7. Ada Rasa?

41 4 0
                                    

Brukk

Sebuah buku paket tebal menimpa kaki kanan Alfi, sontak ia mengangkat kakinya dan meringis kesakitan, tak menunggu lama Adis menghampirinya dan menunduk mengambil buku yang dibawa oleh Alfi "em, kaki lo ga kenapa-napa kan?" ucap Adis seraya memegang telapak kaki Alfi.

Mereka berdua di perpus entah disengaja atau tidak nyatanya Adis lebih dulu berada di sini untuk sekedar melaksanakan perintah gurunya dan Alfi? seperti anak biasanya ke perpus untuk membaca dan meminjam begitulah dia.

"Eh udah-udah ngapain lo pegang kaki gue kotor tau." dengan kasar Alfi menepis tangan Adis di kakinya.

Alfi berjalan meninggalkan Adis yang masih memaku "Galak amat," ucap Adis pelan spontan. Alfi yang mendengarnya hanya menatap punggungnya datar.

"Ini buku lo mau ditinggal di sini aja woi," tak sengaja Adis menyaringkan suaranya yang langsung ditatap oleh para mata empat yang fokus membaca bukunya.

"Simpen dan baca." Adis menatap bukunya heran, bukan karna ucapan Alfi tapi dari judul yang bisa dibilang gak mungkin banget cowok itu baca beginian 'cold but beautiful.'

Tanpa menunggu fikiran lain memasuki otaknya ia bergegas untuk memberikan kartu perpus pada petugas dan meminjam buku yang barusan ingin dipinjam oleh Alfi.

Dengan keponya Adis membaca rinci setiap lembaran "wihh udah suka baca nih ye, tumben amat," cibir Dinda dan duduk di atas meja Adis.

"Em nggak kok." Adis menutup bukunya dan berdiri sesegranya.

"Lo kenapa sih?"

"Emang kenapa?"

"Lola, ditanya apa jawabnya apa."

"Yaudah, lapernih... kantin yuk." Dinda menarik kedua tangan temannya itu.

"Eh gue di kelas aja yah, mau lanjut PR kemarin nih." tidak lain dan tidak bukan serajin-rajinnya Adis dalam beajar tetap saja kalo ada PR lupa alias malas.

"Oke deh," ucap mereka berdua serentak.

Matanya kembali menatap buku tadi lebih tepatnya novel, ketika dilembar ke tiga matanya terbelalak karna isinya "oh, Alfi suka cewek yang dingin." gumamnya pelan.


***

Alfi menuruni anak tangga, tepat di persimpangan koridor sekolah ia kembali berpapasan dangan Adis yang anehnya Adis hanya menatap lurus dengan wajah yang seperti menahan pup.

Alfi tidak memperdulikannya ia duduk di kursi kosong koridor, hari ini kelas kosong cowok itu bosan di kelas dan al hasil ya gitu seperti anak SMA kebanyakan keluar kelas hanya untuk memanjakan matanya.

Di menit ke sepuluh Adis kembali lewat dengan wajah yang kayak tadi berjalan dengan santai tanpa menatap Alfi sedikit pun. Ia kembali mengutak-atik ponselnya dan tak lama Adis kembali lewat dengan geramnya kaki Alfi mengait sepatu gadis itu dan lagi-lagi Adis tetap stay cool tanpa tersandung sedikit pun.

"Eh lu kenapa?" ucap Alfi geram.

"Apa?"

"Dari tadi bolak-balik lewat sini ganggu tau."

"Terus????"

"Ya ga usah lewat sini lagi."

"Heloooo emang ini jalanan punya nenek moyang lo ha!?" dengan gaya sok iye deh Adis mengacak pinggangnya.

"Ya enggak sih, eh tapi serius lu kenapa?"

"Ora ono!" gadis itu menekan kalimatnya.

"Yaudah sono gih, awas lewat lagi."

"I ye a ye a yey." Adis mengerutkan wajahnya yang membuat goresan konyol.

Alfi menatap punggung gadis itu yang berlalu kesal membuat ketukan yang lumayan nyaring di koridor, ia mengacak pinggangnya kesal sesekali Adis menatapnya dengan tatapan sadis.

Alfi hanya terkekeh melihatnya terkadang tingkah Adis membuatnya heran, aneh, ewh, ketawa. Baru pertama ia menemui cewe seperti itu.
Lalu, matanya tertuju pada sebuah bola basket di tengah lapangan tak sampai lima menit Alfi sudah berlari ke lapangan dan memantulkan bola basket dan beberapa kali menshoot nya.

Di bawah matahari siang yang kian terik cucuran keringat membasahi rambut dan pelepis nya, bukan satu atau dua siswa yang menatap nya kagum.
Laki-laki keturunan luar itu berhasil membuat banyak cewek termehek-mehek kagum dengan tatapan matanya yang dingin membuat ketertarikan sendiri bagi sebagian siswa termasuk Adis.

Riyandra berdiri di tepi lapangan yang sedang memperhatikan Alfi dan mencuri beberapa skill dari Alfi. Banyak cewek yang mengaggumi nya dulu tapi, karna sikap nya yang angkuh membuat banyak murid jengkel melihatnya "yakin cuma segitu doang!" teriaknya dari pinggir lapangan.

Tanpa basa-basi Alfi melempar bola ke arah Riyandra, dengan sigap cowok itu menangkap dan membawa bola ke tengah, tanpa disadari permainan ke dua nya menjadi perhatian banyak murid karna sejak beberapa menit lalu bel istirahat berbunyi, mata mereka saling menatap tajam.

"Semangat!!" teriak wanita dari pinggir lapangan dengan wajah polos ia berteriak menatap Alfi, ia yang menyadarinya menatap balik dan memberi senyum manis pada Elsa.

Teriakan nya mengalihkan mata para penonton yang dari tadi tegang, bukan tatapan senang tapi lebih ke tatapan "ewh lo siapa." "Alfi punya gue oi."

"Lebay lo!" cibir Adis geram.

Elsa hanya menatapnya heran dan lagi-lagi ia berteriak menyemangati Alfi, dan beberapa kali mata cowok itu menatap Elsa dengan paket lengkap ditambah senyum manis.

Adis yang kian geram ia menarik paksa rambut Elsa, beberapa murid di sana menarik keduanya terlebih seperti wasit diantara Adis dan Elsa, seperti manusia lain Elsa tak tinggal diam ia menjadi wanita paling ganas waktu itu "Apa-apaan nih!" teriak Alfi yang sudah berada diantara mereka berdua, wajahnya terlihat memerah.

"Lo juga! ngapain narik rambut Elsa?"

"Lo kok bela dia sih!"

"Gue ga bela siapa-siapa Dis, gue cuma bela mana yang menurut gue benar, gue kecewa sama lo Dis, gue kira lo beda."

"Jahat lo fi!"

Bukan masalah siapa yang lebih dengan dengan nya, menurut Alfi ini masalah siapa yang terlebih dulu memulai, Alfi yang berlalu menjauhi Adis dan menarik Elsa paksa dan mempercepat langkah, mata Elsa menatap wajah Adis dan wanita para penggemar Alfi dengan tatapn mengejek "gue menang," bisiknya pada Adis yang lagi-lagi membuat Adis geram.

Tentang RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang