Gadis itu mengedipkan kelopak matanya beberapa kali, menyesuaikan dengan cahaya lampu yang dengan sengaja menyeruak masuk ke dalam.
"Adis? lo udah sadar?" terdengar dari samping suara yang memanggilnya sejak tadi.
Oh iya, namanya Adisty Sheila Agnesia. Panggil saja dia Adis, biasanya teman-temannya sering memanggil dengan sebutan itu.
"Adis?" Suaranya kali ini menyadarkannya, matanya masih saja berkunang-kunang.
Kegiatan tambahan belajar setelah pulang sekolah pun membuatnya kewalahan membagi waktu. Adis membuka matanya setelah merasa membaik dari sebelumnya.
"Lo baik-baik aja?"
"Santai aja kali," jawab Adis menenangkan.
"Lo tau ga gosip terbaru hari ini? Alfi pacaran sama Elsa!" Dinda berteriak dan meletakan wajahnya yang hampir mengenai batang hidungnya.
Dinda adalah sahabatnya si pembawa gosip sekolah yang lagi tren gitu, orangnya lola tapi best deh.
Adis yang kaget pun sontak ikut berteriak, karna wajar saja Alfi adalah cowok yang gantengnya maksimal banget dan garis tebal Alfi adaalah target dari ketua geng The crush girl lebih tepatnya Adis.
Siapa yang tidak kenal dengan geng mereka? hampir satu sekolah mungkin satu sekolah mengenal mereka cukup baik dengan gaya sosialitanya.
Mereka cukup jadi sorotan di sekolah, dan ketua dari mereka menyukai Alfi laki-laki dengan perawakan tinggi, ditambah pintar dan bonusnya dia anak basket dan ya satu lagi organisasinya bagus. Hampir 99% sempurna dan menjadi cowok idaman di sekolah, bukan Adis namanya kalo hanya diam ngediamin cewek-cewek dekat dengan Alfi, banyak korban karna ulahnya dan karna orang tuanya berpengaruh di sekolah, sekolah hanya memberi sedikit hukuman padanya.
"Lo serius Din? nggak salah denger gitu?" tanya Adis memastikan.
"Ya enggaklah, mana pernah sih gue boong, mending gini deh lo buruan keluar dari UKS dan samperin si Alfi tanyain!"
"Eh jangan gitu dong, murahan tau." Caca mengerenyitkan keningnya.
"Ya juga sih, tapi bodoamat lah." Adis berjalan menemui Alfi, kali ini waktu istirahat tidak heran kalau banyak siswa-siswi yang hilir mudik ke kantin sekolah.
"Alfi nya ada?" tanyanya pelan dengan salah satu murid di depan kelasnya.
"Ga ada." jawab salah satu teman sekelasnya Alfi, gadis dengan rambut lurus hitam pekatnya.
"Alfiiiiiiiiiiiiii!" teriak Adis dari balik koridor yang spontan membuat isi sekolah menatapnya kaget.
Alfi menatap Adis sinis, dengan gadis di sampingnya yang terlihat akrab dengannya mungkin dia adalah Elsa yang di maksud oleh Dinda.
Adis dengan kedua temannya di belakang berlari berlari ke arah Alfi yang masih berdiri bingung melihat Adis seperti bocah SD yang baru jatuh cinta.
"Ini pacar lo?" tanya gadis itu melirik ke arah Elsa, sambil dengan tatapan angkuh dan jari yang memelintir rambut coklatnya.
"Bukan urusan lo." Alfi berlalu melewati gengnya Adis. Tangannya di masukan ke dalam saku celananya.
Alfi? cowok keturunan Jerman yang pindah ke sekolahnya di semester 1 lalu, cowok itu berhasil membuat Adis bersifat seperti kekanak-kanakan yang mencintai cowok dewasa.
Tepat di menit ke sepuluh, Adis menghentakan kaki kanannya dengan wajah yang masam gadis itu berjalan ke kelasnya dan di kawal oleh dua sahabatnya.
"Eh sepertinya lo harus gunain skill ngestalk lo deh." Dinda mengimbangi langkahnya Adis.
"Iya bener tuh Dis, karna gosip dari Dinda belum tentu bener kan," sambung Caca meyakinkan Adis.
"Apaan sih lo." Dinda tak menerima perkataan Caca.
Pelajaran dimulai, kali ini gadis dengan rambut coklat kepirang-pirangan itu rajin untuk memperhatikan guru maupun mencatat yang dijelaskan oleh gurunya.
Sesekali rambutnya menutupi matanya, kelasnya cukup damai, dengan kelas khusus yang muridnya cuma sekitar 20 orang dan full AC ia bisa belajar dengan santai.
Adis memang gadis yang mengutamakan belajar, tapi juga mengutamakan urusan cinta. Ya kira-kira 50:50 lah, meski kadang nilai belajarnya di akhir semester selalu jauh dari kata memuaskan, bahkan tak jarang jika ia harus iri dengan beberapa sahabatnya yang nilainya jauh di atasnya Caca dan Dinda kalau masalah jilai mereka lebih unggul dari Adis ya, bisa dibilang si Adis cuma pandai ngebacot.
Dia berasal dari keluarga yang cukup berada, bahkan bisa dikatakan menengah ke atas. Ayahnya seorang pengacara, dan ibunya seorang ibu rumah tangga, mereka memiliki beberapa perusahaan milik kakeknya yang sudah sepenuhnya diwariskan pada ibunya, ibaratnya sih cuma sisa metik hasil aja.
Keluarganya bisa dikatakan harmonis, Adis anak ketiga dari 3 orang saudara. Kakanya yang pertama namanya Aldy yang kedua Ari sedang duduk di bangku kuliah dan Aldy anak pertama yang sudah menikah dan ia sebagai pengurus perusahaan kakeknya sekarang.
Bel pun berbunyi, setelah seharian berada di lingkungan yang penuh dengan kebosanan. Adis berdiri di depan kelasnya ia disambut oleh pemandangan yang menurutnga cukup aneh yaitu Alfi yang dari ujung sana sedang menaiki motornya, sedangkan Elsa? entah kemana.
"Kenapa?" tanya Dinda memecah keheningan.
"YaAllah lo ngagetin sumpah."
"Oh iya, temenin gue yuk!" ajak Caca menarik tangan Adis dan Dinda.
"Kemana woy!"
"Udah ikut aja."
"Eh tunggu bentar-bentar nyokap gue telpon." Adis menggeser keyped hpnya ke arah kanan.
Adis: Hallo bu?
Ibu: kamu bisa pulang sekarang?
Adis: Ibu nangis?
Ibu: Pulanglah...
"Gengs, gue pulang duluan ya maaf," ucap Adis pada teman-temannya.
"Lo mau kemana?"
"Pulang..." teriaknya, Adis berlari ke arah motornya dan sesegeranya mengenakan helm lalu melajukan motornya dengan cepat. Ibunya terlihat sedih, ada perasaanya tidak karuan, keringat dingin membasahi tubuhnya.
Sampailah Adis di rumah. Ia melihat ibunya sedang duduk di teras dengan wajah yang menunduk.
Gadis itu mematikan motornya yang membuat ibunya sadar akan kehadiran Adis di sana. Ibunya langsung menaiki motor Adis. Gadis itu kebingungan.
"Kenapa bu?"
"Antar Ibu ke rumah nenek." Ibunya sesekali terisak, ada bekas merah di pipinya, wajahnya pucat pasi, entah apa yang terjadi.
Langsung saja Adis membawa Ibunya ke rumah neneknya yang lumayan jauh dari rumahnya. Bahkan rumah neneknya ada di luar kota.
Waktu itu matahari mulai kembali ke ufuk barat, ia akan tenggelam sedangkan Adis dan Ibunya masih setengah jalan menuju rumah neneknya.
"Ibu kenapa?" tanyanya memecah keheningan.
"Ibu berantem? sama Ayah?"
"Enggak." Ibunya selalu begitu selalu berpura-pura baik-baik saja.
"Cerita aja, aku ada untuk bantu nyelesain masalah Ibu," ucapnya menenangkan dan kembali fokus dengan motor yang di kenderainya.
Tak lama hujan turun membasahi isi kota, Adis yang sudah basah kuyup tetap melajukan motornya dengan tenang.
Jalan waktu itu gelap, heningnya malam menyelimuti mereka waktu itu ditambah dengan hujan yang kian detij makin deras, lampu jalanpun padam, hanya ada beberapa kali cahaya dari langit yang berhasil membuat Adis kaget.
Ibunya terlihat kedinginan "Ibu mau mampir dulu?"
"Nggak usah. Lanjutin aja. Sebentar lagi kok." Ibunya memeluk pinggang Adis berusaha menghangatkan.
Beberapa kali hujan menusuk wajahnya, kali ini makin deras sedangkan jalan ke rumah neneknya lumayan jauh. Adis menambah kecepatan motornya jalanan licin, dan alhasil motornya terjatuh di tengah jalan.
Next?
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Rasa
Teen FictionUPDATE SETIAP HARI SABTU^^ Adisty Gue suka sama lo. Alfi Hak kamu. Adisty Lalu? Alfi Apa? Adisty KAMU SUKA AKU GA YA ALLAH. Alfi Ya enggak lah. -Cover by @wattpadscafe-