Epilog

455 48 0
                                    

14 years later ...

Seoul, South Korea

"Ibu! Wonu nakal!!!"

"Tidak Ibu! Sora yang nakal! Dia merebut mainan monopoli milik Wonu!!!"

"WONU JAHAT!! HWAAAA!!"

Sang Ibu pun hanya bisa menggelengkan kepalanya. Sudah cukup ia melihat kelakuan anak-anaknya. Terkadang ia merasa kesal dan kerepotan karena anaknya yang masih kecil.

"Hey, hey, udahlah. Ibu bakal kasih kalian monopoli satu-satu. Besok ibu belikan, ya?" tanya Ibu mereka.

"Beneran, Ibu?" Mata mereka seketika berbinar.

Ibu mereka pun mengangguk. "Jangan rebutan lagi, ya. Ibu udah bikin sup buah. Kalian mau nggak?"

Mata mereka tambah berbinar. "Mau!!!"

Mereka mengikuti Sang Ibu ke meja makan. Kemudian Ibu mereka menyendok sup buah perlahan ke mangkok, lalu diberikan kepada kedua anaknya.

"Makan yang hati-hati ya. Jangan berantakan. Apalagi berantakin tisu kayak kemarin. Nanti Ibu marah," kata Ibu mereka.

Di sela-sela makan, anak-anak itu menanyakan banyak hal. Termasuk soal ayah mereka.

"Ibu! Hari ini ayah pulang jam berapa?" tanya Wonu.

Sang Ibu hanya menanggapinya dengan senyum. "Nggak tahu. Coba tanya Ayah aja."

"Ayah nggak bisa jawab. Ayah ditelfon nggak diangkat!" kata Sora.

"Kalau begitu kalian jangan tanya terus. Ayah kan sibuk. Ayah cari uang buat makan sama sekolah," kata Ibu mereka.

"Sekolah? Tapi kan kita belum sekolah," kata Sora heran.

"Kan kakak kalian sekolah," sanggah Ibu mereka.

"Huh, Ibu. Kita kapan sekolah?" tanya Wonu.

"Um... Mungkin satu tahun lagi. Kan kalian masih 3 tahun. Usia masuk TK 4 tahun," jawab Ibu mereka.

"Tapi aku iri sama Ibu. Bisa dekat sama orang lain kayak Ayah!" kata Wonu.

"Iya. Kadang-kadang Ibu sama Ayah malah nyuekin kita terus ditinggal ke kamar," kata Sora polos. "Kadang bilang sama Ibu 'Stefa, kita nanti malam ya' gitu."

Sang Ibu yang tak lain adalah Stefa, langsung terkejut dan wajahnya memerah. Ia lalu menjitak kepala Sora. "Jangan bilang itu lagi Sora Sayang."

"Kakak pulang!"

Stefa langsung mendongakkan kepala. "Oh, itu kakak kalian pulang."

Sora dan Wonu langsung turun dari kursi, lalu berlari kecil mengikuti Ibu mereka. Stefa melihat seorang anak SMP melepas sepatu di depan pintu.

"Daniel pulang juga. Sini tasnya," kata Stefa. Daniel melepaskan tasnya lalu memberikannya kepada Stefa.

"Kamu langsung ganti baju terus ke ruang makan ya. Ada sup buah," kata Stefa.

"Iya, Bu. Oh iya! Daniel punya kabar bagus!" kata Daniel dengan mata berbinar.

"Kabar apa?" tanya Stefa.

"Daniel ranking 1 di UTS!" kata Daniel sambil tersenyum.

"Beneran? Wah! Kalau gitu besok kita ke Restoran yuk! Kita rayakan keberhasilan Kakak!" kata Stefa.

"Ke restoran?! Asiikk!!! Makasih Kakak Danielll!!!" Wonu dan Sora langsung memeluk Daniel bersama.

Sebuah mobil berhenti di halaman rumah mereka. Mata Stefa berbinar. Senyumnya semakin lebar.

"Oh!! Ayah pulang!" seru Wonu sambil menunjuk mobil itu.

Sang Ayah keluar dari mobil itu, lalu menghampiri mereka. "Aku pulang, Stefa Sayang."

"Sayang, kok kamu pulangnya cepat gini? Ada masalah di kantor?" tanya Stefa.

"Nggak mungkin lah. Kan Ayah hebat. Nggak mungkin ada masalah!" kata Sora sok tahu.

"Sok tahu kamu!" kata Daniel.

"Nggak kok, Sayang. Nggak ada masalah tapi..." Stefa memasang telinganya lebar-lebar. "AYAH AMBIL CUTI SEMINGGU!!!"

Mata mereka semua melebar.

"Beneran nih, Yah?" tanya Daniel.

"Asiiikkk!!! Bisa ke taman bermain deh!!!" seru Wonu dan Sora kompak.

"Beneran nih, Tristan Sayang? Kamu enggak bohong kan?" tanya Stefa tidak percaya.

"Nggak dong, Sayang. Mana mungkin aku bohong," kata Sang Ayah yang tak lain dan tak bukan adalah Tristan itu.

Stefa tersenyum. "Ayo masuk semuanya. Mau makan sup buah lagi nggak?"

"MAUUU!!!!"

Kali ini Stefa menyuruh Daniel untuk menyendokkan sup untuk adik-adiknya. Stefa dan Tristan memasuki kamar mereka. Stefa melepaskan jas hitam Tristan.

"Aku nggak nyangka kamu bakal ambil cuti lama," kata Stefa.

"Sesekali sih aku terima tawaran cutinya. Jarang-jarang juga dapat tawaran cuti," ucap Tristan.

Stefa tersenyum, lalu memeluk Tristan dari belakang. "Makasih ya, Sayang."

Tristan membalikkan badannya, lalu balas memeluk Stefa. "Sama-sama. Lagian, katanya kamu ingin anak empat?"

Stefa menahan rona merah di wajahnya. "Itu kan bercanda!" Stefa mempoutkan bibirnya.

"Serius juga nggak apa-apa kok," kata Tristan.

Mereka bertatapan lama. Tristan mendekatkan wajahnya, lalu menyatukan bibirnya dengan bibir istrinya tersebut.

Stefa bersyukur Tuhan telah menghadiahkan Tristan untuknya. Karena Tristan, membuatnya bahagia sampai sekarang.

LOVE Is Not Over
END

- - -

Hwahh akhirnya tamat juga. Nih yang nagih epilognya, aku kasih ya. Terima kasih udah baca L.I.N.O dari awal sampek sekarang. Terima kasih udah vote dan Setia baca. Pokoknya makasih banget ya. Baca work yang lain juga. Baca yang baru juga LOVE Miracle. Bagi yang suka EXO x RED VELVET kudu mampir. Tapi kalau bukan shipper mereka mampir juga gapapa. Eheheh. Makasih ya!

Salam,
zafafhusna12

LOVE Is Not OverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang