4th

424 49 0
                                    

Tristan sekarang duduk di lantai kamar Jeffrey. Ia sekarang ada di kosan Jeffrey. Tebak mereka sedang apa? Yup, main Play station. Dan berkali-kali Tristan kalah. Ia tidak terima dan mengulang game nya.

"Cupu lo, Tan! Ngga mau nerima kalah!" ejek Jeffrey.

"Iya gue cupu. Tapi kan kalo kalah harus makan cabe rawit ya gue ngga mau anjas!" seru Tristan.

"Haduh, yauda kita udahan aja," kata Jeffrey.

"Ha? Emang lo pacar gue?" tanya Tristan.

"Udahan game nya anjas!" jawab Jeffrey.

Tristan ber-oh ria. Jeffrey mematikan game nya. Tristan menjatuhkan dirinya ke kasur Jeffrey. Jeffrey duduk di pinggiran kasur.

"Oh, iya. Tugas yang terakhir di Kasih sama Bu Puji udah lo selesaiin belom?" tanya Jeffrey.

"Udah beres dari kemaren Jeff. Tinggal ngumpulin," jawab Tristan.

"Yaaah, tungguin gue ya. Gue belom selesai," kata Jeffrey.

"Enak aje lu! Kalo mau kumpulin besok cepetan selesaiin!" kata Tristan.

Jeffrey langsung menyalakan laptopnya dan mulai mengerjakan tugas. Tristan menatap langit-langit kamar.

"Jeff," panggil Tristan sambil duduk.

"Apaan?" tanya Jeffrey.

"Kayaknya..." kata Tristan. Ia menjeda kalimatnya.

"Kayaknya apaan?" tanya Jeffrey.

"Gue suka..."

"HAH? LO SUKA SAMA STEFA?!" seru Jeffrey tiba-tiba.

'Anjas darimana Si Kampret ini tau?' tanya Tristan dalam hati.

Jeffrey duduk di sebelah Tristan. "Yoo gas terus gas! Gas! NGEEENG!" Jeffrey mendorong bahu Tristan sampai Tristan hampir jatuh dari kasur..

"Anjas lo! Kampret lo!!" umpat Tristan.

"Lo suka sama Stefa? Baru dua hari loh. Hebaaat!" Jeffrey bertepuk tangan. Tristan hanya menanggapinya dengan dengusan kesal.

"Tapi lo serius ngga? Kalo lo suka sama Stefa?" tanya Jeffrey.

Tristan diam sebentar. "Ngga tau deh." Jeffrey menggetok kepala Tristan.

"Halah badan kuli mental hello kitty lo!" ejek Jeffrey.

Tristan mendecih kesal. Jeffrey menepuk bahu Tristan. "Denger ya, Tan. Lo itu harus ilangin sifat ragu-ragu lo itu. Apalagi sekarang lo kata lo suka sama Stefa, tapi lo aja ngga tau lo yakin apa ngga."

Tristan menghela napas. Kalau dipikir-pikir, benar juga kata Jeffrey. Percuma Tristan menyatakan cintanya kepada Stefa tapi ia sendiri tidak tahu apakah ia benar-benar yakin bahwa ia suka Stefa.

Jeffrey berdiri dan mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. "Nih, lo pake," kata Jeffrey.

Tristan melihat benda yang dibawa Jeffrey. Dua buah tiket bioskop. "Buat apa?" tanya Tristan.

"Kok buat apa? Ajak Stefa nonton dong! Lagian ini film horor. Dia bisa main peluk-pelukan sama lo kalo dia takut," kata Jeffrey. Tristan membayangkannya. Ya sepertinya dia mabuk kepayang membayangkannya.

"Yauda," kata Tristan sambil menerima dua tiket itu dari tangan Jeffrey.

"Nah, gitu dong!!" kata Jeffrey sambil menepuk punggung Tristan. "Ini jadwal tiket hari Minggu. Jadi lo ngajaknya hari Sabtu sore apa pas malem Minggunya."

Tristan mengangguk, lalu memperhatikan tiketnya. Judulnya adalah Kutukan Mata Batin.

'Kayaknya serem, deh,' pikir Tristan. 'Hah tapi bodo amat yang penting gue bisa nonton bareng Stefa.'

LOVE Is Not OverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang