10. Beruang Comel

79 4 0
                                    

Pagi yang cerah di hari minggu menambah semangat para mahasiswa untuk melakukan berbagai aktivitas olahraga dalam rangka carnival semester. Sedang para mahasiswi sibuk membuat dekorasi ruangan dan menjadi chef di dapur yang dibuat khusus ruangan untuk memasak.
Aku tersenyum sambil mengelilingi ruangan yang sudah dihias, acara ini diadakan sehabis ujian semester, tujuannya untuk merefresh otak kembali dan dapat mengeratkan persaudaraan di kampus. Sayangnya harapan nggak sesuai dengan kenyataan, buktinya banyak yang membenci keberadaanku, bahkan sekarang mereka menganggapku seperti tidak ada. Tapi aku nggak peduli.

Nggak, sebenarnya aku sangat peduli. Dulu aku salah satu dari mereka dari club art dan club tataboga. Ya, aku bergabung dalam dua kelompok karna aku menyukai seni dan suka makan. Aku dikeluarkan dari kedua club tersebut karna Amdi. Panitian club tataboga dan club art merupakan orang yang sama. Dia mulai membenciku saat dia melihat Amdi sering datang ke club untuk mencariku. Yah.. dengan kata lain dia menyukai Amdi.

Aku melihat kiri dan kanan, banyak orang yang lalu lalang bersama rakannya, aku? Aku hanya sendirian. Dari tadi aku belum melihat Iqbal dan Mayada,

'mungkin mereka lagi bersama' fikirku.

Mereka menatapku dengan pandangan yang hampir sama, yaitu benci dan sinis.

Merasa diasingkan dengan perasaan sedih aku menuju halaman kampus dan duduk dibawah pohon dan mendengarkan musik.
Tak lama kemudian kulihat seseorang yang memakai kostum beruang coklat yang comel dan yang menarik perhatianku adalah saat melihat jam tangan di pergelangan tangan beruang itu. Sepintas ingatanku melayang pada hari ultah Amdi, saat itu aku juga memberinya teddy bear jantan yang memakai jam tangan.
Aku menahan tawa melihat tingkah lucu beruang comel yang kepalanya lebih besar daripada badannya menari dance. Tak dapat kutahan akhirnya tawaku meletus juga.

"Hahaha..."

Entah perasaanku saja, aku merasa si beruang menari untuk menghiburku. Musik berganti menjadi melody romantis, si beruang comel menari ballet sambil membawa setangkai bunga mawar , kulihat banyak cewek yang datang mendekati si beruang comel dan berharap si beruang memberikan bunga untuknya, namun si beruang tetap menari kesana kemari dan tanpa kuduga dia berhenti di depanku.

Perlahan-lahan si beruang meraih tangan kanan dan menarikku ke tengah lapangan. Mau tidak mau aku mengikuti kehendak si beruang comel. Aku hanya bisa tersenyum dan menahan tawa sambil berdiri saat si beruang terus menari dan mengelilingiku. Ya lah, nggak mungkin aku ikutan menari apalagi di depan orang banyak. Sesekali kulepaskan genggaman si beruang karena aku mulai risih dengan pandangan aneh orang-orang disekitarku.

"Maaf bear, aku harus pergi, bye." Pamitku pada si beruang comel dan aku terus melangkah.

Tiba-tiba sang beruang mengejarku dan berlutut dihadapanku. Suara musik mendadak off berganti dengan pekikan para cewek disaat si beruang menghulurkan bunga mawar yang ditangannya padaku dan aku menerimanya. Aku mengernyitkan dahi karena heran melihat tatapan mereka yang seolah-olah ingin menelanku bulat-bulat setelah menerima bunga si beruang. Tanpa menunggu waktu lama aku langsung pergi meninggalkan kumpulan manusia + kostum beruang comel dan mencari Iqbal.

"Ciee..dapat bunga. Dari siapa?" tanya Iqbal begitu aku melihatnya bersama Mayada duduk di kantin sambil menjual makanan yang dibuat club tataboga.

"Beruang comel," jawabku sambil duduk disamping Mayada.

"Beruang? Mana beruangnya?" tanya Mayada sambil menoleh ke kiri dan kanan.

"Lapangan, bismillah.."
Sluurrp...

Dengan sekali tegukan aku menghabiskan segelas avocado juice.

"He-eh,, itu minumanku, alaa.. dah habis." kata Mayada sambil memandang lesu gelasnya yang 'tos'.

Aku hanya terkekeh dan membuat mata comel sambil mengedip-ngedipkannya tapi Mayada membalas dengan memajukan mulutnya dua centi.

"Udah, May. Noh gelasku masih penuh. Kalo kamu haus, ambil aja," kata Iqbal.

Dengan sekejap mulut Mayada yang maju berganti menjadi sebuah senyuman.

"Beruangnya suka kali sama kamu, An," lanjut Iqbal dengan memasang tampang nakal.

"Bener tuh, nanti aku bantuin kamu nyariin madu, bear Pooh juga kan suka madu," timpal Mayada setuju.

"Hmm.. kalian bener-bener klop ya kalo godain aku," kataku sambil memonyongkan bibir.

"Hahaha.. iyalah, masa' nggak An? Kalo nggak kita pasti nggak tunangan, bener nggak, May?" tanya Iqbal sambil tertawa. Mayada mengangguk setuju sambil ikutan tertawa.

"Hmm.. udah ah, oh ya, kita ke club seni, yok!" ajakku.

"Nggak ah, males liatin mbak Ana," jawab Mayada. Mbak Ana adalah panitia yang mengeluarkanku dari club.

"Kok gitu?" tanyaku.

"Ntar matanya jelalatan lagi liatin Iqbal. Dia memang cewek yang menyebalkan, udah tau Iqbal tunanganku eh dia malah godain Iqbal lagi," jawab Mayada kesal. Aku tertawa spontan, Iqbal yang turut mendengarnya juga ikut tertawa.

"Hahaha... Cemburu nih ye," godaku.
"Makanya, kalian langsungkan aja ke pernikahan. Biar mbak Ani berhenti godain Iqbal." Sambungku.

"Iya,, In Syaa Allah tinggal dua minggu lagi kita bakalan naik pelaminan kok," sahut Iqbal.

Aku tersenyum bahagia mendengar sahabatku nggak lama lagi akan menjadi seorang suami.

'Aku do'akan kalian bahagia di dunia dan akhirat, Aamiin..' do'aku dalam hati.

"Andini, sebagai sahabat baik bakal imamku, aku ingin kamu yang jadi pengapitku," kata Mayada.

"Wuiih, ide bagus tuh," celetuk Iqbal.

"In Syaa Allah, boleh kok, aku harap kalian jodoh di dunia sampe akhirat." Kataku sambil tersenyum tulus.

"Aamiin.." ucap Mayada dan Iqbal serentak.
Lalu Mayada menatapku dengan mata berkaca-kaca.

"Andini, aku nggak nyangka kamu masih bisa sebaik ini samaku padahal aku pernah membencimu tanpa alasan yang jelas, aku minta maaf, ya." Kata Mayada sambil memelukku erat.

Dengan penuh kesyukuran aku membalas pelukannya dengan erat. Iqbal hanya bisa tersenyum haru.

"Aku bukan orang yang baik kok, May. Hanya aja aku mencob menjadi baik biar orang juga baik ama kita," sahutku sambil tersenyum.

"Aduh.. udah dong dramanya, bikin hidung meler nih," kata Iqbal tiba-tiba. Aku dan Mayada menoleh kearahnya dan tersenyum. Iqbal pun membalas dengan senyuman yang manis.

"Ok lah, aku mau ke club seni dulu, kalian lanjutin aja kerjanya, tuh masih banyak yang belum laku," kataku sambil menjuihkan bibir ke arah makanan yang masih ada.

"Ok," kata Mayada.

"Ntar kalo udah selesai liatnya kamu datang kesini lagi ya, bantuin kita kita ya," sambung Iqbal.

"Ok boss..!" sahutku seraya meninggalkan mereka.

BAHAGIANYA DERITAKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang