Yoojung bergeser menutupi Taehyung yang pingsan di belakang tubuhnya. Tangannya direntangkan. Matanya nyalang menatap kakaknya yang tersenyum sinis ke arahnya.
"Menyingkirlah, Yoo." Dongha maju perlahan dengan moncong pistol yang berayun di tangannya. Yoojung menggeleng tegas. Nafasnya seakan memburu. Detak jantungnya bergemuruh hebat.
Rasa takut dan keberanian bercampur aduk. Ingin rasanya ia jatuh terduduk karena lututnya yang terasa melemah dan bergetar. Namun tekad untuk melindungi Taehyung memberikan keberanian tersendiri baginya.
"Kumohon, Kak. Hentikan."
Dongha menghentikan langkahnya. Ia memasukkan kembali pistol dalam saku hoodienya. Lantas mengusap surai hitamnya dengan kasar sembari mendecih jengkel. Yoojung tak pernah seperti ini dan itu membuat Dongha semakin jengkel melihat sikap Yoojung yang membuktikan bahwa gadis itu menyukai pemuda itu.
"Kau tahu, Yoo, bagaimana ekspresi pemuda itu kemarin begitu aku menceritakan semua rahasia kita?"
Yoojung mengeraskan rahangnya. Tangannya turun dan mengepal erat. Ia menggigit bagian dalam bibirnya dengan kuat.
"Kukatakan padanya bahwa kita saling mencintai. Semua yang kulakukan padamu. Emh, aku juga menceritakan hobi kita bersama. Dan kau tahu bagaimana ekspresinya saat itu?" Dongha terkekeh. Ia mengusap hidungnya dua kali. "Bagaimana ya? Dia seperti ketakutan, tapi matanya memerah seperti marah. Ah, ataukah jijik?" ia balik bertanya pada Yoojung.
"Tutup mulutmu." Tubuh Yoojung bergetar dengan sendirinya.
"Awalnya, kukira Minjae yang kau maksud adalah Minjae temanmu itu. Tapi, kau tahu setelah aku memeriksa handphonemu dan miliknya, ternyata kau menyimpan nama Taehyung dengan Minjae. Wah, aku hampir saja membunuh Minjae."
"Apa?!"
Dongha berdeham lantas melangkah berbelok mendekati meja kayu usang yang telah rapuh di beberapa sudutnya. Ia mengusap debu dengan jari telunjuknya meninggalkan jejak panjang disana. Yoojung was-was dan sedikit melirik pada Taehyung di belakangnya.
"Aku selalu bilang padamu untuk jangan berhubungan dengan siapapun. Tak kusangka ternyata kau bahkan menyembunyikan pemuda di bawah ranjangmu. Katakan padaku, apa yang telah kalian lakukan sejauh ini?"
Yoojung tak menjawab. Entah mengapa udara dalam loteng terasa semakin dingin. Beruntung atap loteng retak memberikan akses sinar bulan masuk, sehingga loteng tidak benar-benar gelap sepenuhnya.
Dongha tersenyum miring. Ia melangkah menuju sesuatu yang tertutup kain hitam. "Ah, ya, Yoo. Aku masih punya hadiah lain untukmu."
Yoojung memicingkan matanya. Ia masih melindungi Taehyung di balik tubuhnya. Terus bergeser mengikuti langkah Dongha yang berjalan ke sebuah benda yang tertutup kain hitam di sebelah kananya. Dalam sekali sentakan Dongha membuka kain hitam itu. Membuat debu-debu di sekitarnya berterbangan.
Yoojung tersentak. Matanya membelalak kaget dan ia hampir jatuh melemas jika saja ia tak berusaha menguatkan dirinya. Mulutnya terbuka dengan nafas yang tercekat. "Sohyun-a?"
***
Beberapa jam yang lalu...
Sohyun baru saja sampai di turun dari mobil hendak masuk ke dalam gedung apartemennya ketika ponsenya berdering. Gadis itu menghentikan langkahnya dan mengangkat telpon tersebut. Ia nampak mengangguk senang dan berbicara di telpon. Beberapa detik keningnya berekerut dan kepalanya menoleh ke belakang.
Di belakangnya rupanya telah datang sebuah mobil Hyundai hitam. Sohyun tersenyum lebar dan menutup telponnya. Kaca mobil di turunkan menampakkan Dongha yang tersenyum ke arah Sohyun. Sohyun sedikit terpana melihat penampilan kakak Yoojung itu. Secara, ia tak pernah melihat kakak Yoojung memakai baju kasual seperti itu selain setelan jas. Dan kali ini ia melihat Dongha memakai hodie hitam lengkap dengan topi hitam.
"Masuklah!" ajak Dongha. Sohyun mengangguk dan masuk ke dalam mobil Dongha. Dongha baru saja mengajak Sohyun untuk berbelanja hadiah untuk Yoojung. Tentu saja ia bohong. Membawa gadis ini ternyata sangat mudah.
Ia memberikan Sohyun sekotak jus yang tentu saja telah dimasuki obat bius. Beberapa detik kemudian, ketika kepala Sohyun mulai jatuh tertidur, Dongha tersenyum miring. Mobil yang dikendarainya mulai melaju menuju tempat masa lalunya. Tempat awal kenangannya bersama Yoojung.
***
Sohyun telah sadar. Hanya saja mulutnya diplester membuat gadis itu berusaha berteriak. Ia bingung dengan situasi yang terjadi. Lebih terkejut lagi begitu melihat Dongha di sampingnya mengusap rambutnya pelan memberikan sensasi horror pada Sohyun. Sohyun mulai menangis.
"Lepaskan dia. Kumohon."
Dongha menegakkan badannya usai membungkuk menatap Sohyun dari dekat. Ia menipiskan bibirnya dan memasukkan kedua tangannya dalam saku hoodienya. "Em, bagaimana ya? Sebenarnya aku punya pemikiran menarik untukmu. Aku akan memberimu pilihan."
Dongha tersenyum lebar. Yoojung bergidik melihatnya. Senyum itu adalah senyum monster yang sering ia lihat. Meski ia telah sering melihat senyum itu, Yoojung tetap bergidik setiap melihatnya. "Apakah aku punya pilihan?" tanyanya retoris. Tentu kakaknya tak pernah memberinya pilihan.
Dongha malah tertawa keras. "Hei, jangan bicara seolah aku selalu jahat kepadamu."
"Bukankah memang seperti itu kenyataannya?"
Senyum Dongha menghilang. "Jadi, selama ini kau menganggapku seperti itu?"
Yoojung diam tak menjawab. Dongha menghela nafas panjang dan mengangguk-angguk.
"Baiklah. Jadi aku akan memberimu pilihan kali ini. Pilihan yang sangat mudah. Bagaimana?"
"Cepat katakan apa itu?!"
"Kim Taehyung atau Kim Sohyun? Siapa yang kau pilih diantara mereka berdua? Mudah bukan?"
Itu sebuah pertanyaan ambigu. Dan Yoojung mengerutkan keningnya. Apa maksud dengan pilihan itu? Apakah jika ia memilih salah satu dari mereka maka Dongha akan melepaskannya atau malah membunuhnya?
To be continued.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crystal Snow ✔
Fanfic[Completed] Asrama Bangtan tiba-tiba kedatangan gadis tak diundang. Gadis itu rapuh dan penuh luka di sekujur tubuhnya. Ia memohon agar anggota BTS mengizinkannya untuk bersembunyi semalam di asrama mereka. Dan benar saja keesokan harinya mereka tak...