bagian 5

28 9 2
                                    

"Jika kehadiranku membuat mereka menderita, lalu untuk apa aku dilahirkan?"

Celyn Oktavia Pamungkas

------

Setelah sholat maghrib, aku masih saja belum berhenti menangis. Bukan berarti aku lebay, tetapi setiap ucapan yang keluar dari mulut nenek itu rasanya seperti belatih yang menusuk tajam ke tubuhku. Sakiit..!! Lebih sakit dari patah hati.

Seperti biasa, setiap kali aku merasa sedih, aku selalu menuju balkon untuk melihat pemandangan kota, apalagi dimalam hari. Banyak cahaya yang berasal dari lampu rumah warga memberikan kesan indah nan romantis bagiku.

"Lo ngapain disitu?sendirian lagi.. gak takut kesambet setan lo??" Suara kak Fachri mengejutkanku.

'Lo tuh setannya bang, ngagetin gue aja'

"Kak Fachri kok bisa ada disini?"

Aku sangat terkejut, tiba-tiba saja dia sudah duduk disampingku...
Kalau ditanya deg-deg an apa enggak? Sudah pasti iya..! Jantungku saat ini sedang berdisco ria, tanganku dingin, dan rasanya............... BAHAGIAA SEKALIII..!!

"Iya, gue tadi lihat lo keluar dari kamar sambil nangis. Kayaknya lo lagi sedih banget ya?"

"I..iya kak"

"Enggak nyangka, ternyata lo bisa sedih juga ya. Haha" Aku bingung, kenapa dia harus tertawa?

"Maksud kakak?"

"Ya.. selama ini gue perhatiin lo itu selalu ceria, dan baru kali ini aja gue lihat cewek kayak lo nangis"

'What.. dia bilang dia merhatiin gue..!!! Dedek nge fly bang..'

"Ck, semua orang pasti pernah nangis lah kak.. emangnya kakak selama ini merhatiin aku?" Aku mengulang kembali ucapannya sambil memastikan bahwa aku tidak salah dengar.

"Emm.. enggak, lo salah denger kali.. gue gak ngomong gitu" ucapnya yang terlihat gugup sambil menggaruk lehernya yang tidak gatal.

"O gitu.. iya mungkin aja gue salah denger"

"Perasaan tadi lo bilang mau kerja kelompok? Terus kenapa masih disini?"

"Enggak jadi, udah males.."

"O iya, kenapa lo sedih?"

"Enggak papa kok kak"

"Udah lo gak usah bohong, tenang aja pasti aman kok kalok cerita sama gue. Kan kita tetanggaan nih, anggep aja gue temen curhat lo, jadi setiap lo ada masalah.. lo bisa cerita ke gue"

'Dedek maunya lebih dari temen bang :D' batinku.

"Gue capek kak, setiap yang gue lakuin selalu salah dimata nenek. Bahkan kelahiran gue aja dianggap salah sama dia. Terus meninggalnya nyokap gue juga gue yang disalahin" aku menceritakan semua emosiku.

"Mungkin lo bandel kali" jawabnya dengan santai pandangannya lurus, sekilas ku lihat dia tersenyum, bukan senyum sepuluh centi, melainkan 3 kali lipatnya.

"Gue gak pernah bandel ke nenek, bahkan gue mencoba buat hormat sama dia, tapi tetep aja dia gak pernah mandang gue sebagai cucunya"

"Lo sabar aja, mungkin itu karena nenek lo masih sedih dengan kematian nyokap lo. Lagian dia orangtua nyokap lo kan, jadi lo harus perlakuin dia seperti nyokap lo sendiri."

"Iya kak. Gue bakal usahain jaga emosi gue waktu berhadapan sama nenek"

"Harus itu.. karena membantah orangtua itu tidak diperbolehkan"

"Hahaha iya kak.. thanks ya kak udah mau dengerin curhatan gue"

"Iya sama-sama"

"Gue kira kakak orangnya cuek, gak peduli apapun yang ada disekitar kakak, tapi gue salah, ternyata kakak orangnya baik.."

"Lo mikir gue kayak gitu? Hahaha..."

"Kenapa ketawa?"

"Lucu aja.. lo kok bisa berfikiran gitu ke gue?"

"Karena gue sering lihat banyak cewek yang berusaha ngedeketin kakak, tapi sikap kakak cuek aja"

"Segitu perhatiannya lo sama gue?" Ucapanya berhasil membuat aku bungkam seribu kata, ingin rasanya aku berlari sambil teriak kalau dia salah denger..

'Mampus.. gue salah ngomong'

"E..enggak kak, gue cuman... pernah lihat aja"

"O.. gitu ya. Gue rasa sikap gue biasa aja.yah emang sih gue males ngeladenin cewek-cewek kayak gitu, terlalu agresif"

"O begitu.." aku mengangguk tanda mengerti dengan ucapannya.

"Nyokap lo dimana kak?" Tiba-tiba saja mulutku ingin menanyakan hal itu.

Bukan nya menjawab, dia malah diam. Aku langsung menghadapkan wajahku ke arahnya, karena aku takut dia..... ketiduran.

"Kenapa diem kak?" Tanyaku karena ku lihat pandangannya tetap lurus, seperti sedang memikirkan sesuatu.

"Nyokap gue ninggalin bokap demi cowok lain yang lebih kaya dari bokap" aku kaget mendengar ucapannya, dan itu semakin buat aku nyesel udah tanya tentang mamanya.

"Sorry kak, bukan maksud gue buat..."
"Iya gue tahu, lo santai aja" belum sempat aku melanjutkan perkataanku, kak Fachri memotongnya.

"Mangkanya gue gak terlalu percaya sama cewek-cewek yang berusaha ngedeketin gue. Karena gue udah ngelihat bagaimana perasaan bokap ketika tahu kalok nyokap selingkuh" dia masih menyempatkan buat tersenyum ketika menceritakan masalah keluarganya.

"Tapi gak semua cewek kayak gitu kak, masih banyak wanita diluar sana yang baik dan gak mandang status kekayaan"

'Termasuk gue salah satunya :")'

"Iya lo bener..." ucapnya sambil menatapku, tatapannya bener-bener buat aku salah tingkah.

"Emm...gue balik dulu ya, besok sekolah, takut telat"

"Lah, kan besok hari minggu kak?"

"O iya, gue lupa. Ya udah gue balik dulu ya.." saat ini giliran dia yang salah tingkah, entah apa yang dia pikirkan sampai-sampai dia bertingkah seperti orang aneh, dan meninggalkan aku sendirian. *Kebiasaan ditinggal ya gue :")

Dia segera melompati pagar pembatas antara balkon rumahku dan rumahnya.

Perasaanku mulai membaik, itu semua sudah pasti karena kak Fachri. Dia ternyata enggak se-dingin yang aku pikirkan.

Aku langsung masuk ke kamar dan menutup pintu balkon rapat-rapat. Pintu balkonku terbuat dari kaca transparan, dan berbalut gorden dua lapis untuk menghalangi pandangan dari luar.

Sebelum aku benar-benar menutup pintunya, ku sempatkan melihat ke arah rumah kak Fachri, untuk memastikan dia sudah tidak berada di balkonnya.

Sepertinya si Fachri ada rasa sama Celyn.
Tungguin kelanjutannya ya...😊
Dijamin makin seru ceritanya 👍
Jangan lupa kasih vote comment ya😂❤😊

true loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang