CHAPTER 15

784 116 12
                                    

Hari sabtu adalah hari libur bagi Yoojung. Ia tidak memiliki kelas setiap hari sabtu hingga minggu. Dan ia akan selalu menghabiskan waktunya berada di rumah seharian. Jika sebelumnya ia akan pergi jalan-jalan bersama Yoojung tanpa sepengetahuan Dongha, kini berhubung ia sedang menjauhi Sohyun karena kakaknya, membuatnya tak memiliki alasan untuk keluar rumah.

Dongha selalu sibuk seperti biasa. Bahkan sepertinya kakaknya itu akan pulang larut malam karena meeting dengan beberapa kliennya.

Yoojung berjalan menuju dapur hendak mengambil segelas air dingin. Rumah yang besar ini selalu membuat Yoojung merasa kesepian. Bahkan meskipun ada kakaknya itu tak membuat hawa sepi dari rumah ini menghilang. Terkadang ia mengeluh tentang mengapa ia harus tinggal di rumah semewah ini hanya berdua. Ingin rasanya ia tinggal di sebuah apartemen yang sederhana.

Namun, Dongha tak menyukai ide itu. Katanya, rumah ini adalah peninggalan orang tua mereka dan telah meninggalkan banyak kenangan. Yoojung tak membantah. Meski ia bahkan tak ingat bagaimana masa lalunya, rumah ini memang menyimpan banyak kenangan.

Ia sudah pernah memasuki seluruh ruangan di rumah ini. Namun hanya satu tempat yang belum pernah Yoojung masuki. Kamar kakaknya itu selalu tertutup dan terkunci jika Dongha pergi. Ia memang tak ingat pernah masuk kesana atau tidak. Namun ia punya perasaan bahwa dulu sebelum ingatannya menghilang, ia merasa pernah memasuki kamar itu.

Yoojung mendekati pintu kamar Dongha dan menempelkan telapak tangan kanannya disana. Rasa dingin pintu kamar Dongha menjalar di telapak tangannya. Lantas ia memegang kenop pintu besi itu. Meskipun ia tahu pintu itu terkunci, Yoojung tetap menggerakkan kenop pintu tersebut mencoba membuka. Mungkin saja Dongha lupa menguncinya, begitu pikirnya.

Ia tertawa kecil menyadari kebodohannya. Tentu saja Dongha tak akan selupa itu. Kakak laki-laki yang selalu cermat akan segala hal pasti tak akan pernah meninggalkan kamarnya tak terkunci. Terkadang Yoojung merasa penasaran akan isi kamar tersebut. Seolah Dongha sedang menyembunyikan sesuatu darinya.

Tiba-tiba ponsel di saku celananya bergetar. Dia merogoh sakunya dan menatap layar ponselnya. Minjae rupanya mengirim pesan kepadanya.

'Kau luang, kan? Aku tunggu di Heaven, akan kutraktir kau segelas kopi disana.' Isi pesan tersebut. Ia mendesah pelan. Apakah pemuda itu sedang memerintahnya. Bahkan isi pesan itu tak memberinya pilihan untuk menolak.

Heaven adalah sebuah café terkenal di distrik Gangnam. Yoojung pernah kesana sekali bersama Sohyun hanya untuk mencoba kopi buatan café tersebut. Dan sesuai reputasinya, kopi disana memang sangat lezat. Meskipun tergolong mahal, namun itu sesuai dengan kualitas menu yang mereka sajikan.

Mengingat Dongha hari ini pasti akan sibuk dan tak ada kemungkinan pulang ke rumah. Daripada merasa bosan berdiam diri di rumah, Yoojung memutuskan menerima ajakan Minjae. Ya, seorang bernama Minjae yang sebenarnya adalah Taehyung.

 Ya, seorang bernama Minjae yang sebenarnya adalah Taehyung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Minjae dan Taehyung duduk berhadapan di dalam Heaven café. Taehyung memakai masker wajah yang diturunkan ke leher dan sebuah kacamata, bukan hitam. Untung café ini adalah milik teman Minjae. Jadi, berusaha memohon dan sedikit menyogok Sungjae, pemilik café sekaligus teman Minjae, mereka bisa menggunakan lantai dua café untuk mereka sendiri.

Crystal Snow ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang