◾04◾Meet

30 5 2
                                    

Weekend kali ini, Salsha hanya diam dirumah, menonton Drama Korea didalam kamar sendirian. Biasanya ia berkumpul dengan kedua sahabatnya, jalan-jalan atau sekedar menonton Bioskop.

Audrey pergi bersama kedua Orang tuanya, untuk mengunjungi rumah neneknya yang sedang sakit. Sedangkan Valerie sedang bobo cantik dikamarnya karena semalam ia  memutuskan untuk menonton Drama Korea sampai 20 Episode.

Orang tua Salsha tidak ada dirumah dikarenakan sedang keluar kota untuk mengurus beberapa berkas kepindahannya. Salsha memang baru pindah beberapa bulan yang lalu, jadi masih banyak berkas kepindahannya termasuk rumah, sekolah, dan beberapa lainnya. Sean--Kakaknya juga sedang Study Tour diManado.

Ah, sungguh Weekend yang membosankan.

Ting!

Salsha menoleh kearah meja belajarnya, melihat ada notif masuk keponselnya. Ternyata pesan masuk kegroup chatnya.

Valerie: Sha? Posisi dimana?

Salsha: Home sweet home~

Valerie: Keluar yuk. Gabut gue dirumah. Pengen bocan, tapi nyokap ngoceh mulu.

Salsha:  Kemana?

Valerie: Mall yuk. Cuci mata, Sekalian nyari cogan😎.

Salsha: Sipp. Ketemuan dimana?

Valerie: Didepan mall, gimana?

Salsha: Ok gue siap-siap dulu.

***

"Kak! Kita entar pergi kemall ya?"

"KAK! KOK DIEM AJA SIH?!"

"IH KAKAK NGESELIN TAU NGGAK?!"

Suara anak perempuan itu memecah keheningan didalam mobil milik anak lelaki ini. Anak perempuan ini membuat telinga cowok ini terasa pecah. Untung saja ini adiknya, kalau tidak ia pasti akan membuangnya kesungai.

"Berisik." Singkat, padat, dan jelas. Hanya itu yang terucap dari mulut manis Derren. Kalau saja Ibunya, tidak menyuruhnya untuk menemani Luna--adiknya, untuk membeli beberapa alat sekolah yang akan ia pakai saat memasuki jenjang SMA, ia pasti saat ini sedang bogan-bobo ganteng. Perintah dari Ibunya adalah perintah yang tidak bisa dikekang. Bahkan Ayahnya saja tidak berani menentang Ibunya.

Sesampainya dirumah, Luna melangkahkan kakinya sambil mengumpat kesal kepada Kakaknya. Ia hanya ingin berjalan-jalan dimall atau sekedar cuci mata saja, tapi Kakaknya tetap keukeuh tidak ingin menuruti permintaannya.

Derren hanya menatap datar kearah adiknya, sambil membawa beberapa alat tulis dan pakaian didalam tas belanja.

"Gimana? Udah selesai beli barang-barangnya?"ucap sang, Queen of everything in this house, siapa lagi kalau bukan Ibunya.

"Udah Mah, tapi Mah aku tuh kesel banget sama Kak Derren. Akukan cuma pengen pergi kemall masa nggak dibolehin?"ucap Luna sambil berdecak kesal.

"Tugas Derren-kan cuma nganter dia, beli baju sama perlengkapan lainnya. Nggak ada tuh aku disuruh jadi supir pribadi dia?"bela Derren.

"Betul apa yang kakak kamu bilang sayang. Kalau kamu mau pergi kemall, 'kan bisa besok aja, kasihan kakak kamu. Dia udah capek, seharian nemenin kamu."ucap Ibunya halus.

"Ih! Kok mama malah belain kak Derren sih?"

"Kamu tuh, harusnya ngerti keadaan kakak kamu. Udah jangan ngebantah, atau mama akan potong uang jajan kamu."ancam Ibunya.

Luna mendengus kesal, mendengar ucapan Ibunya yang tidak bisa dibantah. Daripada ia berdebat lebih lama dengan Ibunya dan mengakibatkan uang jajannya berkurang, ia memutuskan untuk berjalan menuju kamarnya.

"Mah, belakangan ini kok, Luna sering banget marah-marah?"tanya Derren disela-sela ia meletakkan bawaannya keatas meja.

"Kayaknya lagi dateng bulan."

Derren hanya ber-o ria, menanggapi ucapan Ibunya.

Derren melangkahkan kakinya menuju kekamar Luna. Derren langsung masuk kedalam kamar Luna tanpa mengetuk terlebih dahulu.

"Setan, lo mau gak ikut gue?"tanya Derren sambil mengamati adiknya yang sibuk membaca novel, dimeja belajarnya.

Luna menoleh dengan tatapan tajamnya,"LO PIKIR GUE SETAN APA?!"

"Muka lo tuh, kayak kuntilanak."

"Bangsat emang, lo jadi kakak!" Luna mengambil bantal guling yang ada disampingnya dan langsung melemparkannya kearah Derren. Derren dengan sigap mengambil bantal tersebut sebelum bantal itu mengenai wajahnya.

"Iya-iya, So, lo mau ikut gue atau nggak?"

"Kemana?"

"Ikut aja."

Derren menarik paksa lengan adiknya, keluar dari dalam rumah mereka, menuju kegarasi mobil Derren.

"MAH! KITA PERGI KELUAR BENTAR YA!"ucap Derren.

"IYA, KALIAN HATI-HATI!"terdengar sahutan didapur, pasti Ibunya sedang memasak.

***

Untung saja Valerie mengajaknya jalan-jalan, kalau tidak ia bisa gila karena bosan yang melanda. Salsha mengenakan pakaian yang tidak terlalu feminim. Ia hanya memakai kaos putih polos, dibalutkan jaket jeans, celana panjang hitam yang menutupi kakinya, dan sneakers putih ber-merk Adidas.

Tidak butuh waktu lama Salsha, telah sampai didepan pintu masuk. Sudah 10 menit ia sampai, namun tidak ada tanda-tanda akan kedatangan Valerie. Ia memutuskan untuk menunggunya ditoko buku, sambil melihat novel baru.

Setelah mengirimkan pesan singkat kepada Valerie, Salsha langsung melangkahkan kakinya masuk kedalam mall , menuju ketempat toko buku untuk membeli Novel fiksi.

Sesampainya disana Salsha, melihat kekiri dan kekanan untuk mencari Novel incarannya. Salsha melangkahkan kakinya, untuk berjalan disekitaran rak buku yang penuh dengan Novel fiksi lainnya. Novel incarannya ternyata tersisa satu buah, Salsha langsung mengambil novel tersebut dan tiba-tiba ada tangan kekar yang memegang tangannya, hendak mengambil novel yang Salsha pegang.

Salsha terbelakak terkejut, melihat siapa orang itu. Orang itu menatap datar kearah Salsha, Salsha hanya bisa diam melihat orang tersebut.

Kak Derren?

***
Salsha ketemu sama Derren tuh, gimana kelanjutannya?

Keep reading guys!
Votement kalian ditunggu ya.

Bye:)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 23, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Why Should Be Her?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang