Gue suka sama hana. Lo mau bantuin gue kan?
Masih dengan matanya yang terbelalak, Lisa berusaha menahan tawanya ketika membaca kalimat disecarik kertas itu. Ya, wajahnya semerah strawberry. Ia tidak mungkin tertawa dengan lepasnya sambil berguling-guling ditanah dan meneriaki nama temannya itu. Ok, itu semua terlalu berlebihan.
Tidak, Lisa sama sekali tidak cemburu. Ia justru sangat senang, khayalannya selama ini menjadi kenyataan. Menurutnya, alur seperti ini sangat menarik di dunia nyata walaupun berbanding terbalik dalam sebuah drama ataupun FTV. Davo, ketua ospek mereka beberapa bulan yang lalu, ternyata ingin lebih dari sekedar senior kepada salah satu juniornya.
"Aku akan usahain, tenang aja." Lisa menampakan ekspresi kegembiraannya dengan jelas. Davo membalasnya dengan seulas senyuman, itu pertama kalinya yang Lisa lihat. Dia yakin, semua wanita tidak akan mampu menahan pemandangan dihadapannya itu, termasuk dia sendiri. Tapi, bagi Lisa hanya sebatas itu saja, tidak lebih.
Davo meninggalkan Lisa, masih dengan senyumannya itu. Kini, kedua mata Lisa memeriksa setiap penjuru untuk mencari seseorang, ya tentu saja. Tak lama, pandangannya terfokus pada satu titik, seorang gadis yang baru saja keluar dari mobilnya. Ia sedikit berlari untuk mendekati objek itu.
"Abis menang apaan sih? Cerah banget muka lo." Hana menampar pelan wajah temannya itu. Lisa mendecak kesal lalu melakukan apa yang Hana perbuat padanya tadi.
"Menang sesuatu yang bikin gue bahagia, apalagi seseorang di depan gue." Lisa mengembangkan senyumnya (lagi) ke arah Hana, namun gadis itu justru tengah berputar-putar mencari sesuatu. Lisa menepuk dahinya sambil menggeleng-gelengkan kepala.
"Di depan gue cuma lu doang, Han!" refleks, Hana pun menunjuk dirinya sendiri sambil menyernyit bingung dan menggumamkan kata 'gue?'.
• • • •
"Lo bareng gue aja, Lis." Hana merogoh isi di dalam tasnya dan tak lama ia sudah memegang deretan kunci yang terdapat gantungan berbentuk rusa.
"Gue minta dijemput Kevin, katanya dia ada urusan di daerah sekitar sini jadi sekalian jemput gue aja. Baik banget sih ngajakin gue!" Lisa mencubit kedua pipi temannya itu sambil menggerakannya ke kanan dan ke kiri. Hana memukul kedua tangan Lisa dan gadis itu meringis sambil mengibas-ibaskan tangannya.
"Oh iya, ngomong-ngomong soal yang tadi, itu beneran bukan tulisan lo?" Hana kembali menanyakan perihal kertas itu. Seharusnya, Lisa tidak mengatakan hal ini tapi ia merasa sangat risih.
"Udah berapa kali sih gue bilang kalau itu emang original dari dia. Lagian, lo masa gak hapal tulisan gue!" Lisa mengerucutkan bibirnya kesal namun Hana justru terdiam cukup lama.
"Emangnya, gimana menurut lo?" pertanyaan Lisa membuat Hana tersadar dari lamunannya.
"Gak tau lah. Lagian dia juga gak gentle, males." Hana bersedakap dan bicara tanpa melihat mata Lisa "Udahlah abaikan, gue balik ya. Hati-hati lo disini."
Hana melambaikan tangannya dan dibalas dengan lambaian tangan pula oleh Lisa. Sekarang, ia sedang bersabar menunggu Kevin yang akan menjemputnya. Kevin berkata, jam kuliahnya sudah selesai tepat 120 menit yang lalu. Kalau bukan karena Doni yang berteriak histeris masuk ke dalam kelas adiknya untuk meminjam mobil Lisa karena mobilnya mogok, ia tidak harus menunggu seperti ini.
Jangan bilang lo kesangkut di suatu tempat, Kev. batinnya.
Sudah 10 menit ia menunggu semenjak Hana membawa kendaraannya pergi dari lingkungan kampus. Lelah. Ya, menunggu itu memang melelahkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because We're Best Friends
Novela JuvenilRiska Mayunda Andiya, Alisa Putri Mahani, dan Baharu Kevin Brawijaya adalah sahabat sejak kecil. Sebuah danau dan pepohonan cemara di sekelilingnya adalah saksi bisu perjalanan hidup ketiganya. Bagaimana ketika kasih sayang antar sahabat yang berbic...