11th

341 54 6
                                    

Komen ngapa gaes. Diem-diem bae. Sekalian tambahin semangat author yuk! Oh iya. Video di atas jangan disetel dulu ya. Nyetelnya nanti aja kalo udah ada perintah.



Stefa mengambil ponselnya. Ia mengecek jam. Pukul 08.07 AM. Stefa mematikan ponselnya lagi, kemudian dimasukkannya kedalam tas. Semalam, ia memang menginap di rumah Eile. Tetapi pagi ini jam 5 tepat ia pulang. Stefa memakai sepatu converse-nya, kemudian turun ke bawah. Ia hendak melewati ruang tamu ketika ada seseorang memanggilnya.

"Stef!"

Stefa kenal suara ini. Ini suara Cheryl. Stefa menoleh, dan sebelum ia menyadari apa yang terjadi, badannya sudah dipeluk oleh Cheryl.

"Hah? Cheryl?" tanya Stefa tak percaya.

Cheryl melepaskan pelukannya, lalu memasang senyum tulus. "Mulai sekarang kita baikan, ya!" katanya tanpa basa-basi.

"Hah?" Stefa jelas terkejut. Apa yang menyambar gadis ini sehingga sifat angkuhnya hilang entah kemana?

Cheryl menunduk sedikit, lalu mengucapkan sesuatu kembali. "Maafin gue selama ini ya, Stefa. Gue udah kasar sama lo. Gue udah nyuekin lo. Gue udah jahat sama lo. Gue udah ngebuat lo hampir mati. Maafin gue." Kini jelas nada bicara Cheryl menunjukkan nada penyesalan.

Stefa tak menemukan setitik pun kebohongan di ucapan dan ekspresi gadis itu. Stefa itu sangat peka terhadap perasaan orang. Kecuali... Cinta mungkin?

Stefa tersenyum tulus. "Gue maafin, kok." katanya.

Cheryl mendongakkan kepalanya. Tampaklah mata cokelatnya yang berkaca-kaca. Ia tak percaya, gadis yang dulu dijahatinya ini memaafkannya hanya dalam satu kali permintaan.

"Beneran?! Lo beneran maafin gue?!" seru Cheryl tidak percaya.

Stefa mengangguk. Cheryl memeluk Stefa. "Makasih, Stef! Makasih!!" Cheryl menangis.

"Udah. Nggak apa-apa, jangan nangis. Lagian kita kan harusnya saudara. Jadi harus saling memaafkan, dong," ucap Stefa sambil menepuk-nepuk punggung Cheryl.

Cheryl seketika menggenggam tangan Stefa. "Kalau begitu, ayo makan pagi bareng! Lo udah lama nggak makan pagi di rumah, kan?" ajak Cheryl.

"Ah mmm..." Stefa agak ragu untuk menjawab.

"Kenapa? Jangan peduliin Papa-Mama. Yang penting kita makan bareng dulu," kata Cheryl.

"Oh, oke," kata Stefa menyanggupi.

Cheryl tersenyum senang, lalu menarik tangan Stefa menuju ruang makan. Pemandangan yang sudah lama tak ia lihat pun muncul di depan matanya. Ada Papanya, Mamanya, Marva, dan dua kursi kosong yang pastinya untuk Cheryl dan Stefa. Sudah lama Stefa tak menduduki salah satu dari kursi kosong itu.

"Ayo! Kok malah bengong?" tanya Marva.

Stefa tersadar. Ia tersenyum, dan dilihatnya Papa-Mamanya. Mereka berdua tampak menunjukkan sorot mata teduh ketika melihat Stefa. Sorot mata yang sudah lama tak ia lihat dan tak ia rasakan selama 15 tahun. Ketika Stefa merasakannya kembali, air matanya serasa mau jatuh.

"Ayo duduk, Stefa. Jangan melamun. Kamu terlambat kuliah nanti."

Ah, sudah lama juga Stefa tak mendengar lontaran lembut dari mulut Mamanya. Stefa tersenyum dengan mata berkaca-kaca.

"Iya!"

- - -

Stefa tak berangkat naik bus. Tapi ia diantar oleh Cheryl menggunakan mobil. Stefa mengucapkan terimakasih kepada Cheryl.

LOVE Is Not OverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang