Chapter 23: Penculikan

3.7K 385 121
                                    

Hari sudah menjelang pagi tetapi tidak ada sebuah kabar apapun yang Singto dan Nam dapatkan tentang Krist. Nam berjalan mondar mandir di ruang keluarganya sembari menunggu kabar yang akan di kirimkan anak buahnya. Sementara Singto duduk di sofa dengan cemas dan menangis.

"Kenapa kau daritadi menangis terus? Diamlah kau ini pria kenapa kau cengeng sekali? Harusnya kau itu berdoa nong Sing bukan malah menangis" Keluh Nam pada Singto yang daritadi hanya menangis tanpa henti.

"Ini salahku P'. Jika aku tidak meninggalkannya. Krist tidak akan hilang" Ujar Singto dengan terisak.

"Iya. Ini memang salahmu. Kemana perginya Krist. Harusnya aku memasang CCTV di seluruh rumah ini biar aku bisa mengeceknya saat di kantor" Nam terdiam dengan ucapannya sendiri

"Nong Sing!!! CCTV...CCTV yang kita pasang tersembunyi di depan rumah. Astaga!!! kenapa aku jadi bodoh seperti ini" Ujar Nam sebelum berlari pergi menuju kekamarnya.

Singto yang melihatnya juga ikut berlari menyusul Nam. Dengan cepat Nam membuka laptopnya mencoba mengecek sesuatu. Siapa tahu mereka mendapat suatu petunjuk kemana perginya Krist.

"Jam berapa kau pergi tadi?" Tanya Nam pada Singto.

"Jam dua siang" Jawab Singto.

Dengan sedikit gemetar Nam mencoba memutar yang di rekam CCTV itu mulai dari saat Singto pergi. Setelah lama menunggu terlihatlah ada dua orang pria yang menyusup masuk kedalam rumah mereka. Dan tidak lama kedua pria itu keluar dengan Krist yang tidak sadarkan diri di bopong oleh salah satu pria itu di pundaknya.

"P'....Krist...dia...dia di culik P" Ucap Singto dengan gemetaran.

Nam menarik rambutnya kasar. Tangannya mengetuk - ngetuk meja dengan panik dan berpikir cepat.

"P' akan menambah orang lagi untuk mencari juga melaporkannya pada polisi. Kau jangan keluar dari rumah. Kita berdua menunggu kabar disini. Kita tidak boleh gegabah satu kesalahan saja nyawa Krist jadi taruhannya" Ujar Nam pada Singto yang terlihat sangat cemas. Nam tahu adiknya itu orang yang nekat dan jika berbuat sesuatu tidak pernah di pikirkan terlebih dulu akibatnya.

"Kita harus menemukannya P" Rengek Singto.

"Sssttt sudah jangan menangis. Jika kau yang melihatnya saja menangis bagaimana Kit disana? Kita harus kuat supaya bisa mencarinya" Pinta Nam karena Singto sudah mulai ingin menangis lagi.

"P'Nam...."

"Jangan seperti anak kecil Nong. Ini masalah yang cukup serius. Turuti perintah P'. Jika kedua pria itu menginginkan uang. Pasti mereka sudah menghubungi kita daritadi. Dan nyatanya sampai sekarang tidak. Berarti mereka menginginkan hal yang lain"

Singto menatap rekaman yang tadi di putar Nam. Membuat Singto menjadi mengingat suatu hal yang di lupakannya karena terlalu shock tadi.

"P' aku mau ke kamarku dulu" Ujar Singto sambil berlari ke arah kamarnya.

"Lebih baik tidurlah. Jika salah satu dari kita ada yang sakit bagaimana bisa menemukan Krist" Teriak Nam setelah itu menelepon seseorang supaya menambah orang yang akan mencari Krist keseluruh thailand.

Hal pertama yang Singto lakukan saat sampai di kamarnya adalah membuka laptopnya. Mencoba mengecek sesuatu penting yang di lupakannya daritadi. Untuk apa daritadi dia hanya menangis. Kenapa dia sangat bodoh. Setelah memastikan sesuatu. Singto mengambil dompet dan juga kunci mobilnya.

Singto keluar dari kamarnya dengan mengendap - ngendap. Supaya Nam tidak tahu jika Nam tahu pasti dia tidak akan pernah mengijinkan Singto pergi. Dengan setengah berlari Singto memasuki mobilnya dan pergi meninggalkan halaman rumahnya.

[1]. A World That Is You [ Krist x Singto ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang