Pulang

415 17 2
                                    

Jujur aku merindukanmu dengan sangat.

Tangan yang seharusnya menggenggam tanganku kini sudah menunggu tangan yang lain.

Jemari yang biasanya memperbaiki berantakannya rambutku juga kini hilang sidiknya.

Bahu yang biasanya menjadi sandaranku untuk mengeluh betapa letihnya aku menjalani hari pun sudah minggir jauh.

Kata kata yang keluar dari mulutmu yang biasanya menenangkan hatiku justru berubah menjadi sekumpulan suara sampah yang menyakitkan hatiku.

Apa kau pikir segalanya mudah?
Tidak.
Apa kau pikir menghilangkan sederet nama dari hati ini ringan?
Berat rasanya, bahkan dari otak saja aku tak mampu mengilangkan namamu.

Menggantikanmu menjadi orang lain yang ada dalam pikiranku saat bangun dan sebelum tidur saja sulit bagiku.

Ya .Terlihat bahagia memang aku didepanmu setelah kau pergi.
Ya , benar aku tertawa diatas candaan orang lain.
Ya, terlihat dari mataku aku sangat benci padamu.

Tapi taukah bahwa bahagia dan tertawaan itu palsu?
Taukan bahwa benci itu hanya sekilas di mataku?
Lihat saja lebih dalam lagi, benci bukan namanya jika setiap pagi aku masih berharap melihat wajahmu?

Aku tau dan sadar jika kita hanya sempat berbagi rasa beberapa pekan saja. Terasa sewindu bagiku, tak tau bagimu.

Aku membiarkanmu pergi karna kulihat bahagia itu masih tersisa padamu saat bersamanya.

Ingat bahwa rasa itu sungguh sungguh ? aku tidak pernah bercanda , tapi jika memang sebuah perasaan hanya untuk dibercandakan bagimu , tak apa.

Janji itu masih kupegang.

Berdoa saja semoga perasaan itu tak hilang dimakan masa, jadi janji itu bukan hanya palsu.

Saat kau pulang aku disini.
semoga dengan perasaan yang sama , tanpa harus memilikimu juga.

—y.

*Backsound  : Matisyahdu - Musim.
*Puisi & Sajak lainnya : instagram @petikan.rasa

YANG TAK TERSIRATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang