Azfar #4 Maaf dan Terima Kasih

13.6K 733 15
                                    

Apa memiliki teman itu sebuah kewajiban? Gue nggak butuh temen yang hitz atau apalah itu, Gue cuma mau temen yang gila-gilaan karena sikap konyolnya.

-Farrata Agnia.

Fara duduk di sebelah Azka yang sedang asik menonton sebuah acara Variety Show di layar televisinya. Langit sudah gelap dan Fara masih belum kembali ke rumahnya. Karena ini masih waktunya untuk merawat Azka.

"Nih gue mau tanya, kenapa dua temen lo itu gak jengukin lo?" tanya Fara masih menatap Azka yang fokus menatap layar televisi.

"Harus?"

"Ya enggak sih... tapi kan biasanya kalo cowok gitu jengukin temennya yang lagi sakit terus main bareng gitu."

"Gue yang melarang mereka buat ke sini."

Fara mengernyitkan dahinya."Aneh, padahal biasanya gitu," Fara juga menoleh menatap televisi.

"Mereka berisik," Azka berceletuk sembari memakan kacang almond yang di pegangnya.

"Terus kenapa lo temenan sama mereka?" Fara kembali menoleh pada Azka yang kini sibuk mengunyah dengan mata menatap lurus layar televisi.

"Gue gak mau temenan sama mereka," Azka kemudian memasukan dua biji kacang almond ke dalam mulutnya, "Tapi mereka aja yang selalu deketin gue," lanjut Azka sembari mengunyah.

Fara hanya ber-oh ria dan mengangguk pelan, "Iya sih ya. Aneh banget mereka mau temenan sama lo," Fara berceletuk yang akhirnya mendapat tatapan tajam dari Azka.

Azka kembali menoleh menatap televisi.

Fara lalu menyenderkan punggungnya dan menghela napas pelan. "Yahh, gue juga gak punya temen sih, eh tapi jangan salah sangka, gue punya juga kok temen yang deketin gue tapi dia cerewet banget lebih dari gue, dia juga suka memaksa, gue sudah nyoba buat ngejauhin tapi dia terus aja nempel ke gue, dan entah kenapa sekarang dia gak ngubungin gue lagi bikin gue khawatir aja," cerocos Fara membuat Azka jengah mendengarkan.

"Dengar ya, gue gak mau tau dan gue gak nanya masalah yang lo alami dengan sahabat lo itu, juga sepertinya lo lebih ceweret dari sahabat lo itu," Azka kemudian meletakkan toples yang di pegangnya ke atas meja dengan keras hingga terdengar suara yang membuat Fara tersentak.

Azka lalu berdiri dan mengambil tongkatnya untuk berjalan. Ia lalu menaiki tangga hendak menuju kamarnya.

Fara menatap punggung Azka yang pergi dan mengambil toples berisi kacang almond milik Azka. Ia masih menatap punggung Azka sembari memakan satu persatu kacang almond itu.

"Mau gue masakin lagi gak?" tanya Fara sembari mengunyah.

"Gak usah, buang-buang bahan belanjaan gue aja lo."

"Terus lo gak mau makan malem gitu?"

"GoFood aja."

"Yauda gue pesenin, mau makan apa?" 

"Nasi goreng aja." jawab Azka masih menaiki tangga satu persatu dengan tongkatnya,

"Yaelah cuma nasi goreng aja gue bisa bikin kali," gerutu Fara dengan jarinya yang bergerak cepat membuka aplikasi gofood.

"Diem ya! pesen aja buruan." bentak Azka, "Gue gak mau sakit perut gara-gara masakan aneh lo." lanjutnya sebelum memasuki kamarnya.

Sial banget ya gue. Masih tinggal sebulan lagi ngurusin tuh orang. Fara membatin sembari mengunyah dan memesan makanan.

Kunyahannya berhenti setelah Azka berteriak dari dalam kamarnya, "JANGAN MAKAN ALMOND GUE ATAU GUE LAPORIN LO KE KEPALA SEKOLAH! AWAS AJA KALO KACANG ITU BERKURANG SATU BIJI PUN!"

Fara berdecih dan memasukkan kembali kacang almond yang hampir ia masukkan ke dalam mulutnya. "Kurang kerjaan benget kepala sekolah ngurusin kacang almond," gerutunya sebelum menutup kembali toples dan meletakkannya di atas meja.

Ia menekan tombol off pada remot televisi lalu mengangkat kedua tangannya dan meregangkan tubuhnya yang terasa kaku. Tanpa berpamitan  ia keluar dari rumah itu dan memasuki rumahnya yang berada tepat di seberang rumah Azka. Sembari menunggu pesanannya datang ,Fara ingin bersantai di rumah tercintanya yang sudah seharian ia tinggal tak berpenghuni.

---^^---

Fara melipat kedua tangannya di atas meja dan manangkup wajahnya di sana. Nabil yang melihatnya mendekati Fara lalu menepuk pundaknya.

"Lo Kenapa? Gak kayak biasanya istirahat tiduran doang," ucap Nabil meletakkan milk tea di atas meja yang tadi sempat Fara titipkan.

Fara mengangkat kepalanya dan duduk dengan tegap.

"Hari-hari yang melelahkan," seru Fara kemudian menyeruput milk tea miliknya.

"Capek habis ngapain lo? Ya gue juga capek sih, Kemarin gue bantuin jaga tokonya tante gue," ucap Nabil sembari meminum Susu stroberi di tangannya.

"Pantes kemarin lo gak ngubungin gue," Fara menyenderkan punggungnya pada senderan kursi.

"Ehm, ada apa? Kangen ya sama gue?" Nabil menggoda Fara dengan menyolek-nyolek lengannya.

Fara hanya berdesis dan menepis tangan Nabil agar menjauh.

"Bentar lagi weekend, ayo jalan-jalan," Nabil menarik kursinya dan duduk di samping Fara.

Fara sangat ingin mengatakan 'Iya' tapi, banyak hal yang mengganjal di otaknya saat ini. Merawat Azka, membersihkan rumahnya juga rumah Azka, belajar memasak, belajar, juga menghemat uang sakunya. Semua itu membuat kepala Fara terasa akan meledak.

"Gue sih, pengeenn banget bilang Ayoo, tapi.." Fara menggantungkan kalimatnya.

"Tapi kenapa?" Nabil lalu menyeruput susu stroberinya.

Benar, tapi apa? Alasan apa yang harus ia katakan untuk menolaknya secara halus?

Fara lalu terpikirkan tentang kesibukan Nabil yang membantu tantenya. Mungkin itu akan menjadi alasan yang paling tepat.

"Bukannya lo harus bantuin tante lo jagain tokonya?" Fara menatap Nabil khawatir. Alih-alih menutupi raut wajahnya yang berharap Nabil akan membatalkan ajakannya.

Raut wajah Nabil berubah saat itu juga dan di ikuti seruannya. "Bener juga! Lupa gue.. Yaah tapi gue pengin hangout bareng," Nabil cemberut.

Fara terkekeh pelan, "Bantuin tante lo lebih utama, lagian gue juga sibuk belakangan ini."

"Sibuk ngapain?"

Sial! Kebablasan! Dasar mulut ini! Fara membatin dan tersenyum paksa hingga matanya menjadi sebuah garis.

"Ha ha.. Sibuk..Sibuk kerja! Iya sibuk kerja."

"Lo kerja?!" Nabil membulatkan matanya.

"Yah.. Kerja sampingan yang biasa aja," Fara menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Kenapa? Bukannya lo anak orang kaya?" tanya Nabil.

Fara lalu menghembuskan napas pelan, "Kita udah dewasa, gak baik kalau kita terus bergantung pada orang tua, toh nantinya kita juga bakal dihadapkan dengan yang namanya kerasnya dunia luar."

Nabil tercengang melihat wajah serius Fara. "Uwah," serunya.

"Uwah?"

"Iya, ini pertama kalinya gue denger lo serius dan bijak."

"Cih, emangnya gue biasanya gak serius apa?"

Nabil mengangguk tiga kali. "Gak pernah serius."

Fara mengangkat tangannya ke udara hendak memukul Nabil, tapi dengan sigap Nabil berdiri dan menghindar. Mereka lalu tertawa bersama hingga bel masuk akhirnya berbunyi dan guru pengajar memasuki kelas beberapa menit setelahnya.

Seperti itukah pertemanan?. Menertawakan sesuatu yang bahkan tidak harus di tertawakan. Bahkan karena hal kecil saja membuat seseorang tertawa hanya karena sebuah pertemanan. Aneh bukan. 

AZFAR ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang