Azfar #1 Perpisahan

17.4K 806 3
                                    

Hari ini. Tepatnya di hari minggu adalah hari terakhir Fara berlibur di Bandung. Hari-hari berlalu begitu cepat setelah kejadian hari pertama ia berlibur di kota itu. Kejadian yang tak pernah bisa ia lupakan. Bahkan wajah cowok waktu itu masih sangat jelas di ingatannya.

Ponselnya berbunyi menyebut nama aplikasi yang biasa Fara gunakan sebagai media untuk berhubungan dengan orang lain yaitu Line.

Fara membuka notif pesan yang ternyata dari adiknya.

Rano : "Lo dimana? Udah nyampe belum?

Farrata : "belum nyampe. Masih di jalan"

Rano : "kira- kira jam berapa lo nyampe sini?"

Farrata :"ya mana gue tau. Lo kira gue peramal."

Rano : "gue serius -_-"

Farrata : "lah emang gue becanda? Ngapain becanda sama lo. Gak asik!"

Rano : "gausah bacot. Pokoknya kalo udah nyampe stasiun telpon gue!"

Farrata : "Y"

Rano tidak membalasnya lagi setelah Fara mengirim balasan dengan super singkat. Fara menghela napas kasar. Ia berpikir ada apa adiknya tiba-tiba menanyakan dirinya sudah sampai atau tidak. Mungkin mamanya yang menyuruh adiknya itu untuk bertanya. Fara tahu benar sangat tidak mungkin adiknya itu mengirim pesan untuk menanyakan hal yang tidak penting baginya.

Setelah sekitar enam belas jam Fara menempatkan pantatnya pada kursi kereta. Hingga rasanya, pantatnya bisa menipis saat itu juga. Akhirnya kereta yang ia naiki berhenti di stasiun kotanya.

Fara turun dari kereta dan cepat-cepat menduduki kursi panjang yang tidak jauh dari gerbang ia turun. Kaki dan pantatnya sudah terasa mati rasa saat ini.

Ia merogoh ponselnya dari dalam saku celananya. Di tekannya layar ponselnya pada nomor telpon Farrano lalu mendekatkannya pada telingnya. Mungkin sudah lima kali Fara menelpon adiknya itu, tapi tetap saja tidak ada jawaban kecuali jawaban dari operator yang membuat telinga Fara terasa sakit mendengarnya.

"Kemana sih nih bocah! Tadi bilangnya suruh telpon. Pas di telpon malah dijawab operator," celoteh Fara hingga membuat orang-orang di sekitarnya menatap aneh padanya.

Fara menunggu Rano selama tiga puluh menit tapi adiknya itu sama sekali tidak menampakkan batang hidungnya. Ia lalu bangkit dari duduknya dan mulai berjalan dengan kaki dihentakkan karena kesal. Koper yang ditariknya dengan keras juga menjadi korban kekesalannya.

Pada akhirnya ia pergi ke rumahnya menaiki angkot. Sesampainya di tempat pemberhentian angkot dia masih harus berjalan kaki. Jarak dari tempat ia turun ke rumah sekitar lima puluh meter. Di sepanjang perjalanan Fara tetap mengomel bahkan ia mempunyai rencana akan mengunci adiknya itu di kamar mandi nantinya.

Sesampainya di rumah, Fara membuka pintu dan menutupnya dengan keras. Semua orang yang berada di ruang tamu pun terkejut dan menatap Fara yang tengah berdiri dengan koper dan tas di tangannya. Hening. Semua mata menatapnya membuatnya terdiam karena terkejut.

Anjir!. Kenapa banyak orang di rumah. Fara membatin sembari tersenyum tipis pada tamu yang tidak pernah ia lihat sebelumnya.

Rano tiba-tiba muncul dari arah dapur dengan membawa nampan yang di atasnya terdapat beberapa gelas berisikan jus. Ia tersentak saat melihat Fara yang berdiri di depan pintu menatapnya tajam.

"Ka-kakak udah sampe? A-ayo duduk dulu kak," Rano mencoba menghibur Fara dengan memberikan segelas jus dari atas nampan yang di bawanya.

"Gak usah! Lagian itu punya tamu kan," ketus Fara dan berjalan melewati adiknya.

AZFAR ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang