Hari itu suasana di sekolah sama seperti biasa. Rata-rata murid di sekolah khususnya di kelas XII IPA 3 selalu datang pagi. Sama seperti kebanyakan siswa-siswa pada umumnya mereka seperti itu karena mau menyontek PR. Kebudayaan nenek moyang yang sangat sulit dihapuskan.
"Ampun deh lu semua ngapain aja weekend kemaren?" Riska hanya menggelengkan kepala melihat teman-teman sekelasnya bergerombol untuk mencontek PRnya.
Di luar kelas, Kevin mengajak sahabatnya yang seperti gula dikerumuni semut-semut untuk keluar kelas. Riska mengiyakannya dengan mengangguk. Sampai di balkon koridor, terlihat dari kejauhan seorang gadis berlari ke arah mereka dengan super cepat.
"Riska! Kevin!" teriaknya sambil melambaikan kedua tangannya.
"Lisa slow aja kale. Abis dapet apaan sih lu?" Riska merapikan rambut Lisa yang sangat dahsyat semerawutnya.
"Gw tau lu gila tapi jangan gini juga dong!" Kevin menunjukan wajah sok khawatirnya.
Lisa menatap Kevin dengan muka cemberut sembari mengatur napasnya. Pria itu memang paling mahir menjahili orang dan membuat seseorang gondok seketika.
"Ok, gw mau jujur sama kalian" kalimat itu sukses membuat kedua sahabatnya memperhatikan Lisa dengan serius "Gw suka sama cowok yang tabrakan sama gw di toko buku lusa kemaren!"
"Oh itu doang, kirain apaan" Riska dan Kevin tidak terkejut mendengarnya karena dari awal mereka yakin kalau Lisa pasti suka dengan pria itu.
"Ish dengerin dulu dong!" Lisa agak ngambek. Kemudian ia menceritakan bagaimana dia mengambil dompet Rendy yang tertinggal di kursi bioskop lalu melihat kartu nama di dalamnya dan pergi menuju rumah Rendy.
"So, istimewanya?" ujar Kevin. Kali ini Lisa tidak peduli dengan ocehan sahabatnya dan meneruskan ceritanya.
"Sebagai tanda terima kasih, Rendy ngajak gw makan siang pas ada hari libur" kalimat yang baru saja dikeluarkannya itu sukses kembali membuat Riska dan Kevin membuka mulutnya sangat lebar.
Baru saja Riska dan Kevin ingin melontarkan kata-kata, Bu Asri terlihat dari kejauhan sedang berjalan menuju kelas mereka. Selama pelajaran berlangsung, Riska tidak banyak bicara, biasanya ia sangat antusias menanggapi apapun yang teman-teman sekelasnya katakan.
• • • •
Ketiga sahabat itu pulang menaiki mobil jemputan yang sama. Sejak masih sekolah dasar selalu seperti itu.Lisa meninggalkan Riska dan Kevin lebih dulu. Rumahnya memang yang lebih dekat dengan sekolah dibandingkan yang lain.
Sambil menuruni mobil, gadis itu berjanji kepada 2 orang yang tadi duduk di sebelahnya untuk memberitahu mereka jika Rendy sudah memberi kode untuk makan siang bersama. Mobil itu mulai berjalan kembali. Seperti biasa Kevin hanya meledek gadis yang sedang falling in love itu. Namun Riska hanya terdiam, mulutnya terkunci rapat sambil menundukan kepalanya.
"Lu kenapa?" tanya Kevin. Gadis yang ia tanya itu hanya menggelengkan kepalanya.
Kevin memegang kedua pundak Riska dan menegapkannya paksa. Riska mengalihkan
tatapannya ke arah kaca mobil. Terlihat jelas oleh pria di sampingnya bahwa ekspresi sedih dan bingung dikeluarkan dari wajahnya.
"Oi, lu kenapa sih? Tadi pagi masih normal kok" tanya Kevin lagi.
"Agak gak enak badan kali" jawab Riska.
"Sakit kok 'kali' sih?" kini Kevin menaruh tangannya persis di kening sahabatnya memastikan sesuatu yang terjadi terhadap Riska. Astaga, lu ngapain sih Kev? Jangan sampe gw keringetan lagi. batin Riska
KAMU SEDANG MEMBACA
Because We're Best Friends
Fiksi RemajaRiska Mayunda Andiya, Alisa Putri Mahani, dan Baharu Kevin Brawijaya adalah sahabat sejak kecil. Sebuah danau dan pepohonan cemara di sekelilingnya adalah saksi bisu perjalanan hidup ketiganya. Bagaimana ketika kasih sayang antar sahabat yang berbic...