Waktu ;
berjalan dengan angkuh , membuktikan apapun mampu ia rengkuh.membuat kita memilih berjalan di kabut pekat , supaya kita terikat karna terpikat.
Terpikat untuk menunggu , terpikat untuk mencari jawaban dalam waktu.
Entah sampai kapan, entah esok atau sebulan lagi , lusa atau setahun lagi.
Waktu mampu membuat kita yang buta menjadi jelas melihat.
Antara pantas dengan yang tidak pantas.
Antara sang penunggu dengan yang tidak mau menunggu.
Antara bahagia dan nestapa.
Antara mereka yang adalah benar benar rumah atau hanya sebagian dari potongan rasa senang sementara.Senang sementara yang sebenarnya hanya suka , dan bukan cinta.
Waktu ; pandai membuat kita memilih.
Waktu itu sama seperti arah , kita pergi mengikutinya tanpa pantas mundur.
Karena mundur bukanlah obat.
Dan meskipun maju itu tak semudah kelihatannya , hanya dengan dipaksa maju - lah semuanya akan baik baik saja.Mereka yang sudah memilih pergi kemarin- kemarin , aku tanyakan padamu apakah sekarang mereka pun masih mengambil bagian besar dari hatimu?
atau jika masih , terfikirkah kau 5 tahun kedepan saat kenangan itu lapuk dimakan waktu?
atau jika masih juga , tak punya belas kasih kah dirimu terhadap hatimu sendiri?
harusnya dengan waktu saja , kau mampu melihat.
Mana yang pantas , dan mana yang tidak.
Mana si penghuni hatimu , bukan mereka yang hatinya ingin kau huni secara paksa.Jangan jadi naif , karna naif itu membuat kita perlahan terluka.
Jangan peduli , jangan.
Jangan lakukan itu semua kepada orang yang hatinya tak bisa ditentukan untuk siapa.Karna seharusnya .
Kita yang terluka , jangan mau hidup terus-terusan dalam luka.
Kita yang terjebak kenangan masa lalu , jangan mencari masa depan dan berharap akan sama dengan yang lalu.
Kita yang susah pindah , patut mencari jalan agar semuanya menjadi lebih indah.Dengan hati sembuh , bukan hati yang baru.
Karna tak semua hati baru adalah hati yang sembuh.Karna akan ada saatnya kita yang mengejar berhenti dan putar arah.
KAMU SEDANG MEMBACA
YANG TAK TERSIRAT
PoesiaApapun yang dirasa dalam hati , mungkin saja tak tersirat bagi mereka yang kita tuju. Bagi mereka tempat perasaan kita bernaung, yang meski raga kita rapuh dimakan waktu perasaan kita tetap sama adanya pada mereka. Terluka ataupun tidak terluka...