Aku berangkat pagi-pagi hari ini, benar-benar berniat menghindar dari Ali. Karena kalau masih pagi, orang-orang belum banyak yang datang. Aku mengintip ke dalam kelas. Disana hanya ada Tomi si cowok rajin namun culun banget sama Aulia si juara kelas. Mereka terlihat mendiskusikan sesuatu. Aku tebak mereka sedang belajar di pagi hari sebagai sapaan pertama. Mereka hanya melirikku ketika aku masuk kelas, lalu berdiskusi lagi. Aku merasa tidak dianggap sebagai orang disini. Dasar orang IPA! Batinku kesal dicueki.
Aku mengambil ponsel membuka aplikasi game zombi dan memainkannya. Yahh, walaupun aku sebenarnya tidak terlalu menyukai game, membukanya hanya sekedar untuk menghilangkan bosan saja.
Tapi ternyata aku tetap bosan. Aku kalah terus main game ini. Aku menggeser-geser layar ponsel dengan bosan. Kusandarkan kepalaku di sandaran kursi. Satu persatu murid mulai datang. Aku takut mati kebosanan jadi kuputuskan untuk keluar kelas. Aku ingin tahu apa Caca sudah datang. Tapi aku tidak berani mengunjungi kelasnya, bunuh diri itu namanya.
Aku berjalan menyeberanngi lapangan melewati parkiran-parkiran setelah itu balik lagi ke lapangan tanpa tahu arah dan tujuan. Aku masuk ke gerbang dalam tempat bermacam-macam kantin yang jarang aku kunjungi. Kantin yang biasa kukunjungi bersama Caca adalah kantin paling besar di dekat deretan kelas IPS. Sedangkan kantin di dalam adalah kantin-kantin kecil yang berbeda penjualnya. Biasanya aku kesini kalau makanan di kantin atas habis. Jalan menuju kantin dalam yaitu setelah lapangan basket belok kiri ada gerbang diantara kelas XI IPA3 dan mushola. Kemudian ada tangga kecil sedikit turun menuju sebuah lapangan yang biasanya dibuat pemanasan, atau sekedar bermain futsal dan kantin berada di seberang.
Tentu saja para penjual belum datang jam segini. Aku berjalan-jalan disekitar lapangan. Aku menemukan taman disitu. Aku tidak pernah menyadari kalau ada taman disini sebelumnya. Aku coba duduk disana. Aku merasa...sejuk dan segar. Kalau aku tahu ada tempat seperti ini dari dulu, aku tidak akan keluar bersama Caca kemarin. Aku sangat menikmati hawa disini. Karena mungkin saja perasaan tenang seperti ini tidak akan terjadi untuk kedua kalinya.
Kriiiiinnnnnggg... Jeritan bel masuk kelas membuyarkan lamunanku. Aku terlalu menikmati sampai-sampai aku tidak sadar telah melamun. Batinku mengumpat-umpat kepada si pemencet bel karena telah mengganggu momen-momenku yang menyenangkan tadi. Dengan langkah gontai, aku beranjak dan pergi dari taman ini menuju kelasku. Di kelas sudah ramai. Citra teman sebangkuku menyambutku seperti biasa. Karena biasanya memang Citra duluan yang datang.
“Hai Ya’. Tas kamu udah disini? Kamu datang dari tadi? Tumben banget?” katanya menyerbu dengan pertanyaan herannya.
“Lagi ingin datang pagi aja ,” jawabku lalu duduk di sebelahnya.
“Kamu udah lihat pengumuman berarti?” tanya Citra. “Rangga bakal tampil loh,” katanya menyenggol sikuku dengan jail. Kedua Alisku saling bertaut. Pengumuman? Rangga? Tampil?
“Aku nggak ngerti Cit, apa maksudmu?” tanyaku.
“Jadi kamu belum baca yang di mading pengumuman kalau akan diadakan pentas seni? Kamu kemana aja dari tadi?” jelas Citra. “Pentas seni katanya diadakan 3 tahun sekali, dan itu hari sabtu besok. Keren banget kan!” katanya berseri-seri. Aku hanya diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Belong to You
Teen FictionCOMPLETED walaupun sudah berpacaran dengannya selama beberapa tahun ini, aku belum pernah merasa nyaman bersamanya. apa yang salah sebenarnya? Sehingga akhirnyapun, aku harus berhenti menyukainya dan memaksa diri untuk berpindah hati. Tahukah kalia...