19-See You

30 11 0
                                    

Author POV

Segelas jus avocado yang sedari tadi menganggur dihadapan Aca tak ia sentuh sedikit pun. Ia hanya bungkam, menunggu lelaki dihadapannya untuk berbicara.

Sedangkan lelaki dihadapannya masih berkutat menatap gadis yang sedari tadi membisu, tak berbicara sepatah katapun, bahkan gadis itu juga tak bergerak untuk menatap wajahnya.

Yang tersisa hanya sepi dan sunyi. Cafe yang seramai ini seperti tak berpenghuni. Keduanya sulit untuk memulai pembicaraan. Entah apa yang sedang mereka pikirkan saat ini.

"Ca." Farrel mengeluarkan suara yang lirih sebagai pembuka dari pembicaraan mereka.

Mendengar namanya disebut, Aca menengadahkan wajahnya lalu menatap lekat-lekat mata lelaki di hadapannya, "Gimana?" tanya Aca bagai panah yang siap menusuk Farrel sampai ke lubuk hati.

Farrel bungkam. Ia menarik nafas panjang lalu menggenggam tangan hangat kekasihnya itu.

"Gue bakal ke London."

Aca membelalak, namun masih bisa mengontrol diri agar tetap tenang.

"Sampai kapan?" Raut wajah Aca masih ketat, ia tak luluh sedikitpun dengan pernyataan Farrel.

"Enam tahun."

"Enam tahun?!" Kali ini wajah Aca menjadi sangat panik dan Ia berbicara dengan nada yang sedikit ditekan.

"Gue bakal balik, untuk lo."

"Prove it." Aca menundukkan kepalanya kebawah.

Pasrah.

"Hei, masih ada satu bulan lagi. Kita masih bisa sama-sama." Farrel mengelus pelan kepala Aca, berusaha menenangkan gadis itu.

"Itu singkat." Aca melepaskan tangan Farrel lalu kembali menelungkupkan wajahnya.

Farrel diam. Dia benar-benar tidak tahu harus bagaimana. Sudah jelas, ini sulit bagi Aca. Bagaimana bisa ia merelakan kepergian Farrel yang sudah selama ini bersama dengannya.

Lucu, saat ada hal yang sudah membuat kita terbiasa dengannya, lalu pergi dan hilang begitu saja.

"Gue mau pulang." Aca menegakkan wajahnya sambil mengusap pelan pipinya.

"Please, jangan nangis." Spontan Farrel memeluk Aca yang sudah bergelinang air mata.

"Jangan tinggalin gue." Kini isak tangis Aca terdengar semakin jelas didalam dekapan Farrel. Memang ini yang ia butuhkan.

"Gue ga ninggalin lo, gue udah bilang kalo gue bakal balik."

"Lo gamungkin tetep sayang sama gue kalo selama enam tahun kita pisah. Ituu lamaaaa Farrel."

Farrel mengelus pelan kepala Aca, berusaha menenangkan gadis dipelukannya itu.

"Ayo, pulang. Udah sore." ucap Farrel sambil melepaskan dekapannya.

Aca menarik nafas panjang, merapikan dirinya sejenak lalu mengangguk.

*****

Aca duduk disebuah sofa kecil didalam kamarnya. Ditangannya terdapat sebuah buku diary berwarna biru
muda, warna favoritenya. Tangannya sibuk menuliskan rangkaian kata-kata pada kertas putih itu. Beberapa kali ia mencoba membendung air matanya yang sudah berkali-kali melintas di pipi mungilnya, matanya sembab.

My Endless LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang