4

4 0 0
                                    

Keadaan sekolah saat ini sedang ramai-ramainya. Bagaimana tidak? 5menit lalu bel pulang sekolah telah berbunyi, dan suasana kelas Lipan yakni nama kelas lita sekarang, hanya ada mereka bertiga.

Kini Lita sudah selesai menyapu seisi kelas sedangkan Tata dan Yumi sedang bercermin menyisir rambut mereka, padahal sisir adalah salah satu barang haram untuk dibawa ke sekolah ini.

"Udah selesai kan Lit piketnya?" Tanya Tata yang kini memasukan sisirnya kedalam tas, dijawab dengan anggukan kepala Lita dan tasnya sudah ada di gendongannya kali ini.

"Udah gak sabar gue, cabut sekarang okey." Terlihat sekali Yumi bersemangat.

Jam sudah menunjukan pukul 16 lewat 15 menit dan kini mereka sedang menuju lantai 3 mal.
Lita tidak terlalu khawatir karena kemarin dia sudah ijin pada Ibu nya akan main dulu bersama kedua temannya dan hal itu disetujui.

Kemarin Yumi mengusulkan untuk hari ini main dulu saat pulang sekolah karena Yumi dan Tata sedang tidak ada deadline di eskul mereka jadi mereka bisa bernapas lega.

Tapi ada yang mengganggu pikiran Lita sedari tadi yakni : 'Bagaimana jika ada teman satu sekolah sebelumnya?'

Liita segera mengenyahkan pikiran negativ itu dengan menggelengkan kepalanya dan berdoa semoga saja tidak ada orang yang kenal dengannya di tempat tujuannya.

Langkah kaki mereka pijakan di lantai tujuan mereka dan terlihat semua sudah penuh kecuali meja pojok yang terlihat sekitar 8 orang sudah beranjak dan Lita sadar postur tubuh mereka yang tidak asing di matanya dan saat salah satu dari mereka berbalik Lita langsung berkata pada Tata dihadapannya "gue ke toilet dulu." Langkah kakinya di percepat menuju toilet.

Disana Lita hanya mencuci tangan dan terus melihat kesamping hingga para cowo itu sudah keluar. Lita menghela napas lega, saat tubuhnya berbalik dan pintu toilet terbuka matanya sontak membulat melihat sosok yang kini dihadapannya.

"Lita?"
Ucapannya terhenti saat Lita menghempas tangan cowo itu yang akan menyentuh tangan Lita. Saat cowo itu akan berkata dengan sigap Lita berjalan meninggalkan toilet dan menghampiri kedua temannya.

3 nampan sudah tersedia di meja dan terlihat Tata dan Yumi sedang berbincang.

"Hey Lit, yang barusan nempatin meja ini kayaknya siswa sekolah lama lo deh." Ucapan yumi membuat Lita melihat sekeliling.

"Masa sih?" Balas Lita dengan yakin menutupi kegugupannyadengan kedua tangannya kini terpaut di bawah meja saling menggenggam.

"Lo nya pas ke toilet tadi kali, jadi gak liat." Lita hanya mengangguk dan menatap minuman nya.

Lita bisa bernapas lega saat kedua temannya tidak mengungkitnya lagi.

@_@

Namun di depan tempat makan ada 3 orang cowo sedang berbicara dengan salah satu diantara mereka berwajah serius.

"Gue mana mungkin bohong sih sama kalian, jelas-jelas tadi gue lihat pake sepasang bola mata gue kalo di toilet ada Lita dia lagi cuci tangan."

"Mana mungkin, dia kan udah pindah."

"Iya. Masa iya dia masih betah aja disini." Ucapan barusan terdengar sangat sinis.

"Gue tanya rambut dia segimana, soalnya pas gue nunggu lo disini yang gue lihat rambut itu cewe sangat pendek sebatas leherlah kayak di bob gak tau model apa. Dan lo tau kan, kalo si Lita gak mungkin rambutnya di bob ada poni lagi, orang dia mencintai rambut sepunggungnya itu."

"Tapi lo ada bener nya juga yaak Dam."

Kini orang yang bernama Adam mendecak sinis pada yang sedari tadi melihat jam di tangannya.

"Udah lah biarin aja itu orang udah keluar ini." Dia berlalu namun Adam menahan bahunya.

"Gue kenal dia, jaga ucapan lo boy."

"Emang itu kenyataannya, dan lo cuman Pacar.Sahabatnya.Doang. ah ralat mungkin mantan.sahabatnya. jadi bukan berarti lo kenal baik sama dia."

Tatapan keduanya saling menusuk tajam, satu orang bernama Aji pun melerai mereka.

