11. Keliru

74 4 0
                                    

Langkahku berhenti saat melihat beruang comel memainkan biola. Kali ini dia hanya memakai kostum bagian kepala aja. Semua mata bertumpu pada si beruang. ‘Ooo.. pantas aja tatapan mereka seperti mau menerkamku.

'Ternyata laki-laki to,’ gumamku.

“Kamu tau nggak siapa yang make kostum bear tuh?”

Aku menoleh kearah suara yang berasal dari sebelah kiriku. Terlihat seorang cewek berkerudung ungu berbisik pada temannya yang memakai kerudung pink.

“Siapa?” tanya si pemiliki kerudung pink.

Diam-diam aku menguping pembicaraan mereka, bukan karena aku orang yang kepo, tapi aku juga penasaran siapa yang memberiku bunga mawar yang sekarang berada ditanganku.

“Siapa lagi kalau bukan cowok idamanku?” jawab cewek berkerudung ungu dengan bangga.

“Hamidi Al Qarniy?” tanya si kerudung pink memastikan. Temannya mengangguk dengan bangga.

DEGH!!!

Aku membelalakkan mataku, jantungku berdegub kencang mendengarnya. Aku memasukkan bunga mawar tersebut kedalam bag sandangku. Berharap mereka nggak tau kalo aku ada disitu.

“Widiiih.. ganteng banget!” seru cewek berkerudung ungu dengan pandangan memuja kearah Amdi.

Aku ikut menoleh, terlihat wajah Amdi yang sedikit kemerah-merahan akibat kepanasan dalam kostum beruang. Dia meletakkan kepala beruang lalu melanjutkan permainan biolanya. Semua cewek menatap kagum.

Tiba-tiba sebuah perasaan asing singgah dihatiku. Ntah kenapa hatiku tiba-tiba terhenyuh sakit melihat sorakan dan tatapan memuja para cewek pada Amdi.

'Musik ini, aku mengenalnya,’seruku dalam hati.

Aku nggak tahu kenapa Amdi bisa memainkan musik Aika-sad Japannesse, yang aku tau ini musik kesukaanku. Bahkan aku menggunakannya sebagai nada panggilan.

Para reader yang pengen dengar musik Aika-Sad boleh minta langsung sama author kok. Dijamin deh, dia pasti mau memberikannya pada kalian, coz authorkan orangnya baik bangeeets.. uhuk..uhuk! 😂

“Tapi tadi aku sempat kesal lho, kamu kenal nggak sama cewek yang namanya Andini?” tanya cewek berkerudung ungu.

‘Populer juga ya si Amdi, sampai-sampai aku yang nggak dianggap ada malah ikutan jadi terkenal.’ Bisikku dalam hati.

“Ooo, cewek bodoh yang nyerahin dirinya sama Amdi kan?”

Aku memejamkan mata, mencoba untuk kuat.

“Betul, kok dia yang dapat bunga ya, nggak pantas dia dapat bunga dari Amdi,?”

Aku merasakan darahku mendidih. Tali bag sandang kupegang erat-erat seakan melampiaskan amarahku.

“Maaf, kalau memang belum tau keshahihan berita itu, lebih baik diam. Aku nggak pernah melakukan seperti yang kalian pikirkan, aku memiliki harga diri,” selaku dengan nada marah.

Serentak mereka melihat kearahku.

"Ooo.. jadi kamu disini rupanya, SEMUANYAA...! PERHATIAN!! Ini dia cewek yang nyerahin dirinya sama Amdi!!” teriaknya dengan suara keras, spontan semua melihatku.

Bahkan Amdi juga menghentikan biolanya dan ikut menatapku. Ingin rasanya aku menagis melihat tatapan-tatapan yang mencemoohkanku.

“Aahh.. ternyata dia orangnya,”

“Kukira cantik, ternyata aku lebih cantik,”

“Woooy cewek, nggak malu ya datang kesini?”

“Iyaaa.. pergiii ajaa...!!” seru yang lain.

Masih banyak lagi cacian dan makian yang kuterima dari fans lover Amdi. Aku terus melangkah pergi sambil menahan malu yang teramat dalam. Sakit di hati jangan ditanya lagi.

“Tapi cewek berparas cantik itu lebih  jelek kalo mulutnya nggak dijaga apalagi dia menghina orang yang paling aku sayang!”

Tiba-tiba tanganku digenggam seseorang. Aku terkejut mendapati Amdi menggenggam erat tanganku kemudian menarikku kearah cewek yang berkerudung ungu dan pink.

