14

45 11 0
                                    

Kufikir, kini semua berjalan diluar dugaanku.

---











Dari peristiwa itu, mereka semua jadi bersikap aneh. Dimulai dari Ibu, yang datang selalu membawa dua selimut. Ya, satu untuk menyelimuti tubuhku. Dan yang satunya lagi, ia fikir itu untukku. Yang benar saja, walaupun kutahu itu tak akan membantu meredakan kedinginanku jika dimalam hari. Tetapi, begitu menatap wajah damai Ibu yang selalu menemani tubuhku. Memeluknya erat, perlahan seperti menular padaku setiap harinya. Ya, kini tubuhku mulai menghangat dengan sendirinya. Terima kasih Ibu.

Dan yang kedua, adalah Ayah. Ia tak lupa selalu berkunjung begitu pekerjaan dikantornya selesai, sebenarnya aku tahu alasan ia jika ia lupa tak mengunjungiku. Karna memang, jadwal dan pekerjaan dikantornya itu membuatnya tak pernah tak jauh dari kata sibuk. Akan tetapi, Ayah tidak pernah melakukan itu. Ya, nyatanya hingga saat ini. Ayah masih sangat rajin mengunjungiku, aku setia terduduk disofa mendengarkan setiap kalimatnya yang semakin hari membuatku semangat. Seakan mengandung banyak harapan didalamnya untuk kehidupanku.

Dan yang ketiga, inilah yang saat ini kualami. Lee Yoora. Ya, memang siapa lagi manusia selain kedua orang tuaku yang sering berkunjung kemari? Gadis itu terlihat sibuk dengan ponselnya, dengan beberapa camilan yang tengah dimakan. Bibirnya tak kunjung berhenti berucap, dimulai dari ia yang terus menawarkan camilannya kepadaku hingga membahas lelaki pujaannya itu. Lee Yoora, karnanya aku seperti merasakan kembali kehidupanku. Karnanya, kehadiranku seakan dirasa oleh kedua orang tuaku.

"Eum.. Bae Sungrin-ah.. darimana kau kenal Park Jimin?" Baru saja aku memejamkan kedua mata, seakan dibuat terlarut dengan suasana hatiku yang perlahan terasa sangat tenang. Kini, hancur sudah ketenangan itu. Ketenangan yang kuciptakan, nama itu kembali lagi terdengar. Aku, entah mengapa menjadi sedikit sensitif dengan nama itu.

"Apa.. kau sedang tidur? Ah, baiklah. Semoga tidurmu nyenyak, karna aku juga sudah selesai." Ujar Yoora kemudian merapihkan bungkus camilannya ke dalam kantung, ku amati pergerakan gadis itu. Tubuhku pun ikut bangkit berdiri, kemudian mengikutinya keluar ruangan.

Aku mengamati punggung Yoora yang perlahan menjauh, hingga kini sama sekali tak terlihat. Kutatap pintu kamarku yang terlihat berbeda dari biasanya. Ya, sejak mereka begitu berhati-hati dan tahu kehadiranku. Aku jadi malas untuk keluar ruangan, karna larut dalam perlakuan hangat mereka terhadapku. Bibirku tersenyum, menatap hiasan yang terpampang jelas dipintu ruang rawatku ini. Lee Yoora, yang melakukan? Sepertinya. Karna kemarin, aku sempat melihat benda ini yang ia keluarkan dari dalam kantung.

Kufikir, senyumanku tidak berlangsung lama. Karna, selanjutnya kurasakan sesuatu mengalir membasahi kedua pipiku. Bayang-bayang ketika hari dimana aku merayakan hari lahirku dengan keluarga, teman-teman dan yang lainnya termasuk Lee Yoora. Semua itu terlintas, membuat hatiku perih. Seorang perawat datang ke arahku, membawakan sesuatu. Aku tidak tahu apa? Namun, itu terasa menarik. Berbeda dari apa yang biasa ia bawakan untukku. Diriku lantas kembali memasuki ruangan, ketika perawat itu membuka pintu ruangan. Kulihat ia tersenyum menatap tubuhku, kemudian pergi saat setelah meletakan sesuatu didalam genggaman tanganku.

"Apa itu?" Gumamku yang begitu penasaran, tidak ada siapapun saat ini selain diriku. Ya, kufikir inilah saatnya untukku agar menjadi lebih dekat dengan tubuhku sendiri.

Air mataku kembali menetes, aku tidak tahan. Ya, aku kesal saat ini menatap tubuhku yang begitu setia menutup mata. Tubuhku merosot, tepat disamping tubuhku berada. Aku menangis. Ya, untuk pertama kalinya aku menangis dengan sangat. Aku tidak mempedulikan wajah maupun tubuhku yang perlahan dibanjiri keringat dan air mata. Kulihat sejenak jam dinding yang terpajang diruangan, menunjukkan detik-detik pergantian hari. Aku semakin kesal. Emosiku benar-benar memuncak, namun aku juga tidak tahu harus lakukan apa?

"Aku hanya ingin kembali, kumohon Tuhan.. aku ingin memeluk Ayah dan Ibu.. aku lelah, hiks.." Ucapku dengan tubuh yang gemetar, sesuatu mengejutkan diriku. Aku.. seperti baru saja tersentuh sesuatu. Disela-sela isakku, ku lihat salah satu jariku tengah bersentuhan dengan lengan tubuhku. Apa yang terjadi?

Aku seakan lupa dengan tangisku, perlahan bangkit berdiri. Menatap tubuhku sendiri dengan sesuatu yang terbendung dikedua mata, kemudian beralih pada diriku sendiri yang kini terlihat cahaya seperti memudar disetiap sisi tubuhku. Semakin ku ingin tahu, semakin kurasa diriku melayang. Semakin banyak pertanyaan yang kuajukan didalam hati, semakin membuat diriku lemas. Hingga akhirnya, semua menjadi gelap. Tidak ada lagi yang terlihat, tidak ada yang dapat kurasakan selain lemas yang menggerogoti tulang-tulangku. Aku tidak tahu apa yang sedang terjadi? Karna yang kurasakan setelah tubuhku serasa melayang adalah, rasa sakit yang seakan menghajar seluruh tubuhku.

Aku sakit, aku merasa seperti telah menemukan sebuah kehangatan yang sesungguhnya.






















tbc.

welkom pebuari 2019~

i know his as ghostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang