Setelah jam pelajaran Bu Ajeng selesai setelah itu, Nadira disambut dengan ulangan matematika dari Pak Budi. Benar saja, hari ini dewi fortuna benar-benar sedang tidak memihak.
"Siap, beri salam." Ujar Rendy sambil menyiapkan murid - murid saat Pak Budi memasuki kelas. "Assalamu'alaikum Warahmatullahi wabarakatuh." Para murid memberi salam kepada Pak Budi.
"Baik, anak - anak hari ini bapak akan memberi tugas matematika halaman 70 - 80 kalian kerjakan soalnya yang pilihan gandanya saja." Kata Pak Budi sambil duduk di kursi yang disediakan untuk guru yang sedang mengajar.
"Ehh, Pak bu--" Hampir saja Ara keceplosan kalau hari ini ulangan. Untung saja dengan sigap Nadira membekap mulut Ara. "NAD!!" Ucap Ara sambil melepaskan tangan Nadira di mulutnya.
"ARA!!Lo ogeb banget sih, udah tau pak Budi pikun hari ini ulangan. Lo hampir aja ngingetin , udah tau gue belom siap." Bisik Nadira dengan nada sedikit marah kepada Ara.
"Ya, maaf kali gue gatau." Sahut Ara dengan muka memelasnya. Justru itu membuat mood Nadira semakin jelek.
"Nadira Alivia Pratecha! Kenapa kamu berisik sekali? Apa yang kamu obrolkan dengan teman kamu?!" Teriak Pak Budi sambil menunjuk-nunjukkan penggaris ke arah Nadira. Sontak seisi kelas kaget dengan teriakkan Pak Budi.
"Itu Pak, mereka berdua ribut gara-gara hari ini gak ulangan. Kan harusnya ulangan. Jadi me--" Feli menutup mulutnya sendiri dengan tangannya. "Ehh." Seisi kelas menatap Feli dengan tatapan ingin membunuh, termasuk Nadira yang moodnya sudah hancur ditambah dengan penjelasan Feli tadi sudahlah moodnya bertambah hancur.
"Oiya, Bapak lupa. Makasih Feli sudah mengingatkan. Hari ini kita ulangan, yang tadi di PRkan saja." Pak Budi mulai membagikan soal dan lembar jawaban.
Nadira yakin nilai ulangan kali ini sangat jelek. Jujur saja Nadira seseorang yang sangat moody-an, apabila moodnya bagus nilai akan bagus dan apabila mood hancur nilai akan hancur melebihi mood yang hancur. Jujur saja jika membunuh tidak dosa, Nadira suah membunuh Feli detik ini juga.
Bel tanda istirahat berbunyi seluruh murid mulai berhamburan keluar kelas. Tetapi, tidak bagi Nadira. Nadira tetap di kelas dan menolak ajakan temannya untuk ke kantin, alasannya "lagi ga mood. Mager. Mau bobo aja." Jelas Nadira kepada teman temannya itu.
Nadira merapikan mejanya dengan memasukkan beberapa buku di atas meja ke kolong meja miliknya. Ia mengambil jaket berwarna marun di kolong mejanya untuk dijadikan bantal saat dia tertidur. Lumayankan, tidur setengah jam buat memperbaiki mood. Nadira mulai melakukan ritualnya dengan menaruh tangan diatas meja dan jaket yang ditaruh di atas tangannya. Sekarang kapalanya sudah menyelusup pada jaket marun miliknya.
Setengah jam berlalu, Nadira bangun dari ritualnya. Sayangnya, tidur tidak membantu memperbaiki mood Nadira. Nadira memutuskan untuk izin ke UKS alasannya pusing padahal, ingin tidur lagi.
"Ada petugas ga?" Tanya Nadira saat sampai di UKS sambil berteriak. "Nadira bego, ish. Jelas-jelas ini jam pelajaran mana mungkin ada petugas." Omel Nadira sambil memasuki UKS dan menjatuhkan dirinya di atas kasur.
Sayangnya, ketenangan Nadira hilang. Saat gorden penghalang sebelahnya bergerak tiba-tiba. Nadira mendadak merinding. "Ada, orang?" Tanya Nadira sambil turun dari kasur dan mendekat ke arah gorden sebelah.
Srekkk.....
Gorden terbuka dan Nadira benar - benar kaget karena dihadapannya ada Bagas yang sedang berusaha mengagetkan Nadira. Dan usahanya itupun berhasil."Eee, kucing eee buluk." Teriak Nadira sambil menutup matanya diiringi dengan tawa kencang dari Bagas yang memenuhi UKS. "Ka Bagas... kirain siapa" Ucap Nadira disusul dengan wajah datarnya.
"Ehh, jangan marah dong..." Rayu bagas dan sambil bersiap memeluk Nadira. Nadira yang dipeluk merasa pipinya sangat panas.
Bagas melepas pelukannya saat Nadira suah mulai berhenti menangis. "Maaf ya, jangan arah lagi dong."Ujar Bagas sambil mengelus kepala Nadira dengan sangat lembut.
Jantung Nadira berdetak seperti tidak tau aturan saat Bagas mengelus rambutnya. Nadira menatap Bagas ia terhanyut akan mata coklat muda yang dimiliki Bagas.
"Nad? Lo maafin gue kan" Bagas menyadarkan lamunan Nadira yang terhanyut atas mata yang dimiliki Bagas.
"Aku suka mata kaka, indah. EHH." Entah darimana kata-kata itu muncul, entah bagaimana dengan lancar Nadira menyampaikannya.
"Gue suka sama pipi lo, selain mata lo yang selalu berkata jujur pipi juga sama kalo lo baper sama gue pipi lo ntar kayak pake blush ." Ujar Bagas sambil mencubit kedua pipi Nadira dan tertawa. "Sayangnya dari pada pipi lo gue lebih suka denger detak jantung lo. Setiap detak jantung lo itu, berharga bagi gue." Ucap Bagas diiringi dengan raut wajah yang berubah. "Ehh, yang tadi kata-kata gue antepin aja. Anggep nyamuk lewat aja ya." Bagas meneruskan lagi dan diiringi senyum sayangnya, senyum Bagas kali ini bukan membuat rona kemerahan pada pipi Nadira tapi malah memberikkan rasa sakit yang tidak bisa diartikan oleh Nadira.
Tapi, Nadira tidak bisa menganggap yang perkataan Bagas yang tadi hanya sebatas nyamuk lewat. Menurut Nadira, perkataan Bagas seperti sebuah kode. Nadira kini peka akan kode. Kode yang Bagas berikan kali ini bukan kode membahagiakan sayangnya ini kode yang terlihat menyakitkan bagi Nadira. Tapi, Nadira belum tau apa maksud kode Bagas tadi itu.
🌙🌙🌙
Selama pelajaran berlangsung Nadira hanya menetap di dalam UKS ditemani oleh Bagas. Setelah percakapan tadi Nadira memilih untuk tidur. Karena entah mengapa setiap perkataan Bagas kali ini membuat sebuah luka gores di hatinya.
Nadira tidak paham apa yang terjadi pada perasaannya kali ini. Mendadak rona merah pada pipinya berubah menjadi pucat saat bertemu Bagas.
Bel pulang berbunyi. Nadira pamit kepada Bagas untuk mengambil tas dikelasnya. Tapi, teman-teman Nadira terlalu baik. Saat Nadira berada diambang pintu UKS teman-temannya telah membakan tas milik Nadira.
"Makasih ya..." Ucap Nadira sambil senyum paksa kepada 3 temannya itu. "Gue mau balik. Duluan ya." Nadira berjalan duluan ke arah gerbang. Teman-temannya mematung melihat keanehan terjadi pada Nadira.
Nadira berada di gerbang menunggu taksi onlinenya datang. Sekitar 15 menit Nadira menunggu,akhirnya taksi onlinenya datang. Ia masuk ke bangku belakang dan langsung memindahkan posisi tasnya ke depan dada dan melipat tangannya diatas tas lalu, menatuhkan kepalanya. Mata Nadira mendadak panas. Sebuah air bening jatu dari matanya. "Kok gue nangis tanpa ada alasan?" Bisik Nadira pada dirinya sendiri. Nadira menghabiskan perjalanan di aksi online dengan menangis tanpa alasan.
🌙🌙🌙
Helaw im back
Maafin aku updatenya lama
Soalnya aku lagi libur sekolah
Jadi ya biasa hibernasi dulu
Jelek? Maafin masih belajar
Okey, sampe bertemu di Bagas bab
Selanjutnya geng
Muah💋💋
🌙🌙🌙
KAMU SEDANG MEMBACA
Bagas
Teen Fiction[Slow Update] Bagas Satria Dinova siswa kelas 12 yang menjadi ketua osis SMA Bakti.Bagas terkenal dengan ketampanannya diatas rata rata serta sikap dinginnya yang menurut siswi-siswi menambah ketampanannya.Sayangnya belum ada satupun siswi yang...