1 - Jogja

86 8 2
                                    

  Siang ini pasar malioboro sangat ramai. Tak perli diherankan, mengapa banyak orang yang rela berpanas-panasan hanya untuk ke pasar ini? Karena, inilah pasar pusatnya aksesoris yang terkenal. Sebenarnya ada pasar yang lain seperti Beringharjo. Ingatlah, ini pasar tradisional yang butuh uang cash , bukan pasar modern yang bisa menggunakan kartu lalu tinggal gesek.

  "Kenapa ini mahal sekali?" Protes si ibu ke penjual

  "Bu, ini sudah harga pasar! Jika menurut ibu ini masih terlalu mahal, cari saja pedagang lain yang menjual dengan harga murah" Bela diri si penjual tak mau kalah sengit

  "Genapkan saja harganya jadi 40.000" Tawar si ibu meminta turun harga untuk aksesoris bernilai 43.000

  "Ah, sampeyan iki" umpat si penjual
  "Yowes lah, deal"  si penjual pun mengemas aksesoris pilihan ibu tadi dengan kantung plastik hitam sederhana yang sering kita jumpai.

  "Matur suwun njeh, Bu " ucap si pedagang menggunakan logat jawa
 
  "Sami-sami" balas si ibu lalu pergi membawa belanjaannya.

  Jogja hampir mirip kota Jakarta, kota metropolitan. Kami masyarakat Jogja tidak hanya terkenal dengan lemah lembut dan kecerdasannya. Jogja juga bisa menjadi seperti Jakarta. Karena, pergaulannya kini sudah berbanding tipis dengan Jakrta.     

                                              ***

  "Tolong ambilin novel gua dong, Bun" pinta Senja pada Embun, sahabat karib semenjak TK  sampai saat ini.

  "Elah, lu tinggal duduk aja bisa kok ngambilnya" keluh Embun yang masih terfokus pada layar hadphone. Bukan membalas pesan dari pacar, bukan. Embun hanya sedabg menghapus pesan dari beberapa oficial account yang selalu saja memenuhi room chatnya, nasib jomblo memang seperti ini, yang bikin ramai pesan saja hanya  account yang sedang mempromosikan barang.

  Senja dan Embun memang sama-sama belum pernah berpacaran atau bahkan tak akan pernah mengalami yang namanya pacaran. Jadi, mereka telah menempati status jomblo selama 17 tahun hingga saat ini. Karena, prinsip mereka adalah 'tak ada status pacaran, adanya status menikah' . Dan, prinsip itu masih dipegang kuat oleh pendirian mereka masing-masing. Entah nantinya prinsip itu akan musnah atau kekal.

  "Justru itu, Bun, gua mager. Tolong lah..." Senja berucap sambil meletakkan handphone di sebelah bantal yang ia gunakan.

  Embun memutar bola matanya kesal
  "Lain kali, lu yang gua suruh-suruh!" Prots Embun. Karena selalu ia yang disuruh-suruh oleh Senja untuk mengambilkan ini itu, membawakan ini itu, pokoknya seperti babu. Miris sekali nasib Embun.

  "Makasih Embun baik deh, hehe..." Senja mengambil novel itu sambil nyengir tidak jelas.

  Terkadang, hanyaterkadang saja ya, Embun bingung kenapa bisa ia memiliki sahabat seperti Senja yang sifatnya jelas-jelas masih terlihat kekanak-kanakan. Embun juga suka kesal jika dalam keadaan serius Senja masih saja bercanda. Senja bisa saja serius, tapi tidak lebih dari 5 - 15 menit. Jika Senja sudah serius, suasana akan hening tak ada candaan receh dari mulut Senja. Lalu bagaimana saat ujian berlangsung? Senja akan memecah keheningan dengan ocehan garing, seperti
 
  "Pak, bapak punya snack ? Saya gak bisa mikir nih kalo laper" saat itu Senja berbicara dengan guru olahraga. Untung guru nya baik, kalau tidak, tamag saja riwayat Senja.

  "Senja"
  "Senja Triwongso" teriak Embun yang tak ditanggapi oleh Senja dari tadi, kesal ? Pastilah!

  "Apa sih?" Gerutu Senja melepas earphonenya, pantas saja baru nyaut.

  "Koe iki lho, tak teriakin ora nyaut-nyaut!" Kesal Embun dengan lohat jawa kasarnya.
(Kamu itu lho, aku teriakin gak nyaut-nyaut)

  Senja mendengus kasar mendengar ocehan kesal sahabatnya itu akibat ulahnya sendiri.

  "Aku meh turu, ojo kelayapan, wes meh maghrib" oceh Embun lagi persis seperti ibu-ibu yang sedang menceramahi atau lebih mirip dengan memarahi anaknya sendiri. Senja hanya mengangguk dan melanjutkan kegiatannya yang terhambat, membaca novel.

  ( aku mau tidur, jangan kelayapan, udah mau maghrib)

  Senja yang merasa kesepian karena teman bicaranya kini telah terlelap pun mulai ikut memejamkan matanya berusaha untuk tidur juga walau kantuknya belum datang.

                                               ***

  Indah nya malam di Jogja tak kalah dengan pemandangan kelap-kelip lampu di ibu kota Jakarta. Bedanya, di daerah istimewa ini yang banyak terlihat adalah kelap-kelip bintang, buman kelap-kelip lampu di tiap jalanan kota ataupun kelap kelip lampu di pemukiman warga.

  Jika kalian menyukai ketenagan, banyak tempat di Jogja yang bisa menemani sunyinya malam. Pantai yang terbuka bebas bisa saja jadi teman malam mu. Gemuruh suara ombak yang bersaut-sautan, angin malam pantai, kelap-kelip bintang adalah teman baik. Bisa saja kalian membawa kamera untuk memotret keindahan alam ciptaan-Nya yang amat indah malam ini, malam esok, dan sampai malam seterusnya.

--
Halo, author nath minta maaf kalau cerita nya masih abal. Ya emang masih amatir sih. Enjoy to reading guys. Besok update lagi 🎉

SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang