10th

335 41 1
                                    

"Cheryl."

Gadis yang sedang memotong bawang itupun menoleh karena merasa namanya disebut. Didapatinya calon suaminya berdiri dengan tatapan serius.

"Kenapa, Marva?" tanya Cheryl.

"Aku butuh bicara sama kamu sebentar," jawab Marva padat.

"Kenapa? Apa aku ada salah?" tanya Cheryl lagi.

"Cukup ikut aku," kata Marva serius.

Cheryl merasakan keseriusan Marva sekarang ini. Cheryl lalu tersenyum.

"Baiklah. Tapi aku cuci tangan dulu," kata Cheryl. Ia lalu membuka kran dan membasuh tangannya. Kemudian berbalik lagi kepada Marva.

"Ayo." Marva menarik tangan Cheryl menuju teras rumah.

- - -

"Aaaaargh!"

Tristan membanting joystick-nya. Entah sudah berapa kali ia melakukannya. Sebab Tristan kalah main Overwatch dari Jeffrey. Tak biasanya ia kalah seperti ini. Ini karena Tristan terlalu banyak pikiran akhir-akhir ini.

Jeffrey menatap Tristan. Ia lalu meletakkan joystick-nya, kemudian duduk di sebelah Tristan yang sekarang sedang berbaring. Tristan tampak benar-benar frustasi sekarang. Ia menutupi matanya menggunakan lengan.

"Masih kepikiran?" tanya Jeffrey.

Tristan seketika menyingkirkan tangannya. "Gimana nggak kepikiran? Chat gue nggak dibalas, telepon gue nggak diangkat. Gue cari di kampus nggak ada, gue tanya orang sejurusan sama seangkatannya bilang 'nggak tau'! Gimana nggak kepikiran?!"

Jeffrey mendengar perkataan Tristan tadi sebagai pelampiasannya dalam bentuk rapp. Mungkin bisa mengalahkan Suga BTS. Jeffrey menghela napasnya.

"Yaudah. Lo sabar aja. Minggu lalu gue bilang apa? Kalo dia butuh sendiri, beri waktu. Jangan kayak orang serakah, Tan. Seakan-akan lo udah jadi suaminya Stefa. Jangan pernah berpikir buat posesif kalo lo belum ada hubungan khusus sama Stefa," kata Jeffrey bijak.

"Lo nggak tau rasanya, sih," ketus Tristan.

"Gue tau."

Perkataan Jeffrey membuat Tristan seketika memelototkan matanya.

"Hah?"

"Waktu gue PDKT-in Eile, terkadang dia juga pernah ngerasa sedih sampek terpukul. Kata Stefa sih, dia sampek nggak mau makan segala. Cuman kalo Eile ini nggak separah Stefa. Tapi nggak bisa disebut ringan juga," cerita Jeffrey. "Dia diputusin pacarnya yang lama. Kejadiannya sih udah satu tahun yang lalu sih. Tapi gue masih inget."

Tristan memperhatikan Jeffrey. Lebih tepatnya ceritanya.

"Gue inget dia nangis. Gue waktu itu habis pulang dari rumah temen lama buat reunian. Di tengah jalan, gue ngeliat Eile lagi nangis sendirian di depan minimarket. Gue kebetulan juga pengen ke minimarket. Waktu gue ngeliat dia, gue langsung turun dari motor. Nggak peduli itu di tengah jalan atau nggak. Gue jalan ke arah dia. Gue tanyain 'kenapa nangis'. Tapi dia malah makin kenceng aja nangisnya," ujar Jeffrey. "Gue kasih dia minum. Setelah tenang baru gue tanyain lagi. Dia jawab dia diputusin."

"Eh? Berarti lo udah suka sama Eile pas ketemu itu?" tanya Tristan.

"Iya. Gue udah suka," jawab Jeffrey, kemudian ia melanjutkan ceritanya. "Gue lalu minta ID LINE dia. Dikasih, sih. Tapi dia nggak pernah chat sekalipun. Waktu gue chat juga, dia enggak jawab. Bahkan waktu itu chat gue melebihi 200 chat. Kalo inget itu gue jadi berasa neror si Eile."

LOVE Is Not OverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang