengalir diwajah.

"Paman, Bibi. Inilah tujuanku meminta Ayah agar memasuki ruangan ini" Ia berucap dengan begitu antusias, seolah aku ini telah menjadi saingan Kim Jong In. Satu hal yang lebih ku kejutkan adalah, aku baru tahu jika Ayah Lee Yoora sangat mahir mengenai hal-hal makhluk semacamku ini.

"Kim Jong In oppa, mengatakan padaku kalau.. aku telah menyelamatkan temannya. Ia bilang kalau aku mengatakan keberadaan temannya itu." Ujar Yoora dengan bangganya, aku menghela nafas. Secara tidak sadar, tubuhku kini merosot begitu saja. Terduduk dilantai, dengan punggung yang teertopang pada dinding.

"Aku merasa aneh, lalu Ayah datang karna aku mengabari. Ia juga menangkap basah arwah lain diruang rawatku tadi, jadi kusimpulkan bahwa aku.. mengalami kerasukan." Ujarnya dengan nada yang begitu dibuat-buat, namun.. kalimatnya barusan membuatku panik secara mendadak. Aku lantas berdiri kembali, dan menatap semua orang dengan cemas.

"Maksudnya, Park Jimin?" Ucapku begitu saja, kulihat semua biasa saja. Terkecuali dengan Paman Lee, ia nampak sedikit terkejut dengan suaraku yang lumayan keras tadi. Kutatap paman Lee yang terlihat menarik nafas.

"Putrimu mengenal arwah diruang rawat putriku, Tuan Bae." Ujarnya dengan nada bicara yang serius, kulihat Ibu yang melangkah menghampiri Lee Yoora. Ibu menyentuh kedua pundak gadis itu, kemudian melayangkan tatapan dengan mimik wajah serius.

"Tadi.. katamu siapa?" Tanya Ibu, kulihat Yoora memasang ekspresi bingung.

"Siapa?" Tanya Yoora, Ibu menghela nafas.

"Siapa yang menjelaskan itu padamu tadi? Siapa yang menyangka kalau kau telah menyelamatkan orang lain?" Tanya Ibu perlahan, bahkan dapat kudengar nada disetiap kalimatnya begitu diperjelas.

"Itu.. Kim Jong In oppa." Jawab Yoora dengan semburat merah yang terlihat dikedua pipinya, gadis itu lantas tersenyum malu. Aku memutar bola mataku jengah, merasa begitu penasaran atas pertanyaan Ibu padanya barusan.

"Berita yang kusaksikan malam itu, dimana sebelum putri kita mengalami kecelakaan. Bukankah, idola terkenal dinegara kita sedang dalam masa koma?" Ucap Ibu menatap masing-masing wajah para manusia itu, sedangkan aku menelan ludah menatap Lee Yoora yang perlahan bangkit berdiri lagi.

"Teman Kim Jong In sedang mengalami masa koma, itu.." Terdengar kalimat Yoora yang menggantung, ia menatap Ibu yang kini juga menatapnya. Kulihat dengan jelas, mereka saling tatap. Sedangkan, dua orang didekatku hanya diam menyaksikan mereka. Menunggu kelanjutan kalimat menggantung dari Lee Yoora, sama sepertiku.

"Park Jimin." Ucap Ibu.

"Anggota Bangtan Boys." Lanjut Lee Yoora.

"Ya, tadi putrimu menyebut namanya." Tambah Paman Lee. Dan saat itu juga, tubuhku kembali merosot dengan helaan nafas yang lumayan panjang.

Cukup sudah, aku lelah.
























tbc.

welkom januari, 2019!!!

i know his as ghostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang