Success is not the key happines, but happines is the key to success.
If you love what you are doing, you will be successful.♡♡♡
Kini di kelas hanya ada 7 orang, 3 diantaranya TriTi dan 4 lainnya adalah yang sedang mengerjakan tugas biologi tadi.
Mereka sibuk berbincang ria di meja mereka dengan posisi seperti biasa Tata selalu madep ke belakang.
"Bukannya lo mau jadi perawat Lit dasar-dasarnya kan pake biologi?"
Tanya Yumi yang sudah menyimpan ponselnya kembali ke atas meja, ya kebiasaan mereka agar saling menghargai jadi ponselnya di simpan di tengah meja."Iya, katanya pas pertama kenalan kan si Bio nanya cita-cita lo. Pas dateng ke UKS juga lo ngecek peralatan-peralatan heran gue sama lo Lit." Tambah Tata membuat Lita bingung untuk menjawab bagaimana.
"Cita-cita gue yang sebenernya pengen jadi guru Kimia di SMA, harapan gue itu pengen jadi guru kayak Bu Penti dari tegasnya pokonya idaman banget."
Senyuman lebar dengan mata menerawang ke atas membuat Yumi dan Tata mengelus tangan Lita."Kenapa gak bicara dari awal Lit gue kan jadi gak bakal ungkit kayak gini jadi buat lo sedih?"
Tanya Tata yang menatap sendu ke arah Lita sebab dia tahu yang Lita rasakan itu dia juga mengalaminya."Karena banyak hal yang gak bisa gue katakan, namun bisa kalian tanyakan dan jawaban akan gue berikan."
Matanya menatap satu persatu pasang mata di samping dan di hadapannya.Reaksi mendengar jawaban barusan sangat menakjubkan, Tata menggelengkan kepalanya dan Yumi menatap dengan penuh selidik 'kenapa jawabannya sangat memungkinkan?'
"Dari saat gue SD gue selalu kagum sama guru yang ngajar mereka kuat dan tahan banting apapun keadaannya mereka pasti bakalan milih untuk mengajar, salah satu guru itu pernah mengatakan 'Dengan bertemu anak-anak di sekolah membuatnya menjadi sehat kembali' setidaknya itu yang gue alami dan rasakan kebenarannya, dan juga menjadi guru bertemu banyak anak-anak dengan sikap berbeda dan tiap tahun ada yang berbeda membuat mereka tampak awet muda." Lita menghirup nafas nya dalam.
"Tapi cita-cita gue berakhir saat kelas X SMA, orang tua gue menjawab tidak setuju bukan karena apa-apa, mereka berharap ada yang menjadi perawat. Mungkin dulu Ibu gue mau jadi perawat tapi gue percaya apa yang dikatakan orang tua gue pasti itu yang terbaik untuk gue."
Perkataannya mendapat reaksi Tata dan Yumi yakni menatap sendu padanya.
Yumi mulai menceritakan cita-citanya yaitu menjadi polisi wanita alian polwan, dia selalu kagum pada ayahnya yang memakai seragam polisi dengan sangat kece menurutnya.
Apalagi Doni pun bercita-cita ingin jadi polisi juga, yah awalnya mereka tidak tahu kalo ayah mereka saling mengenal dan akhirnya Doni dan Yumi bercita-cita menjadi Polisi untuk masa yang akan datang.
Namun berbeda dengan Tata dia cemberut saat akan mengatakan cita-cita nya yang dia bilang mulia itu.
"Gue ingin jadi Ibu Rumah Tangga yang berbakti sama imam gue nantinya. Semua berjalan lancar, hingga mama gue bilang sama gue kalo dia bakalan bahagia kalo liat putri semata wayangnya ini menjadi designer sama seperti mamanya, padahal gue udah ngerasain sejak kecil kesibukannya kayak gimana. Apalagi kalo ada deadline dan lagi sibuk-sibuknya mama pasti bakalan lembur di boutiq, dan gue gak mau kalo nanti anak-anak gue ngerasain apa yang gue rasain."
Tidak salah lagi bagaimana kesepiannya Tata saat di rumah, mama nya akan pergi ke boutiq untuk mensibukan diri sedangkan dirnya di rumah melakukan aktivitas itu-itu aja, sedangkan papanya sudah pergi meninggalkannya sejak kecil.
Tata pernah menelpon Lita malam-malam dan berbicara sangat sedih bahwa dia merindukan papanya, sejak usianya menginjak 5 tahun.
Mama papanya terdengar sering berantem hingga Tata melihat bagaimana papanya meninggalkan dirinya dan mamanya saat itu, dengan keadaan mamanya yang menangis dan mencampakan Tata seorang diri hingga dia tumbuh sampai di usia sekarang ini.
"Tapi Lit sorry nih, gue sama Tata kan bercita-cita sesuai dengan kehidupan pribadi keluarga, kok lo malah kagum sama orang lain?"
Tanya Yumi canggung, sedari tadi sebenarnya Yumi epo akan hal ini sekaligus dia ingin tahu keluarga Lita seperti apa dari awal hanya dirinya dan Tata yang menceritakan kehidupan pribadinya, namun setelah mendengar Lita akan menjawab jika di tanya membuatnya berani seperti barusan.
"Gak papa ko dari awal gue emang gak pernah cerita tentang keluarga gue, dimulai dari gue anak bungsu dari 2 bersaudara. Kakak gue laki-laki beda 2tahun sama gue. Bapa gue buka kedai bubur sedangkan Ibu gue ibu rumah tangga, mereka selalu bekerja sama dalam berbagai hal dan kini mereka lagi mengembangkan perkebunan sayuran di tempat gue yang untungnya masih ada sawah-sawah. Sejak kecil gue gak pernah di manjain mereka, bahkan gue belum pernah di panggil secara romantis dengan sayang-sayang tapi gue gak berharap juga sih, saat masih kecil gue gak ada yang temen main meskipun banyak yang seumuran juga. Kerjaan gue diem di rumah belajar bareng kakak gue yang mau masuk SD dan akhirnya bukannya kakak gue yang bisa baca melainkan gue yang bisa baca duluan dan saat kakak gue berangkat sekolah gue selalu nangis dan pengen ikut, sampe-sampe di hari pertama ajaran baru gue diajak sekolah dan melihat bagaimana sekolah itu dan ngotot ingin seklah tapi Ibu belom ngijinin karena gue terlalu muda hingga gue belajar di rumah."
Gelengan kepala Yumi dan Tata membuat Lita terkekeh hal itu sudah biasa baginya.
"Pantes aja lo pinter dari kecil aja kakak lo udah kalah sama lo."
"terus sekarang kakak lo gimana?"
"jangan sampe Tata tau Lit entar dia pelet kakak lo coba"
Tata menggelpak kening Yumi membuat Yumi mengaduh dan mengelus-elus keningnya.
"Lo gak mau liat sahabat lo ini bahagia apa Yum gimana sih. jadi gimana Lit?" Senyumannya melebar dengan tatapan berbinar menatap Lita.
"Dia baru lulus tahun ini, dari dulu dia selalu buat keluarga gue tersenyum lebar karena bakat berprestasinya dalam bidang olahraga. Bisa di bilang dia maniak sama olahraga, dan gue sering ikut latihan bareng juga sesekali kalo gue lagi mumet dan stok buah abis. Dia sekarang lagi pelatihan buat ikut Sea Games tahun depan, dia ingin jadi atlet karena sejak kecil gue dan kakak sering lihat bagaimana Ibu bermain volly bahkan sejak dalam kandungan kita pernah ikut juga."
Kata-katanya membuat mereka terkekeh berarti sejak kecil banget."Sedangkan gue, palingan kalo tiap akhir semester aja keluarga gue bahagia karena gue dapet peringkat pertama, tapi tiap gue ikut lomba gue selalu kalah."
Ucapan dengan helaan nafas dari Lita membuat mereka mengangguk mengerti, keadaannya jika kakaknya berbakat dalam bidang olahraga sedangkan adeknya bakat dalam bidang pelajaran.
"Tapi tahun ini kan lo udah juara 2 Kimia sejawa barat Lit."
Yumi otomatis menginjak kaki Tata yang terbalut sepatu itu, tatapan nya menajam pada Tata."Kok kalian tahu?" heran Lita.
"Lo gak marah Lit?" Tanya Yumi ragu.
"Kita nyari tahu tentang lo, lo inget kan kalo Tata informan banget nah itu lah." Tata mengangguk dan tersenyum.
"Baguslah jadi gue gak perlu cerita tentang itu."
Pembahasan mereka berakhir saat terdengar suara perut keroncongan dan itu milik Lita membuat mereka tertawa dan menuju ke kantin dan kekehan mereka saat melihat di kelas tinggal mereka bertiga saja.
Karena orang yang berempat yang sedang mengerjakan tugas itu sempat beberapa kali menegur mereka untuk tidak berisik tapi mereka hiraukan.
Karena pada akhirnya, gue selalu salah dan akan selalu kalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
POURQUOI?
Teen FictionJika kamu akan mengatakan suka bahkan cinta... Maaf saja kamu tidak akan mendapatkan apa-apa. Hidupku sudah bahagia tanpa adanya cinta... Yang ada hanya percuma saja.