“Masalah?” tanya Amdi pada kedua cewek itu sambil mengangkat tanganku yang berada digenggaman tangannya keatas.

Semua orang diam melihat respon yang diberikan Amdi. Kedua cewek itu pucat pasi dan menikus. Kemudian Amdi membawaku keluar dari ruangan tersebut tanpa menghiraukan pandangan semua orang. Aku yang malu berusaha melepaskan genggaman tangan Amdi, tapi dia malah menggenggam tanganku lebih erat. Akhirnya aku terpaksa menundukkan wajah sambil mengekori Amdi. Dia membawaku ke tempat yang sepi, tepat di halaman belakang kampus.

“Nangis aja kalo mau nangis,” kata Amdi dengan nada lembut.

Aku menatapnya penuh kesal dan menarik tanganku. Berhasil.. dengan sekali hentakan tanganku terlepas.

“Siapa juga yang mau nangis,” elakku pura-pura kuat. Padahal tinggal menunggu waktu airmataku akan jatuh.

“Andini,” panggil Amdi dengan lembut.

Entah kenapa hatiku makin sedih mendengar suaranya memanggilku. Aku lelah dengan beban yang datang menghampiriku terus menerus sejak Amdi datang.

‘Ummi,, Andini nggak kuat, hatiku rapuh’ tangisku dalam hati.

Tess.. butiran airmataku berderai jatuh. Saat aku ingin mengesat airmata dengan cepat Amdi meraihku ke dekapannya.

“Nangis aja, aku bersedia meminjamkan bahuku,” kata Amdi sambil mengelus kepalaku yang ditutupi kerudung.

Aku menangis sesengguknya dalam dekapan Amdi, ntah berapa lama kami disitu. Tiba-tiba aku sadar lalu melepaskan pelukan Amdi.

“Kita nggak boleh seperti ini,” kataku perlahan sambil menghapus airmataku dan menjauh darinya.

“Kenapa? Takut berdosa? Kamu tau kan kalo seorang istri memeluk suami, dia akan mendapat pahala. Dan nggak salah kalo aku pegang kamu didepan umum. Orang bilang kalo kita peluk yang halal untuk kita In syaa Allah beban yang kita rasakan akan berkurang. Jadi aku meminjamkan diriku untuk kamu,” jelas Amdi sambil menarikku kembali. Airmataku semakin deras mengalir.

Aduuyai airmata, kenapa kamu jadi pemurah gini?

Ini pertama kalinya aku merasakan Amdi bersikap lembut dan benar-benar seperti suamiku. Selama ini aku hanya menganggapnya orang Ya, memang benar apa yang dikatakan Amdi. Aku dan Amdi memang sudah menikah. Karena ummi sangat mempercayai Amdi dan menyayanginya, akhirnya ummi menyerahkan hak penjagaan diriku kepada Amdi dengan alasan dirinya sudah tua dan nggak bisa lagi untuk melindungiku.

Pernikahan kami lakukan tanpa pesta. Hanya ada beberapa saksi yang hadir, bahkan Iqbal belum tahu status pernikahanku. Inilah rahasia yang selama ini kusimpan rapat dan belum kuberitahukan pada siapapun di kampus. Ummi bilang, ijab qabul itu yang terpenting, kalau masalah pesta akan diadakan setelah kami wisuda karna hanya tinggal satu semester lagi.

“Meskipun kau yang menyebabkan semua ini? Kenapa sih kamu jahat gini sama aku? Hanya karna unsur ketidaksengajaan kamu jadi tega mempermainkan nyawaku dan ummi,” tangisku sambil memukul-mukul dadanya.

“Kalo gitu biarkan aku yang menghilangkan beban itu darimu.”

Amdi mendaratkan kepalanya ke bahuku. Aku merasa Amdi juga lagi dilanda masalah. Lama juga kami dalam keadaan begitu. Aku langsung meleraikan pelukan disaat pandanganku tertuju pada kelibat Ryan dari jauh. Aku nggak mau Ryan tau tentang hubunganku dengan Amdi yang sebenarnya. Aku masih ingat malam setelah akad nikah Amdi memberi amaran padaku kalau sampai ada yang tahu status kami, aku orang pertama yang dia cari. Dia menjadikanku istrinya hanya untuk memudahkannya menghancurkan hidupku dan ummi, dan orang nggak akan mempermasalahkan apapun yang dia lakukan padaku karna aku miliknya. Dia juga mengatakan bahwa dia akan mencari istri kedua karna istri pertama akan menjadi almarhumah.

^^^^

BAHAGIANYA DERITAKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang