Chapter 22: Hilang

4.2K 396 122
                                    

Tok. Tok. Tok.

Suara ketukan pintu kamar itu mengganggu Krist yang saat ini tertidur pulas di pelukan Singto. Mendengar hal itu Krist memutuskan untuk tetap menutup matanya tetapi suara ketukan itu tidak ada lelahnya terdengar. Membuat Krist membuka matanya. Dan kaget saat ingat ternyata ia tertidur di kamar kakaknya setelah apa yang mereka lakukan tadi malam. Krist langsung terlonjak kaget lalu memposisikan badannya untuk duduk.

"Auwww sakit" Lirih Krist sambil menyentuh punggungnya.

"P'Sing...P'Sing....P' bangun...P' cepat bangun..." Panggil Krist dengan setengah berbisik pada Singto.

"Emm. Ada apa?" Ujar Singto dengan mata setengah terpejam.

"Itu di luar ada P'Nam yang terus mengetuk pintu kamar ini" Jelas Krist panik.

Singto langsung bangkit dari tidurnya setelah mendengarnya. Suara teriakan Nam yang memanggilnya semakin lama semakin kencang di tambah dengan suara ketukan pintu yang semakin brutal.

"Nong Sing...Buka pintunya...kau masih marah pada P'? Kenapa daritadi tidak di buka juga" Teriak Nam.

"P' bagaimana ini. Bagaimana jika di melihatku di sini dengan pakaian seperti ini" Ucap Krist panik sambil melihat kearah pakaian yang ia kenakan.

Nam pasti akan bertanya - tanya kenapa Krist sudah ada di kamar Singto pagi hari seperti ini di tambah Krist hanya dengan mengunakan kemeja panjang Singto yang menutupi tubuhnya sampai paha.

"Kamar mandi bersembunyilah disana" Usul Singto.

Dengan cepat Krist berjalan kearah kamar mandi Singto dan mengunci pintunya rapat. Setelah Krist sudah bersembunyi Singto membuka pintu kamarnya. Dan menatap Nam yang berdiri tepat di depan pintu kamarnya sekarang. Seolah tidak terjadi apapun.

"Kenapa lama sekali membukanya?" Tanya Nam.

"Memang kenapa? Lagipula ini masih pagi untuk apa P' menggangguku" Keluh Singto.

"Nong Sing masih marah pada P'? P' tidak bermaksud begitu sungguh. Maaf P' tidak bermaksud menamparmu" Ujar Nam dengan menyesal.

"Tidak usah di pikirkan lagipula aku yang salah" Jawab Singto.

"Kalau begitu mandilah lalu turun kebawah untuk sarapan. P' mau membangunkan adikmu dulu" Ucap Nam.

"Adik? Krist?" Tanya Singto dengan bodoh.

"Iya. Memang kamu punya adik lain selain Krist"  Tanya balik Nam yang di jawab gelengan oleh Singto.

Melihat itu Nam mengusap rambut Singto setelah itu ingin melangkah pergi untuk pergi ke kamar Krist. Reflek Singto menahan lengan Nam. Jika Nam sampai kesana dan mengetahui Krist tidak ada entah apa yang terjadi nanti.

"Biar aku saja yang membangunkannya P" Tahan Singto.

"Tidak. Biar P' saja lebih baik mandilah" Tolak Nam.

"Tidak. Tidak. Biar aku saja. P' lebih baik yang bersiap - siap untuk pergi ke kantor biar Krist aku yang mengurusnya" Bujuk Singto.

"Ya. Sudah baiklah" Ujar Nam sambil meninggalkan Singto.

Setelah Nam pergi dengan cepat Singto masuk kedalam kamarnya dan menghampiri Krist yang tengah bersembunyi.

"Kit keluar P'Nam sudah pergi" Ujar Singto.

Ceklek.

Krist keluar dari kamar mandi Singto dengan menatapnya kesal. Bibirnya mengerucut kesal. Setelah itu Krist memukuli Singto dengan brutal.

"Kit sakit hentikan" Protes Singto.

"Sakit? Aku lebih sakit karena ulah P'. Bagaimana jika tadi P'Nam tahu hah?" Ujar Krist dengan kesal.

[1]. A World That Is You [ Krist x Singto ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang