CHAPTER 6

979 140 14
                                    

Suara denting piring beradu di ruang makan. Yoojung terfokus akan makan malamnya dan duduk dihadapan Dong Ha yang juga tengah menikmati makan malamnya. Yoojung tak akan menghabiskan makanannya karena perutnya sudah teramat penuh. Lantas setelah menghabiskan empat suapan ia meletakkan sumpitnya dan meminum habis air minumnya.

"Sudah selesai?" tanya Dong Ha. Yoojung mengangguk dan tersenyum tipis. Irisnya memperhatikan wajah kakaknya yang sedang fokus makan. Ia sedang memikirkan bagaimana caranya ia menanyakan tentang album kenangannya kepada kakaknya. Ia sedang menimbang apakah pertanyaannya nanti akan menyulut kemarahan kakaknya atau tidak.

Ia menghela nafas berkali-kali. Keyakinan dan keraguan muncul silih berganti. Dongha memperhatikan tingkah adiknya dan berdeham. "Ada yang ingin kau katakan?" tanyanya membuat Yoojung terkejut dan mendongakkan kepalanya.

Sedikit gagap ia berusaha merangkai katanya. "Emh sejujurnya, aku tadi bertemu seseorang. Sepertinya dia mengenalku namun aku tak dapat mengingatnya. Jadi, ehm.." Yoojung menelan salivanya berat.

"Siapa?" tanya Dongha. Tatapannya kini berubah tajam. Seolah tengah menginterogasinya membuatnya seakan menjadi tersangka. Melihat tatapan tajam itu selalu sukses membuat Yoojung bergidik ngeri. "Pria?" tanya kakaknya lagi.

Deg!

Tidak. ini bukanlah hal baik. Jika kakaknya saja membencinya bergaul dengan seorang gadis, pasti Dongha akan lebih marah jika tahu bahwa ia baru saja mengikuti acara fansign. Bertemu para anggota Bangtan terlebih lagi salah satu anggotanya mengenalnya.

Yoojung mendesah resah lantas demi menghindari pertanyaan kakaknya ia berdiri dari duduknya. "Aku ke kamar duluan kak. Aku sedang banyak tugas!"

"Yoojung! Duduk!" ujarnya tegas membuat Yoojung kembali duduk dan berkerut takut disana. Kini Yoojung menyesali harus mengungkit soal tersebut pada kakaknya. Harusnya ia mengerti jelas perangai kakaknya yang buruk. "Katakan pada kakak. Seorang pria?"

Yoojung mengangguk pelan lantas sejurus kemudian menahan nafasnya karena terkejut. Dongha dengan tiba-tiba melempar gelas ke arahnya, melewatinya, dan jatuh dengan keras di atas lantai kemudian pecah berkeping-keping. Yoojung tak berani menatap mata kakaknya. Ia memang sudah biasa menghadapi ini. Namun tetap saja ia akan merasa ketakutan setengah mati.

Dongha memegang tengkuk lehernya dan menundukkan wajahnya berusaha meredam emosi. Tidak. Ia tak bisa meredamnya. Ia tak suka jika adik kesayangannya bergaul dengan orang lain. Terlebih lagi seorang pria. Tidak boleh. Seseorang yang mengenal adiknya apalagi.

Sejurus kemudian Dongha menegakkan tubuhnya menatap tajam Yoojung yang membuang pandangannya ke bawah. "Yoojung! Tatap aku!" perintahnya tajam. Yoojung menarik nafas sejenak sedikit member kekuatan mental baginya untuk bertatap muka dengan wajah dingin itu. Yoojung mendapi wajah kakaknya yang sudah memerah, khas kakaknya jika emosi. Apalagi mata sipit itu yang seolah memberinya tusukan tajam pedang ke ulu hatinya.

"Kakak sudah pernah bilang kan, kau tak boleh punya teman. Kau tak boleh berhubungan dekat dengan laki-laki lain. Dan kau tak boleh mendekati masa lalu."

Tentu saja Yoojung mengingatnya dengan jelas. Itulah mengapa ia menjadi gadis yang tertutup di kampus. Dan hanya Sohyun yang kuat berteman dengannya setelah usaha keras beberapa kali mendekati Yoojung. Maka dari itu Yoojung memilih merahasiakan pertemanannya dengan Sohyun dari kakaknya.

Sejurus kemudian Dongha nampak membuang nafas panjang. Memejamkan matanya, menarik nafas dalam-dalam dan membuangnya perlahan. Ia berusaha meredam emosinya kembali. Lantas berdiri dari duduknya dan berpindah duduk di samping Yoojung. Ia meraih tangan mmungil adiknya dan mengelusnya lembut. Sekarang tatapan matanya mulai melunak dan itu sebenarnya bukan pertanda baik juga bagi Yoojung.

"Yoojung, kau ingat kan apa yang selalu kakak katakan padamu?"

Yoojung mengangguk pelan. Ia terus berusaha menguatkan diri agar tahan menatap mata mengerikan itu. Bahkan sebenarnya nafasnya sedikit tak beraturan dengan irama jantung yang berdetak tak karuan. Dongha mengangkat tangan Yoojung lantas menciumnya lembut. Menghirup aroma tangan adiknya sambil memejamkan mata. Lantas meneurunkannya lagi dan menatap Yoojung dengan lembut.

"Kau adalah milik kakak. Tak ada satupun yang boleh memilikimu. Mengerti?"

Yoojung mengangguk. Namun tidak. Ia benar-benar tak mengerti. Kenapa harus hanya kakaknyalah yang boleh memilikinya?








[]

Chapter ini agak dikit pendek ya ternyata :v

See ya!

bonus abang Yoojung, mas Dongha!

bonus abang Yoojung, mas Dongha!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Crystal Snow ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang