PART 2

917 24 1
                                    

Pagi itu Riska bangun seperti biasa tapi dia pergi mandi lebih cepat dari hari-hari libur biasa. Selesai mandi gadis itu langsung membuka lemari besarnya yang terbuat dari kayu jati dan mengambil celana jeans, kaos biru muda bergaris kuning, dan rompi hijau muda polosnya. Sebelum keluar kamar, dia mengambil tas selempang pinknya.

"Sayang" panggil Mamanya dari meja makan "Kamu gak sarapan dulu? Ada nasi goreng sama roti nih"

"Roti aja lah Ma" balas Riska seraya duduk di kursi meja makan dan mengambil roti yang ia akan olesi selai.

"Buru-buru banget, bukannya kamu mau nonton? bioskop buka siang kan?" kata sang Papa kepada putri sulungnya itu.

" Aku mau mampir ke toko buku dulu Pa" ujar Riska lalu menggigit roti selai cokelatnya dengan terburu-buru.

"Sekarang kamu kan udah kelas tiga SMA, semester depan kamu mau UN, belajarnya harus lebih giat ya!" nasihat mama.

"Ya gak mungkin lupa lah ma tapi sekarang aku butuh dinginin otak dulu" seru putrinya lalu bangkit dari duduknya dan menghampiri orangtuanya sambil mengecup tangan mereka "Aku pergi dulu ya, assalamualaikum"

"Hati-hati ya, waalaikumsalam" jawab Papa dan mamanya.

"Kak, jangan lupa novel pesenanku ya!" ingat sang adik yang hanya beda 2 tahun darinya.

"Sip Tasya" teriak Riska yang sudah sampai di pintu depan rumahnya.

Sampai di luar rumah, Riska langsung mengambil kunci mobil hitamnya lalu membuka pintu mobil. Sebenarnya dia tidak pernah meminta dibelikan mobil tapi orangtuanya memberikan mobil itu sebagai hadiah ranking satunya di kelas 11 selama 2 semester berturut-turut. Karena biasanya posisi ranking satu selalu rolling tiap semester dengan dua sahabatnya. Lagipula dia sudah bisa menyetir mobil sejak kelas satu sma.

• • • •

"Ya ampun pada kemana sih yang lain?" dumel Lisa sambil melihat jam di tangannya "Udah lebih 5 menit dari waktu janjian"

Gadis tinggi, berkulit putih, dan berambut kecokelatan sebahu itu masih saja berdumel tak jelas di depan pintu Mall yang telah ramai didatangi orang. Sampai akhirnya perasaannya jauh lebih tenang ketika salah satu orang yang ia nantikan datang dari arah parkiran mobil melambaikan tangan kepadanya.

"Telat ya bro, sory deh" Riska meminta maaf dan merapatkan kedua tangan di depan mulutnya seperti gaya orang yang sedang berdoa di kuil.

"Gak usah pake tampang melas deh lo!" balas sahabatnya dengan tak peduli "Lo kesini bawa mobil?"

"Gw gak bawa mobil, berat kali bawa-bawa mobil sampe kesini" canda Riska dengan muka seperti "lo-bego-amat-sih".

Lisa hanya memutar bola matanya dengan malas dan melipat kedua tangan di dadanya.

"Iya iya jangan emosian dong" goda Riska berlebihan sampai-sampai mereka berdua diperhatikan oleh orang-orang disana dengan keheranan "Gw bawa mobil kok ntar kalo lu mau pulang gw anter sampe depan pintu rumah persis deh"

"Ya ya ya" jawab Lisa malas sambil menggelengkan kepalanya pelan kekiri dan kekanan "Emang lo gak ketangkep polisi di perempatan lampu merah sana? 17 tahun aja masih tahun depan"

"Gak lah, gw gitu loh" jawab Riska dengan bangga "Gw lewat jalan komplek"

Baru saja Lisa ingin menjawab tiba-tiba sesosok pria tinggi dengan sepatu kets khasnya menyosor tiba-tiba.

"Wah wah hebat. Kalo gitu nanti pulang gw ikut lu ya" sosor Kevin sambil memberi tepuk tangan.

"Ya udah ayo masuk aja, lama deh" perintah Lisa dengan nada ngambek lalu masuk ke dalam Mall.

Because We're Best FriendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang