Caca ikut terkejut ketika aku menceritakan kejadian tadi. Kata Caca kok ada cowok seplin plan itu di dunia ini.
“Apa dia plin plan Ca?” tanyaku memutar-mutar gelang yang ada di tangan kiriku.
“Lho kalau orang yang tiba-tiba gini tiba-tiba begitu, apa namanya kalau bukan plin plan?” kata Caca memasang wajah serius. Benar juga kata Caca. Tetapi, aku seperti tidak peduli dengan apa yang dikatakan Caca. Yang paling penting bagiku, Ali sudah kembali lagi. Caca tidak akan pernah tahu apa yang aku rasakan. Makanya dia bilang seperti itu tentang Ali. Aku sangat percaya pada Ali. Sampai sekarang pun dari awal pacaran aku tidak pernah merasa cemburu Ali dekat dengan cewek manapun. Kecuali dengan seseorang yang pernah menjalin hubungan dengannya. Yang itu so pasti aku cemburu.
Kenapa aku seperti itu? Karena itu semua adalah bukti betapa aku sangat mempercayainya. Aku hanya bisa manggut-manggut mendengar celotehan Caca. Dia memang pandai sekali dalam menasihati orang. Aku membuang perasaan raguku pada Ali, walau sebenarnya rasa itu masih ada. Aku sembunyikan dalam-dalam dan hanya mempercayai Ali sepenuhnya. Itu sungguh pertama kalinya aku merasa ragu padanya.
Caca bersikeras akan mengawasi tingkah Ali di kelas untukku. Dia sangat penasaran dengan sifat Ali. Aku sudah berusaha mencegahnya, tapi dia bilang ini untuk keberhasilan hubunganku dan Ali. Aku hanya geleng-geleng melihat perhatian Caca yang berlebihan padaku. Sebenarnya aku sangat beruntung mempunyai sahabat sepertinya.
Sore ini aku akan menjenguk Rangga seperti janjiku padanya waktu itu. Walaupun ini mundur satu hari. Yang penting aku menepati janjiku untuk mengunjunginya lagi. Selain itu, ini karena moodku sedang baik. Aku masih ingat sekali Rangga menolak untuk kudatangi. Kalau Rangga bisa memaksa, kenapa aku tidak? Tante Sarah bilang Rangga sudah diperbolehkan pulang. Itu sangat melegakan untukku. Aku akan menjenguk di rumahnya. Aku sampai di depan pagar rumah Rangga diantar taksi. Ada satu mobil terparkir di depan rumahnya. Sepertinya mama dan papa Rangga ada di dalam.
Aku tidak sabar bertemu dengan Rangga dan melihat keadaannya. Anehnya, aku juga rindu padanya. Aku mengetuk pintu depan rumah Rangga. Tetapi tiba-tiba ada seorang wanita separuh baya menghampiriku. Dia tersenyum padaku. Sepertinnya dia...
“Pembantu baru di rumah ini non,” katanya, dugaanku benar. “Non temannya Mas Rangga?” tanya bibi itu seraya membukakan pintu untukku. “Iya bi, Rangganya ada?” tanyaku sopan seraya masuk ke dalam rumah.
“Panggil saja Bi Sami. Non...?”
“Tiara bi,” kataku memperkenalkan diri.
“Non Tiara bisa duduk dulu,” kata Bi Sami mempersilahkanku duduk di kursi ruang tamu. Aku berpikir, jika aku menunggu disini, apa Rangga mau menemuiku?
Tidak lama kemudian tante Sarah muncul dari dalam. Ketika tahu kalau itu aku, dia langsung tersenyum. Lalu tante Sarah memelukku.
“Tante kira siapa, ternyata kamu,” kata tante Sarah melepaskan pelukannya. Lalu membawaku duduk di sebelahnya.
“Saya ingin melihat Rangga tante,” kataku memberitahu maksud kedatanganku. Tidak seperti dugaanku, tante Sarah terlihat sedih ketika aku mengutarakan maksudku datang kesini.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Belong to You
Teen FictionCOMPLETED walaupun sudah berpacaran dengannya selama beberapa tahun ini, aku belum pernah merasa nyaman bersamanya. apa yang salah sebenarnya? Sehingga akhirnyapun, aku harus berhenti menyukainya dan memaksa diri untuk berpindah hati. Tahukah kalia...