"Kalian ini udah SMA udah dewasa jangan ulangi kegiatan barusan di hadapan gue lagi. Mungkin gue emang salah lihat tapi gue yakin itu Lita." Dia langsung berjalan meninggalkan mereka dan menuju eskalator.

"Jangan ketipu orang lain boy, yang gue tahu Lita gak mungkin ngelakuin hal seburuk itu. Bisa aja dia di jebak dan lo di propokator sama cewe yang sedang nunggu jemputan lo itu. Dan lo tau sikap Lita lo juga tahu sikap cewe itu kayak gimana."

Adam segera pergi meninggalkan boy sementara orang bernama boy itu menundukan kepalanya. Jelas dia menyadari kebenaran yang Adam katakan padanya. Tapi Dia menepis jauh perkataan Adam barusan.

@_@

Kini mereka bertiga sedang berada di toko buku, sudah satu jam mereka berpisah. Tata ada di bagian Fiksi bersama Yumi, sedangkan Lita sedari tadi dia membaca kumpulan angka-angka dan dari sampul buku yang sudah tidak berplastik itu tertulis 'PINTAR FISIKA secara KILAT' otomatis Lita tertarik.

Bagaimana tidak, seorang Lita sangat menyukai hal-hal yang berbau angka dibanding dengan kata-kata, menurutnya angka lebih logis untuk di cerna sedangkan kata-kata tidak bisa dicerna oleh otaknya sendiri.

Sedari tadi Lita terus membaca dan isi buku tersebut adalah kumpulan rumus-rumus yang bisa Ia gunakan karena hampir semua rumus dibuat secara ringkas dan bisa menggunakan logika untuk mencari tahu jawabannya jadi saat mengisi soal Dia bisa menghemat waktu dan bisa selesai lebih cepat.

Tata dan Yumi kini bisa melihat Lita yang sedang duduk dilantai dengan punggungnya menyandar ke rak buku juga tangan kirinya Dia gunakan untuk menahan tumpuan buku sedangkan tangan kanannya terus bergerak seperti penunjuk arah mata untuk membaca.

Lita tidak menyadari kedatangan mereka yang sudah beberapa kali mengirim pesan hingga Yumi memutuskan untuk menelponnya dan Lita pun baru sadar dan hanya menyengir lebar. Dia bangkit dan menghampiri Yumi dan Tata setelah menyimpan buku tersebut ke rak yang ada di depannya.

"Gak lo beli Lit?" Tanya Yumi yang sudah melihat judul sebelumnya.

Lita menggeleng dan tersenyum "Nggak deh gak usah."

"Kayaknya lo pecinta pelajaran Ipa deh Lit."
Tata mengatakannya dengan tatapan penuh selidik, kini mereka sedang menunggu proses Yumi yang membeli sebuah novel.

Tatapan Lita menerawang sedikit.
"Gue lebih suka sama kumpulan angka dibanding kumpulan kata." Kekehan tersebut keluar dari Lita sendiri seolah Dia sedang menertawakan dirinya sendiri.

"Tapi lo suka novel juga kan?" Yumi yang dari tadi menyimak pun mengajukan pertanyaan.

"Suka juga, tapi tergantung mood gue juga kalo baca novel mah."

"Bagus-bagus jadi gue bisa sharing novel lagi." Tata hanya menggeleng mendengar Yumi yang sedang membahas novel dengan Lita.

@_@

Ditangan masing-masing kini sudah ada secup ice cream, Yumi yang traktir katanya sedang senang dan bahagia. Yang Lita dan Tata yakini pasti ada sangkut pautnya dengan mantannya yang tak lain adalah Doni itu.

Tadi Yumi sudah menceritakan alasan kemarin Dia pulang duluan karena yang menelponnya adalah Aryo dia adalah salah satu sohib Doni yang mengatakan "Doni sedang sakit dan malah keluyuran sampe sekarang belom pulang."

Tanpa pikir panjang Dia langsung menuju alamat yang Aryo kirim dan saking khawatirnya membuat Yumi tidak peka bahwa Aryo menjahilinya.

Saat sampai di alamat itu yakni sebuah taman, Yumi baru sadar ada yang duduk sendiri di sebuah kursi dia adalah Doni, saat menanyakan sakit atau tidaknya ternyata Aryo ngibul dan Yumi berbalik namun Doni menahannya.

Dari sanalah Yumi dan Doni berbicara panjang lebar hingga Doni mengantarkan pulang Yumi yang langsung bahagia.

Kini kebersamaan mereka harus berakhir saat Yumi sudah dijemput Doni, sedangkan Tata dan Lita naik angkot menuju rumah masing-masing.

POURQUOI?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang