PART 8

470 15 0
                                    

"Lis, mau temenin bunda?" tanya wanita parubaya yang berdiri di ambang pintu kamar putri bungsunya.

"Mau beli buat nanti malem? Ikut deh" Lisa yang sedari tadi sibuk dengan ponselnya beranjak dari kasur untuk keluar kamar. Bundanya mengangguk pelan dan mengisyaratkan Lisa untuk mengikutinya.

Nanti malam adalah malam tahun baru. Peperangan hebat yang menguras akal dan pikiran selama sepekan itu sudah berlalu dua setengah minggu. Untuk semester ini peringkat kelas Lisa dan dua sahabatnya seri. Tapi berkat huruf awal dari namanya, Lisa-lah yang akan di paksa untuk memberikan pajak paling besar kepada teman-teman sekelasnya.

Lisa membuntuti sang bunda menuju mobil. Hanya keheningan yang terjadi beberapa saat sampai Lisa membuka percakapan.

"Bun, nanti malem aku gak ikut ngerayain di rumah ya" ujar Lisa.

"Mau ngerayain bareng Kevin sama Riska?" wanita yang dicintainya itu bertanya sambil tetap fokus ke arah jalanan. Lisa tidak menjawab apapun, ia hanya tersenyum kecil.

"Ya gak apa-apa kok, tahun lalu kan kita udah malem tahun baruan sama keluarga masing-masing" tambah sang bunda.

"Jadi boleh nih? Makasih!" gadis itu melontarkan kalimatnya dengan senyum yang mengembang.

Sampai ditempat tujuan, mereka langsung menyerbu apa yang ingin dibeli untuk nanti malam. Sebenarnya Lisa tidak suka menemani bundanya belanja, apalagi di pasar tradisional seperti ini. Bukan karena alasan yang biasa perempuan-perempuan kelas atas utarakan tapi ia sering sekali tertinggal jauh oleh sang bunda yang telah pergi entah kemana di tengah kerumunan orang-orang yang ia tidak kenal.

Namun sekarang ini ia tidak peduli dengan alasannya itu. Gadis itu sudah tak sabar untuk nanti malam. Ada yang ingin ia bicarakan.

• • • •

Jam dinding sudah menunjukan pukul 10 malam. Di halaman belakang rumah Lisa ada kedua orangtuanya, Doni, dan Sarah, pacar sang kakak yang tengah mempersiapkan apa-apa saja untuk menghabiskan waktu di malam tahun baru.

Dari dulu Lisa iri dengan kakaknya yang bisa mendapatkan gadis seperfect Sarah. Mereka memiliki hubungan khusus itu sejak SMA sampai sekarang. Doni dan Sarah satu kampus saat ini. Keluarga masing-masing pun sudah merestui hubungan mereka. Benar-benar ditakdirkan bersama.

Lisa sudah berpakaian rapi dengan dress berwarna cream selutut dan high heels hitamnya. Rambut yang sedikit ia gelombangkan dikedepankan sebagian. Sederhana namun penampilannya terlihat modis.

Ia menuruni setiap anak tangga menuju kebawah. Lisa mendapati Doni yang sedang mengobrak-abrik isi kulkas. Hampir seluruh bagian dalamnya ia keluarkan.

"Ya ampun Don, yang di kotak kuning kecil itu lho!" Sarah menunjuk ke kotak yang berada dibelakang punggung Doni.

"Abis semua kotak yang ada disini kuning" Doni mulai merapikan benda-benda yang berserakan di sekitarnya diikuti Sarah yang memasukkannya ke dalam lemari pendingin.

"Astaga cuma gara-gara saus BBQ doang. Kapan aku bisa kayak kalian ya?" Lisa berdiri dengan sedikit menyender di tiang tangga. Sang kakak dan calon kakak iparnya itu hanya terkekeh.

"Perasaan gak ada romantis-romantisnya deh. Kamu gak ikut ngerayain bareng kita?" tanya Sarah dengan suara lembutnya.

"Dia ya biasa lah. Tapi ada yang gak biasa nih..." Doni melihat dari ujung rambut sampai ujung kaki adiknya "Gak biasanya kamu dandan feminin gitu kalo ketemu mereka, gaya brandalnya mana?"

"Sialan, siapa yang berandal? Ya udah aku pergi, pamitin ke ayah sama bunda ya" Lisa memberikan senyuman terbaiknya untuk Sarah dan dengusan kesal kepada Doni.

Because We're Best FriendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang