Di dunia ini tidak ada yang namanya kebetulan, semua hal –bahkan yang terkecil sekalipun– adalah buah dari perbuatan kita.
Dalam kesunyian yang menentramkan, seorang gadis berwarna kulit cerah termandikan sinar mentari, berjalan santai menelusuri trotoar. Angin sore yang bersahabat menghamburkan sebagian anak rambutnya ke pipi dan wajahnya, atau sesekali membuatnya terjebak diantara bulu mata lebat yang kelentikannya sulit dipercayai keasliannya. Untuk ukuran kakinya yang jenjang, langkah sore itu terkesan kecil dan lambat, seolah gadis itu sengaja ingin menghabiskan lebih banyak waktu dalam perjalanannya.
Tanpa suara ayunan langkah kaki, dalam kebisuan, seseorang menemaninya. Naluri alamiahnya membuat ia –dengan begitu saja– menyadari keberadaannya, dan meski tahu ia sedang dibuntuti, batinnya tak sedikitpun merasa jengah. Keningnya yang bertaut tidak bisa begitu saja diartikan bahwa kecemasan sedang menghantuinya. Ia hanya sedang berusaha menyusun kata-kata yang tepat untuk disampaikannya, sesegera mungkin.
Langkahnya membawanya memasuki area baru yang tampak lebih nyaman. Sebuah taman kecil yang sepi tampak kontras berada di tengah kepenatan kota. Tak banyak tumbuhan besar tertanam di sana, hanya beberapa –dan itupun sepertinya masih belum cukup untuk disebut besar. Selebihnya, seperti sebagaimana fungsi estetika pada umumnya, bunga-bunga dengan akar serabut beraneka warna bermekaran di mana-mana. Beberapa kursi panjang terlihat begitu nyaman bergelung dibawah bayang-bayang pepohonan. Ia tidak melihat kegunaan dari beberapa lampu yang terpasang dengan jarak teratur di beberapa sisi jogging track itu, belum.
Masih dengan langkah-langkah kecilnya, iapun mulai memasuki area berumput. Ia memilih sebuah mahogany, untuk berehat di bawah bayangannya.
Untuk pertama kali semenjak perjalanannya, ia menengadahkan wajahnya. Angin menyibak rambutnya sesaat, memperlihatkan tengkuk putihnya. Garis-garis wajahnya melembut, membentuk tampilan lain yang menyejukkan. Sebuah kenyamanan baru hadir disana.
"Aku tahu, kau di sana." desisnya lirih, sementara tangannya bergerak meloloskan jemarinya dari dalam saku jeans. Ia menarik nafas, merasakan gerakan naik turun di dadanya. Sambil mengamati tanaman-tanaman merambat yang saling membelit di bawah kakinya, dalam hati diam-diam ia menghitung, berapa banyak waktu yang dibutuhkannya untuk menyelesaikan ini. Ia berbalik sebelum mencapai tarikan ke sepuluh.
Bibirnya yang mungil tersenyum sebelum kembali bergetar untuk meneruskan kalimatnya. Bukan bentuk keramahan yang hendak disampaikannya, melainkan lebih kepada perasaan puas terhadap dirinya sendiri –terhadap instingnya. "Tampaknya, tidak ada lagi yang perlu kau cemaskan. Semua masalahmu di dunia sudah selesai. Pemerkosamu sudah menyerahkan dirinya ke polisi."
"Dan ini..." ucapnya sembari mengeluarkan suatu benda mungil dari saku jaketnya yang longgar. Pandangannya terfokus pada kedua bola mata jernih dihadapannya sementara menunggu wanita itu meraihnya. Tak sulit menemukan perubahan itu, terlihat dengan jelas perubahan sorotan dan sinar-sinar dalam pandangannya bahkan jika ia tidak sedang benar-benar memperhatikan, siapapun yang melihatnya akan segera mengetahui perubahannya.
Beberapa saat wanita itu hanya memandanginya, lalu dengan ragu-ragu ia mengangkat tangannya. Dengan gemetar, tangannya yang terulur meraih benda oval itu dari tangan seorang gadis manusia. Wanita itu menatapnya dengan wajah seakan tak percaya, matanya mulai menggenang.
Wanita itu hampir menitikan tetes-tetes keharuan saat dengan hati-hati ia memasukkan benda itu di jari manisnya yang transparan.
Angin bergerak tanpa suara, hanya suara gemerisik daun-daun kering di tanah yang menjadi bukti kehadirannya. Sandra –gadis itu– membiarkan keheningan melingkupi mereka. Tidak banyak orang yang mengerti makna di balik matanya yang terpejam hati-hati itu. Aneh memang, tapi ia mampu melihat lebih banyak di sana. Naluri yang hadir dalam dirinya membuatnya mampu merasakan atmosfer yang berbeda di sekelilingnya; aura kehidupan yang begitu kuat mengalir di dalamnya.
YOU ARE READING
Soul of Promise
FantasySandra, seorang gadis delapan belas tahun dengan kemampuan supranaturalnya, bertemu dengan seorang arwah tampan tak beridentitas. Demi kesehatan finansialnya, Sandra telah berjanji dalam hatinya untuk tidak lagi berurusan dengan hal-hal gaib dan mem...