13-Carnaval

40 14 4
                                    

Author POV

"Daren!! Daren!! Tungguu!!

Suara April menggelegar di ruangan gelap itu.

"Jangan teriak-teriak!"

"Namanya takut."

"Lebay."

"Mana Farrel sama Aca?" tanya Daren pada April.

"Makanya tungguin mereka, elo mau cepet-cepet aja sihh."

"Penakut." ejek Daren lagi.

Yap, sekarang Daren, April, Aca dan Farrel sedang dirumah hantu, disebuah acara karnaval. Daren yang dari awal tak ingin ikut masuk ke dalam rumah hantu ini hanya bisa pasrah mendengar rengekan April. Apalagi dibantu dengan Aca dan Farrel yang mengiyakan ajakan April.

Mengesalkan bukan? Maka dari itu, Daren berjalan cepat sekali, dia tak takut dengan hal-hal seperti ini. Bahkan ia berjalan tidak memegang tangan April seperti yang Farrel lakukan pada Aca.

"Lama." ucap Daren setelah melihat Aca dan Farrel menghampiri mereka.

"Banyak setan bloon." balas Aca datar.

"Tau nih, ngeselin banget dia hari ini." April menambahkan, sedangkan Farrel hanya memilih diam dan kerap mengusap pelan bahu Aca.

"Ayo, biar cepetan keluar dari sini." ajak Daren lagi.

Mereka berjalan, menyusuri lorong berliku-liku yang gelap, tanpa penerangan yang cukup untuk melihat hal-hal mengerikan didalam sana. Namun sesekali April dan Aca melompat ketakutan melihat macam-macam jenis hantu ataupun setan yang bergelimpangan menarik kaki mereka.

"Gausah takut, manusia juga, Ca."

Aca memutar bola mata malas mendengar perkataan Farrel. Iya manusia, tapikan serem. Ya elo gatakut Farrel, gue? Aca membatin.

Aca kerap menguatkan genggamannya pada lengan Farrel, sepertinya ia takut sekali bila lelaki itu akan meninggalkannya, padahal tidak sama sekali.

Akhirnya, setelah berjalan sekitar 10 menit didalam sana, mereka dapat menghembus nafas lega. Bahkan hembusan nafas itu sangat terdengar dari April. Ya, dia yang paling takut sedari tadi.

"Mau kemana lagi nih?" tanya Farrel.

"Jalan aja gih, ntar juga pada tau mau ngapain." balas Daren singkat, namun jelas arahnya. Tidak seperti Aca, yang berbicara panjang lebar tapi ga ada intinya.

"Farrel, mau main itu." ajak Aca setelah melihat banyaknya boneka stitch yang terpajang pada sebuah toko.

"Gaboleh."

"Gamau tau."

"Dasar manja."

"Emang."

Farrel berdecak kesal. Mau tak mau, ia harus mengalah pada gadisnya ini. Mau bagaimanapun ia menolak, apakah akan berhasil? Tidak, Aca sangat keras kepala. Lebih tepatnya, terlalu manja pada Farrel.

Tapi tak apa, Farrel suka. Suka kalau Aca bermanja-manja padanya. Ia terlihat lebih manis.

"Jadi, mau main apa anak kecil?" ucap Farrel sambil menyentuh hidung Aca.

My Endless LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang