2nd

530 49 0
                                    

"Stef, lo pulang bareng gue ngga?" tanya Eile.

"Ngga deh. Gue naik bis aja kayak biasanya," jawab Stefa. "Lagian lo mau sama Jeffrey kan? Ogah gue jadi laler."

Eile terkekeh. "Iya. Yauda gue duluan ya," kata Eile sambil melambaikan tangannya.

Stefa balas melambaikan tangannya. Stefa lalu keluar dari kampus. Matahari condong ke barat. Waktu sudah menunjukkan pukul 14.46 WIB.

Stefa menunggu di depan gerbang yang tidak jauh dari halte. Stefa biasa menaiki bus jalur 7 yang melewati rumahnya. Stefa tidak masalah jika harus menunggu sampai jam 15.00 yang penting ia bisa pulang. Lagi pula, ia tak terlalu suka suasana rumah.

Tristan keluar dari gerbang utama sambil menuntun motor ninjanya. Matanya menangkap Stefa yang sedang berdiri di depan gerbang dengan punggung menyandar ke pagar beton. Sesekali Stefa mengetukkan jarinya ke beton.

"Heh. Lo Stefa?" sapa Tristan sekenanya.

Stefa langsung menoleh, lalu langsung mengenali Tristan. "Iya. Lo Tristan, kan?" tanya Stefa.

Tristan mengangguk. "Sendiri? Lagi ngapain?" tanya Tristan balik.

"Nungguin bis," jawab Stefa.

"Jalur apa?"

"Jalur 7,"

"Weh itu lama datengnya kalo jam segini. Bisa sampek setengah empat baru nyampe," kata Tristan.

"Ngga pa-pa. Udah biasa," kata Stefa. Ia jujur. Ia sudah biasa menunggu lama.

"Nanti lo lumutan, loh," kata Tristan.

'Jayus.' pikir Stefa dalam hati sambil menahan tawanya. "Ngga lah."

"Serius ini lama banget kalo lo nunggu dari jam segini," kata Tristan. "Gue anterin aja, ya?"

"Ngga usah," tolak Stefa langsung. Bukannya ia gengsi atau bagaimana, tetapi ia baru kenal dengan Tristan. Tidak enak hati.

"Ngga pa-pa. Daripada lo nunggu lama banget kayak gini," kata Tristan, sedikit memaksa.

Stefa pun tidak bisa menolaknya. Ia mengangguk, disambut dengan senyum senang Tristan. Tristan mengeluarkan sesuatu dari tasnya. Sebuah hoodie supersize warna putih. Disodorkannya hoodie itu kepada Stefa.

"Nih, pake," kata Tristan.

"Buat apa? Ngga usah," tolak Stefa.

"Pake, apa gue pakein ke lo," paksa Tristan.

Stefa lagi-lagi tidak bisa menolak. Ia langsung memakai hoodie itu. Tristan lalu menstarter motornya.

"Rumah lo dimana?" kata Tristan.

"Jalan Kenanga blok C no. 18," jawab Stefa.

"Oke. Cepet naik," kata Tristan.

Stefa naik ke jok belakang motornya. Tristan mulai menjalankan motornya. Anehnya, Tristan tidak langsung menuju alamat rumah Stefa. Ia mampir ke toko kue.

"Kenapa kita kesini?" tanya Stefa.

"Kenapa? Lo ngga suka, ya?" tanya Tristan balik.

"Eh ... Ngga gitu," kata Stefa.

"Yauda lo tunggu sini dulu. Gue beliin kue ke dalem," kata Tristan, lalu masuk ke toko kue itu.

Stefa agak heran dengan sifat Tristan. Baru hari pertama kenalan, sudah berani mengajaknya ke tempat lain. Sesaat Stefa berpikir apakah Tristan selalu begitu ketika kenalan dengan seseorang untuk pertama kalinya. Tapi ia rasa bukan itu.

LOVE Is Not OverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang