Bahan-bahan: dua helai kelopak mawar putih, dua tetes darah roh, dua tetes air mata, dua helai bulu gagak hitam, dua jumput pasir putih, dua helai rambut manusia. Selanjutnya, letakkan bahan-bahan tersebut di tempat yang tidak menyentuh bumi, tidak terhadang bayangan apapun, lalu sebut namamu dan rapalkan mantra, tepat tengah malam, sehari setelah bulan bulat muncul.
Sandra mendesah. Hanya dua helai rambut manusia, dua kelopak mawar putih, dan dua jumput pasir putihlah yang dapat dipersiapkannya. Selebihnya, ia tidak tahu darimana ia bisa memperolehnya.
"Apa kau yakin dengan ini bisa membuat paspor waktu?" tanya Devone ragu.
Sandra menjawabnya sambil lalu. "Di sana sudah tertera bahwa memang begitulah caranya."
"Memang," kata Devone sambil sekali lagi membaca apa yang tertulis di buku itu,"tapi apa kau yakin ini tidak akan membawamu pada kesalahan tempo hari?"
"Kita tidak bisa memprediksikan segala sesuatunya dengan begitu sempurna, bukan?" tanya Sandra. Suaranya terdengar lebih rendah beberapa oktaf dan terkesan arogan. Mudah saja mengetahui alasan mengapa ia melakukannya.
Devone menatap matanya yang keras kepala, lalu mendesah. "Baiklah. Kau menang."
"Bagus." Sandra tersenyum puas, "Ada baiknya kalau kau membantuku mempersiapkan bahan-bahan yang dibutuhkan. Seperti misalnya, darah roh?"
Devone tersenyum sembari berkata, "Kau pasti berpikir tubuh transparan ini tidak punya darah, bukan?"
Sandra balik bertanya, "Memangnya ada?"
"Tentu saja ada."
Sandra mengangkat bahu. "Baiklah. Kalau begitu aku menyerahkan hal itu kepadamu. Mengenai airmata, itu akan coba kuusahakan nanti." kata Sandra sambil memuntir-muntir pensil di tangannya. "Apa kau punya ide darimana aku bisa memperoleh dua helai bulu gagak hitam?"
***
Letakkan bahan-bahan tersebut di tempat yang tidak menyentuh bumi. Itu mudah, pikir Sandra. Ia hanya tinggal meletakkannya di atas meja atau benda lainnya.
Tidak terhadang bayangan apapun. Berarti ia harus berada di ruangan terbuka, dan yang perlu dilakukannya hanya naik ke lantai teratas losmen ini.
Sebut namamu dan rapalkan mantra. Ia juga sudah menghafalnya dan tinggal merapalkannya nanti.
Tepat tengah malam.
Sehari setelah bulan bulat muncul. Bulat bulat maksudnya pasti purnama. Kabar baiknya, hari itu terjadi kemarin, karena berarti ia bisa melakukannya malam ini.
Semua persiapan sudah lengkap.Hanya tinggal bulu gagak hitam dan Devone bilang itu soal mudah yang tidak perlu dikhawatirkan.
"Perlu bantuan, Nona?" tanya Devone melihat Sandra yang tampak kesusahan mengangkat meja bundar yang cukup besar itu.
Sandra meletakkan kembali meja yang telah setengah diangkatnya. Ia setengah mengejek ketika berkata, "How a gentleman you are!"
Devone menjawab nada sarkasme itu dengan gerakan. Ia menghantam lemari pajangan yang terletak di sebelahnya dengan sekuat tenaga dan tidak terjadi apa-apa. Ya, tangannya tembus.
"Baiklah. Kini apa yang harus kukatakan? Aku tidak mungkin mengatakannya seperti ketika waktu itu bukan?"
"Memang apa yang akan kaulakukan dengan meja itu?" Devone balik bertanya.
"Membawanya ke atap."
"Untuk apa?"
"Kau akan tahu nanti. Sekarang kau hanya perlu mengatakan apa yang harus kukatakan?" tanya Sandra mulai merasa jengkel.
YOU ARE READING
Soul of Promise
FantasySandra, seorang gadis delapan belas tahun dengan kemampuan supranaturalnya, bertemu dengan seorang arwah tampan tak beridentitas. Demi kesehatan finansialnya, Sandra telah berjanji dalam hatinya untuk tidak lagi berurusan dengan hal-hal gaib dan mem...