8th

324 43 1
                                    

Stefa membuka matanya. Ia ada di kamarnya. Kamar yang di rumahnya. Ia berusaha mengingat apa yang terjadi semalam.

Flashback ON

Tristan memeluk Stefa dengan begitu erat. Stefa menangis di dalam pelukan Tristan. Baru kali ini ia merasa tenang. Ketenangan yang menentramkan hati kecil Stefa.

Tristan melepaskan pelukannya, lalu mengusap pucuk kepala Stefa dengan lembut sambil tersenyum.

"Sudah jangan nangis. Kamu nggak cocok nangis. Senyum aja. Kamu cantik kok kalau senyum," kata Tristan disusul dengan senyumannya.

Stefa merasa pipinya panas sekarang. Ia merasa tenang sekaligus malu melihat Tristan. Senyumnya bisa membuat siapa saja tenang sekaligus salah tingkah.

Stefa ikut tersenyum. "Makasih, Tan."

"Udah tenang, kan? Mau pulang?" tanya Tristan.

Stefa mengangguk. Tristan lalu membantu Stefa untuk berdiri. Mereka lalu berjalan beriringan menuju rumah Stefa.

Waktu sudah menunjukkan pukul 00.07 WIB. Pasti rumah sudah sepi karena semuanya telah tidur.

"Makasih udah nganterin gue pulang," ucap Stefa begitu telah sampai rumah.

"Iya. Sama-sama. Oh! Besok mau berangkat bareng? Kebetulan si Kam--... Ehh Jeffrey mau berangkat sama pacarnya. Temen lo itu si..." Tristan berusaha mengingat.

"Eile?" tanya Stefa.

"Ah, ya itulah! Jadi gue ngga ada temennya besok. Mau kan berangkat bareng gue?" tanya Tristan balik.

Stefa tersenyum. "Boleh, kok. Besok lo kelas pertama jam berapa?"

"Jam 9 sih. Lo?"

"Sama juga jam 9. Oke deh. Deal ya bareng," kata Stefa.

"Sip. Besok gue jemput jam setengah sembilan aja ya. Biar bisa makan pagi dulu," kata Tristan.

Stefa tersenyum. "Iya. Yaudah aku masuk dulu, ya. Sampai besok, Tan!" Stefa berjalan masuk sambil melambaikan tangannya kepada Tristan.

Tristan balas melambaikan tangannya. Ia lalu berlalu pergi dari depan rumah Stefa menuju rumahnya.

Stefa memutar kenop pintu rumahnya. Terbuka. Ternyata belum dikunci.

"Hah? Belum dikunci?" tanya Stefa heran.

Ia membuka pintu lebih lebar lagi. Tampaklah lorong kecil untuk menyambung ke ruang tamu. Pintu menuju ruang tamu masih terbuka dan lampu ruang tamu masih menyala terang.

"Masa ada yang belum tidur?" tanya Stefa. Ia lalu mengintip ke ruang tamu.

Televisi pun masih menyala, dan ada seseorang duduk di sofa depan televisi. Stefa bisa mengenali siapa itu.

"Marva? Lo disini? Belum tidur?" tanya Stefa.

Marva mendengarnya, lalu menoleh menatap Stefa yang masih ada di ambang pintu. Marva sedikit terkejut karena Stefa sudah mau berbicara dengannya lagi.

"Belum. Gue nungguin lo pulang," kata Marva lalu matanya kembali menatap televisi.

Stefa menghela napas. Sekukuh apapun Stefa menolak berbicara dengan Marva, lebih kukuh Marva yang berusaha meminta maaf kepada Stefa. Walaupun Marva sudah tidak menyukai Stefa dan memilih Cheryl, Stefa perlahan pun hatinya tergerak untuk memaafkan Marva. Jujur, Stefa masih menyukai Marva, meskipun kadarnya tidak sebesar dulu.

Stefa akhirnya memutuskan untuk menghampiri Marva, lalu duduk di sampingnya. Ia lalu meletakkan salah satu minuman dari dua minuman yang dibeli oleh Tristan tadi tepat di depan Marva.

LOVE Is Not OverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang