7 , Januari 2018
Untuk dia yang datang tiba-tiba seperti hujan dan menetap seperti teduh.
--------------------------------------15:18
Ternyata seperti ini rasanya rindu itu.
Aku hampir lupa rasanya, karena sudah lama pula aku tidak mencinta dengan kejelasan.
Aku hampir lupa rasanya , karena orang yang terakhir kali kutunggu pulang barangkali bukan hanya pulang untukku.
Jadi rinduku saat itu bagai sakura yang bermekaran, bermusim.Kali ini setelah beberapa lama kulupakan perasaan itu, aku mendapatkannya lagi setelah mengenalmu.
Perlahan menyeruak karena tertahan waktu dan jarak untuk tak berbicara, rindu itu mampu membuatku tidak menangis namun terisak.
Rindu itu mampu membuat jiwaku berteriak meminta uluran tangan , sebab semuanya terasa sesak berkepanjangan.
Gusar dan gelisah , aku memikirkanmu lebih banyak dari biasanya.
Bahkan saat hujan datang dan aku merindukanmu, sudah kutitipkan salamku pada rintik air dan awan mendung yang perlahan berpindah.
Kutitipkan juga pesanku pada penghuni langit malam, untuk membuatkan suasana indah dan tentram supaya malam menyiksa ini bisa menjadi seperti biasanya , membuatmu bisa terlelap tenang.
Tidak , aku tak menginginkan malam yang tenang itu untukku. Sebab aku tau seberapapun aku ingin bertenang hati , aku tidak bisa.
Malam tenang itu hanya akan mengingatkanku padamu, karena malam tenang itu hanya kudapat setelah aku mendengar suaramu untuk mengantarku tidur.
Nafasku tetap terhela sesekali , tubuhku kedinginan setiap kali , dadaku sesak , jiwaku berteriak ingin keluar dari ragaku.
Seperti orang kesakitan, aku memang kesakitan karna merindukanmu. Aku tersiksa.
Apalagi ketika jarak mampu membunuh semua harapanku untuk menemuimu.
Tidak pernah kuduga menginginkanmu disini akan lebih parah rasanya daripada patah hati yang lalu lalu.
Tidak pernah juga kuduga aku akan melewati sehari yang begitu lama dan sepi sekali tanpa suaramu.
Katanya sepi itu indah , tetapi beberapa dari mereka lebih gemar berbagi tawa di tengah keramaian.
aku setuju , aku setuju dengan presepsi bahwa sepi itu indah.
Karena lebih baik aku kesepian ditengah gelap denganmu berdua , dibanding harus menghadapi keramaian di pusat kota tanpamu.
Tetapi untuk semua hal yang menyiksa itu akupun memutuskan untuk bertahan, karena bukan hanya aku yang merindu dan tersiksa bersama jalannya waktu.
Dirimu pasti juga.
Dirimu juga pasti rindu.Aku tak tahu kapan alam akan menakdirkan ataupun memaksa kita untuk bertemu.
Tetapi menunggumu ditengah badai hebat sudah menjadi keahlianku semenjak beberapa hari yang lalu kamu pamit dan berjanji untuk kembali nanti, pada waktunya.
Untuk mencintaimu tidak akan mudah, sudah kuputuskan untuk menerima semua resikonya dari awal.
Jadi jika badai itu reda, aku akan bergegas menemuimu pada saat itu tanpa harus melihat peta dan berjalan pelan-pelan. Aku tau kemana arahnya jalan untuk pulang ke hatimu. Aku tau.
Aku ingin menghentikan rindu ini dengan tidur dan alam mimpi , tapi ternyata ; Rindu kali ini berkala , bukan bermusim.
Aku akan selalu terjebak dalam bayangan tentang keberadaanmu dan mendengar samar gema suaramu.
Aku akan mengingatmu dalam setiap hal.
Setiap hal.
Sampai aku mampu melihatmu didepan mataku sendiri tanpa menangis, sampai aku mampu berdiri tegak saat kamu menyapaku nanti, tanpa harus memelukmu dengan segera.Agar kita paham seberapa rindu mampu membuat kita bertahan saat membunuh jiwa perlahan dan membuat kita semakin mencinta.
--------------------------
*Backsound : Banda Neira - Langit dan Laut.

KAMU SEDANG MEMBACA
YANG TAK TERSIRAT
PoesíaApapun yang dirasa dalam hati , mungkin saja tak tersirat bagi mereka yang kita tuju. Bagi mereka tempat perasaan kita bernaung, yang meski raga kita rapuh dimakan waktu perasaan kita tetap sama adanya pada mereka. Terluka ataupun tidak terluka...