3rd

477 48 1
                                    

Stefa mematikan HPnya. Pintu kamarnya terbuka. Tampak Bi Ima, pembantu di rumahnya berdiri di depan pintu.

"Maaf, Nona. Membuka tanpa permisi. Tetapi, Nona harus cepat ke ruang makan karena waktu makan malam sebentar lagi," kata Bi Ima.

"Oh, iya, Bi Ima. Tidak usah terlalu formal. Aku akan kesana sebentar lagi," kata Stefa.

"Iya. Segera ke ruang makan ya Nona," kata Bi Ima, lalu menutup pintu.

Stefa tersenyum. Setidaknya untuk dua detik sampai Bi Ima benar-benar menutup pintunya. Setelah itu ekspresinya datar kembali.

"Apa aku masih harus bergabung makan malam kalau hak-ku tidak dihargai lagi?" gumam Stefa.

Stefa lalu menuju ruang makan. Sudah tampak Papa tirinya, Mamanya, dan Cheryl. Stefa berjalan menuju meja makan dan duduk tanpa berkata sepatah katapun.

"Pah, Cheryl pengen mobil. Katanya kalau Cheryl sudah kuliah mau dibeliin mobil?" rajuk Cheryl kepada Papanya.

"Iya, Sayang. Nanti Papa bawa kamu ikut terus disana kamu tinggal memilih, ya," kata Papanya.

Stefa memilih diam tidak menanggapi mereka. Bahkan ia berusaha sebisa mungkin menyumbat telinganya dengan pikiran yang lain. Stefa makan dengan cepat.

"Stefa sudah selesai. Selamat malam, Papa, Mama dan Cheryl," kata Stefa yang bahkan tidak digubris oleh Papa-Mama dan saudara tirinya itu. Sesaat Stefa berpikir apa gunanya Mamanya dulu mengajarkan sopan santun jika diacuhkan seperti ini?

Stefa masuk kembali ke kamarnya. Stefa menyadari HPnya bergetar langsung membukanya.

 Stefa menyadari HPnya bergetar langsung membukanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Stefa menghela napas kasar. Marva. Semenjak saat itu ia masih berani menghubungi Stefa. Stefa sangat kecewa dengan Marva.

"Kau mengacuhkanku dan lebih memilih cewek egois manja yang telah merebut semuanya dariku termasuk Kasih sayang dari orang tuaku. Kau pikir aku masih menganggapmu?" kata Stefa. Ia tidak membalas pesan dari Marva.

Stefa lebih memilih berdiam di kamar sambil menyibukkan diri. Entah itu mengerjakan tugas atau membaca buku. Sampai jam delapan lewat, Stefa masih ada di kamarnya. Pintu kamar Stefa terbuka. Tampak Marva ada di ambang pintu. Stefa hanya menatap Marva sebentar, lalu kembali fokus kepada buku yang ada di depannya.

"Kau bahkan tidak menyambutku Stefa," kata Marva.

"Memangnya kau siapa? Memangnya kau pikir kau orang penting? Aku tidak harus menyambutmu, kan?" kata Stefa acuh.

Marva diam. Ia tak kuasa berkata-kata. Marva sungguh menyesal dengan apa yang diperbuatnya dulu. Tapi penyesalan Marva datang terlambat. Ketika Cheryl dan Marva hendak menikah, Marva baru menyadari kesalahannya. Marva datang ke rumah Stefa untuk berunding tentang pernikahan.

LOVE Is Not OverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang