"Sunday Morning."
Satu kalimat dengan dua kata tersebut mengawali pagi harinya di hari minggu, setelah mematikan alarm pada ponselnya Dia pun bangun dan segera menuju kamar mandi untuk membasuh wajahnya.
Kedua tangannya ia rentangkan ke atas, mengintip dari jendela keadaan sekitar masih sangat sepi wajar juga ini hari libur dan masih jam setengah lima pagi.
Dia melompat dengan kecepatan yang stabil dan semakin meninggi hingga tangannya menghentikan putaran Skiping dan segera menyimpan salah satu alat olahraga tersebut dibawah meja teras.
Kedua earphone sudah menggantung di kedua telinganya, tepat suara Adam Levine feat SZA mengalun menyanyikan lagu berjudul What Lovers Do.
Langkah kakinya seirama dengan irama musik yang sedang di dengarkannya kini, keadaan masih sangat sejuk.
Kini Dia pun duduk di sebuah jembatan kecil sebagai penghubung jalan karena di bawahnya adalah sungai yang terbilang kecil.
Nafasnya di buat untuk teratur, bulir-bulir keringat muncul di sekitar pelipis dan lehernya. Setelah mengelap keringat dengan handuk kecil yang sedari tadi menggantung di lehernya, dia pun bangkit dan melanjutkan acara Jogging di pagi harinya.
Matahari sudah menampakan sinarnya, sekarang sudah jam enam lebih sepuluh menit Dia membuka sepatu dan kaos kakinya lantas menyimpannya di rak sepatu, tercium aroma nasi goreng Dia pun menuju dapur dan segera mengambil piring juga sendok.
Tangannya mengambil gelas mengisinya dengan air putih dengan sekali teguk air di gelasnya sudah tandas, setelah kompor dimatikan Dia menyiuk nasi goreng tersebut dan langsung duduk dan memakannya dengan diam.
"Gimana sekolah baru kamu, Lit?" Tanya seorang Ibu yang tak lain adalah Ibunya sendiri, dan orang yang sedari tadi sibuk dengan makanannya adalah Lita.
Dia mengangguk pelan. "Lancar kok, mereka pada baik juga."
"Syukurlah kalo gitu. Nanti bangunin Kakak kamu yang kebo itu." Kunyahan di mulutnya terhenti dan menatap Ibunya dengan tatapan menyelidik.
"Dia ada di sini bu? kenapa gak bilang dari awal?"
Tanya Lita yang akan bangkit namun di tahan Ibunya dengan menggeleng."Malem tadi jam 11 kakak baru pulang dan bawa pesenan kamu tapi kamunya udah tidur. Martabaknya ada di kulkas. Ibu pergi dulu."
Tidak menghiraukan perkataan Ibunya barusan, Lita segera bangkit dan menuju pintu kamar bercat Coklat tepat disamping kamarnya.
Tanpa mengetuk pintu, Lita masuk dan melihat keadaan kamar kakaknya itu sudah rapi 'apa Ibu bohong ya?' tanya nya dalam hati 'Tapi tas nya ada kok berarti bener ada.' Lagi-lagi dia yang menjawab pertanyaan nya sendiri.
"Nyari apa Lit?" suara berat dari belakang dan aroma sabun yang sangat familiar juga shampo, matanya memincing tajam saat berbalik.
"Itu kan shampo baru, belom di pakek ngapain kakak pake sih." Gerutu Lita pada kakaknya yang langsung di lempari handuk kecil yang telah di pakai menggosok rambutnya.
"Gak sopan banget sih sama adek sendiri. Awas ah."
Jutek Lita melewati kakaknya yang bernama Rian Janior atau sering di sapa Rian.Sejarah namanya berasal dari kelahirnya di bulan Januari tepat saat hujan, jadilah bulan Januari yang sedang hujan menjadi Rian Janior.
"Bener nih, jangan sentuh martabaknya ya awas aj-"
Bibirnya tersenyum lebar dan mengangguk."Kakak yang baik jadi idaman banyak cewe di luar sana, makasih atas martabaknya yaaa. Tapi sayang dari dulu jomblo mulu sih."
Tanpa mendengarkan kakaknya yang mulai kesal Lita segera berlari menuju dapur membuka kulkas dan menyantap martabak yang sudah dingin dan keras itu.
@_@
"Ini anak siapa sih, jorok banget jam segini belom mandi. Mana kulit pisangnya berantakan lagi."
Ucap Rian saat melihat adiknya itu sedang selonjoran menonton TV dengan pisang ambon satu sisir yang sudah habis setengah, membuatnya menggeleng.
"Ngapain di pindahin sih?"
Tanya Lita sewot karena sekarang tayangan di salah satu TV swasta itu menayangkan acara tentang Style yang tayangnya hanya sabtu-minggu jam setengah sebelas waktu indonesia barat."Mandi dulu sana bau banget."
"Denger ya kak, Lita itu abis selesai nyuci baju langsung jemur di luar terus cuci perabotan kotor sama nyapu pel dan beres-beres. Wajar dong Lita santai dulu."
"Dimana-mana ya kalo udah selesai gerak itu pasti keringetan dan panas mantev nya itu langsung mandi, alasan mulu sih."
Tidak menanggapi perkataan kakaknya lagi, untuk kali ini Lita akan mengalah karena jika tidak pasti adu cek-cok tidak akan berakhir.
Tangannya membuka ponsel dan menyalakan data, beberapa notifikasi muncul dan hanya dari Line saja itu juga pasti Yumi atau Tata yang mengechat.
"Gimana sekarang, apa mereka minta maaf?"
Kepala Lita menoleh, kakaknya masih menatap tayangan adventure di depannya."Gak tau, Lita kan cuman instal aplikasi line doang itu juga pake nomor yang baru. Tapi kemarin Lita sempet papasan sama salah satu diantara mereka."
Kepalanya menunduk dan menghela nafas kakaknya kini menatap Lita sekarang."Untuk sekarang kamu jalanin aja, gak usah pikirin mereka lagi oke."
Lita mengangguk dan rambutnya di acak oleh kakaknya itu dan perkelahian pun di mulai.

KAMU SEDANG MEMBACA
POURQUOI?
Fiksi RemajaJika kamu akan mengatakan suka bahkan cinta... Maaf saja kamu tidak akan mendapatkan apa-apa. Hidupku sudah bahagia tanpa adanya cinta... Yang ada hanya percuma saja.