9. Mimpi

3K 162 6
                                    

Nadira sampai ke rumah dengan mata sembab. Nadira berharap rumah adalah tempat yang tenang baginya. Saat membuka pagar ia melihat sebuah motor ninja yang tidak asing dimatanya. Motor Bagas. Benar saja, baru ia memasuki teras rumah Bagas telah duduk manis disana. Namun, Nadira tidak memedulikannya. Moodnya benar-benar hancur. Ia memutuskan lewat pintu belakang. Namun, caranya gagal Bagas lebih cepat menggenggam tangan Nadira sebelum gadis itu kabur.

"Apaan sih ka?! Gue mau masuk. Gue cape." Sambil memasang muka datar tanpa mau melihat ke arah Bagas. "Lepasin tangan gue."

"Nad, lo kenapa sih?" Tanya Bagas bingung sambil tetap menggenggam tangan Nadira.

"Gue cape. Gue mau masuk. Awas!" Ujar Nadira sambil mendorong bahu Bagas agar melepaskan tangannya. Setelah tangan Bagas lepas Nadira langsung berjalan ke arah pintu belakang yang sudah berada di depannya. "Satu lagi, gatau kenapa ada yang aneh sama lo, jadi lebih baik lo gausah dateng dateng lagi ke rumah gue. Ngerti kan kak? Maaf saya sudah tidak sopan." Ucap Nadira saat berada di ambang pintu tanpa berbalik ke arah Bagas. Ia langsung masuk ke daam rumah tanpa peduli akan keadaan Bagas.

"Maaf, fir. Gue gagal. Tapi, gue gabakal menyerah." Gumam Bagas yang melihat Nadira menutup pintu dengan cukup keras.

🌙🌙🌙

Nadira masuk ke dalam rumah dengan air mata yang terus mengalir dimatanya. Teriakkan ibunya pun ia tidak peduli. Gedoran pintu juga ia tidak peduli. Nadira butuh sendiri.

"Nadira... Buka pintunya..." Panggil Anna sambil terus mengetuk pintu kamar Nadira dari suaranya Anna tampak panik.

"Ma...Maaf tapi Nadira butuh waktu buat sendiri..." Sahut Nadira diiringi dengan isakannya.

"Baiklah, kalo ada apa-apa mama mohon kamu cerita ke mama." Ucap mamahnya yang terdengar menjauh dari kamar Nadira. "Apa Nadira sudah ingat semua? Atau Bagas sudah memberi tahunya?" Batin Anna terus berbicara soal itu.

"Kenapa sih gue nangis... Padahal ka Bagas muji gue...Dia suka detak jantung gue... Sayangnya kenapa kayak ada goresan luka..." Gumam Nadira diiringi dengan isakannya.

"Hai, Nadira..." Sapa seorang perempuan mengenakan dress putih selutut dan baju tanpa lengan.

"Lo, siapa?" Tanya Nadira sambil mengangkat satu alisnya.

"Kamu, gausah tau saya. Kamu jaga Bagas ya? Aku titip Bagas ya?" Ucap perempuan itu sambil tersenyum kearah Nadira.

"Kenapa ke gue? Gue sama dia cuman sebatas adek dan kaka kelas aja." Jelas Nadira kepada perempuan itu. "Lo siapa?"

"Nama aku Fira Tania Pratecha."

"Kok nama belakang lo sama? Btw kok lo bisa kenal ka Bagas juga? Siapa sih lo sebenernya." Nadira yang semakin bingung mulai mendekati perempuan itu.

"Kamu gausah tau aku. Kamu cukup jaga Bagas buat aku. " Ujar Fira sambil tersenyum manis kepada Nadira. "Waktu aku udah habis, semoga bertemu di lain waktu ya Nad..." Fira melambaikan tangan lalu semakin lama ia hilang. Nadira terbangun, ternyata ia hanya bermimpi sayangnya mimpinya seperti mengingatkan Nadira kepada seseorang. Sayangnya ia lupa. Dan mimpi itu seperti nyata.

Nadira tertidur masih lengkap dengan baju seragam SMAnya dan dengan bekas pipi di matanya. Ia bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

BagasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang