3-Him

71 23 18
                                    

Author POV

Perlahan lahan Aca melupakan Daren. Melupakan cinta pada pandangan pertamanya yang berakhir pedih. Pedih, walaupun kedekatannya dengan Daren tidak lebih dari dua minggu. Ia mulai bisa memaafkan Daren. Kembali mengenal Daren. Mengenal Daren sebagai sosok yang baru. Sosok yang dianggap Aca tak pernah menjalin kedekatan dengannya. Walaupun berulang kali Daren mengatakan ia sangat menyesali perbuatannya. Aca juga sadar, ini adalah kesalahannya. Mengapa ia terlalu mudah menaruh rasa pada seseorang yang baru ia kenal? Mengapa ia terlalu mudah baper pada Daren? Ia tidak pantas mendapatkan seorang lelaki yang tidak bisa setia pada pasangannya seperti Daren. Sifat Daren sangat berbalik dengan Aca. Aca mengakui, tiada kecocokan antara Ia dan Daren.

*****

Hari ini tepat tanggal 3 Januari 2017. Papa Aca dipindah tugaskan ke Lebanon selaku bertugas sebagai kepengawasan daerah sekitar Lebanon. Papa Aca adalah seorang polisi. Seseorang yang tegas, namun sangat penyayang. Terutama pada Aca. Bagaimana bisa Aca merelakan kepergian Papanya?

Papa Aca sudah sering dipindah tugaskan kesana dan kesini. Namun kali ini Papa Aca dipindahkan terlalu jauh. Aca tak menyangkal ia akan berjauhan dengan Papanya sejauh dan selama ini. Selama 6 Bulan ia harus menahan rindu pada seseorang yang sangat ia sayangi.

Akhirnya, dengan hati yang berat, Aca merelakan kepergian Papanya ke Lebanon. Karena Papa Aca telah terbang ke Lebanon dan sibuk bertugas, Aca selalu pergi dan pulang sekolah seorang diri. Biasanya, Papa Aca menyempatkan diri mengantar dan menjemput Aca ditengah-tengah kesibukannya. Namun, sekarang tak akan ada lagi yang menelfon Aca diwaktu pulang sekolah dan menyuruh Aca untuk menunggu jemputan. Sedangkan, mama Aca adalah seorang ibu rumah tangga yang lebih suka bila anaknya mandiri seperti dirinya. Maka dari itu ia membiarkan Aca pergi dan pulang sekolah seorang diri tanpa dimanja-manja. Papa Aca adalah seorang pemanja anak-anaknya sedangkan Mamanya tidak. Mama Aca lebih suka saat Aca tidak berdiam diri dikamar dengan laptopnya melainkan membantunya melakukan pekerjaan rumah. Aca juga bisa menerima hal itu karena bagi seorang gadis sepertinya melakukan pekerjaan rumah adalah sesuatu yang sangat baik.

*****

Siang itu panas terik. Aca menyergah keringat di dahinya dengan selembar tisu ditangan kanannya. Ia sedang mencari Farrel. Farrel dan Aca akan pulang bersama hari ini. Bukan hari ini saja, sebelumnya mereka juga sudah sering pulang bersama.

"Dimana sih Farrel. Gatau panas apaa." begitu gerutu Aca sambil memanyunkan bibirnya yang membuat kesan imut pada wajahnya.

"Acaaaaa." panggil seseorang sambil mendatangi tempat dimana Aca berdiri.

"Darimana aja lo setan. Gatau panasss kali lu ye. Pantes kulit lo gosong gitu. Hahaha." ucap Aca sambil tertawa saat orang yang memanggilnya telah berada tepat di hadapannya.

"Yuk balik. Laper lo kan? Mau makan dimana?"

"Yah Farrel, lo ngeselin bangettt. Tau aja lo mau gue apa. Haha kuy lah cabut." timpal Aca sambil menyelipkan rambutnya ke belakang telinga yang membuat Farrel tak mengedipkan mata.

"I-iya yuk cabut."

Aca dan Farrel setiap harinya bertambah dekat. Kedekatan mereka sudah berlangsung hampir satu bulan. Apalagi semenjak Papa Aca pergi bertugas ke Lebanon, Farrel senantiasa menemani Aca kesana kemari kemanapun ia mau. Farrel sebisa mungkin tidak menolak ajakan Aca dan membuat gadis mungil itu pergi sendirian. Baginya, dekat dengan Aca adalah satu hal yang sangat berarti walau sebentar.

My Endless LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang